Inflasi Sumenep Melonjak, Warga Terancam Krisis Ekonomi

ZAJ
By ZAJ
2 Min Read

jfid – Sumenep, sebuah kabupaten di ujung timur Pulau Madura, mengalami inflasi tertinggi di Jawa Timur pada bulan Mei dan Juni 2021.

Angka inflasi Sumenep mencapai 0,41 persen pada Mei dan 0,58 persen pada Juni, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS).

Inflasi ini jauh lebih tinggi dari rata-rata inflasi Jawa Timur yang sebesar 0,27 persen pada Mei dan 0,10 persen pada Juni.

Bahkan, inflasi Sumenep juga lebih tinggi dari inflasi nasional yang sebesar 0,32 persen pada Mei dan 0,08 persen pada Juni.

Faktor utama yang menyebabkan inflasi Sumenep adalah kenaikan harga emas perhiasan, bahan pangan, dan perlengkapan rumah tangga.

Kenaikan harga emas perhiasan dipicu oleh permintaan yang meningkat menjelang Lebaran.

Kenaikan harga bahan pangan terutama disebabkan oleh kelangkaan pasokan akibat pandemi Covid-19 dan cuaca ekstrem.

Kenaikan harga perlengkapan rumah tangga diantaranya dipengaruhi oleh kenaikan tarif listrik dan air.

Inflasi Sumenep berdampak negatif bagi kesejahteraan masyarakat. Daya beli warga menurun karena harga barang dan jasa semakin mahal.

Pendapatan warga juga tergerus karena banyak sektor usaha yang terdampak pandemi. Akibatnya, warga Sumenep menghadapi risiko krisis ekonomi yang bisa memperburuk kemiskinan dan ketimpangan sosial.

Untuk mengatasi inflasi Sumenep, pemerintah daerah perlu melakukan langkah-langkah strategis.

Salah satunya adalah meningkatkan produksi dan distribusi bahan pangan lokal agar harga stabil dan terjangkau.

Selain itu, pemerintah daerah juga perlu memberikan bantuan sosial dan stimulus ekonomi bagi warga yang terdampak pandemi. Dengan demikian, inflasi Sumenep bisa diturunkan dan kesejahteraan warga bisa ditingkatkan.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article