Jangan Terlelap Bangsaku

Syahril Abdillah
3 Min Read

Jurnalfaktual.id, – Beberapa hari terakhir ini, Bangsa Indonesia yang teramat besar ini, digegerkan dengan kejadian Aksi Massa yang tumpah dibeberapa tempat. mungkin bisa dikatakan itu adalah suatu Hal yang wajar. Sebab, sejarah mencatat, bangsa ini tetap berdiri kokoh dan tetap tegak karena salah satu dari peran Massa Aksi(Massa yang sadar akan aksi dan perbuatannya).

Saya teringat pada dua analisa orang hebat terkait bangsa ini. Bapak Daoed Joesoef misalkan, yang menilai Bangsa Indonesia dalam perkembangannya cenderung berpikiran taktis, melata Dan ikut-ikutan, minim etika masa depan.

Dan arah Intelektual tidak lagi mengenal identitas intelektualnya. Dan Hal ini, seperti semakin jelas dan nampak, diantara kita sebagai bangsa yang besar dan memiliki sejarah yang luar biasa.

Kemudian, analisa dari Gatot Nurmantiyo. Dimana Negara ini terancam Runtuh di 2045 mendatang. Jika terus-menerus Konflik internal tetap terjadi di bangsa ini.

Sebab, sejarah bangsa ini, juga mencatat bangsa Konflik saudara, nyata hanya menghancurkan bangsa ini. Dan pola perang Hari ini sudah sangat berubah. Senjatanya bukan lagi senjata api. Tapi, provokasi dan pembodohan. Katakanlah, adu domba antar Paham dan pembunuhan karakter generasi, seperti peredaran Narkoba.

Kembali pada kondisi Hari ini. Mencoba mengkorelasikan dari analisa diatas, terlihat jelas bahwa semakin Hari semakin dipertanyakan kualitas bangsa ini.

Beberapa Survei kelas Dunia pernah mencatat hanya satu dari seribu masyarakat Indonesia yang Membaca buku. Itu artinya, pengayaan literasi bangsa ini semakin menurun.

Jelas sekali, dari beberapa moment, sudah sedikit kehilangan dialektika santun. Dalam Hal ini, kebiasaan saling mencaci dan menghujat sesama bangsanya yang dianggap berbeda. Padahal titisan para pendahulu, debat, perbedaan itu sangat luar biasa.

Katakanlah Soekarno, Hatta dan Mohammad Natsir. Begitu juga yang terjadi baru-baru ini, ketika kelompok Mahasiswa yang dianggap sebagai kaum Intelektual mememaparkan suatu Hal diruang Publik yang kemudian dianggap lemah dan dianggap karena kurang Baca. Dan Hal itu, sungguh sangat miris bagi regenerasi bangsa ini.

Tidak hanya itu, munculnya ungkapan remaja yang beredar yang menyatakan ikut seru-seruan kejalan karena mendapat sesuatu imbalan materil. Hal ini, semakin memperkuat analisa kedua diatas.

Bahwa, kegaduhan yang terjadi berawal dari kesengajaan untuk memperlemah dan bahkan meruntuhkan bangsa ini. Sehingga persepsi Penulis, yang terjadi adalah Aksi Massa bukan Massa Aksi. Sebab, keberlanjutan setelah Keputusan bukanlah suatu Hal yang wajar.

Mari Kembali pada identitas diri, sebagai bangsa yang berkarakter Pancasila. Buka cakrawala berpikir dan kesadaran Kita untuk kuat dan jayanya bangsa ini dimasa yang akan datang.

Tentang Penulis: Abdullah Sahuri. (Penulis Buku, Aku Malas Membaca, terbitan KBM 2019. Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Ibrohimy Bangkalan Madura.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article