Pemuda Desa Sebagai Leader Of Change

Syahril Abdillah
4 Min Read
Moh Lutfi, SE, Pengurus GP Ansor Gapura (Foto: Redaksi)
Moh Lutfi, SE, Pengurus GP Ansor Gapura (Foto: Redaksi)

Jurnalfaktual.id, – Berangkat dari perspektif yang berbeda tentang perubahan menuju Desa sejahtera, adil dan bermartabat, tentunya akan mempertemukan kita pada sebuah kesepahaman pemikiran bahwa perubahan dan pemuda tidak dapat dipisahkan, karena pemuda memiliki peran pada bagian dari perubahan itu sendiri.


Dewasa ini kita membutuhkan kehadiran kepemimpinan pemuda ditengah kehidupan masyarakat dalam porsi yang lebih besar, jika awalnya pemuda diharapkan bisa menjadi agent of change (agen perubahan), maka dalam menghadapi berbagai permasalahan bangsa saat ini, pemuda diharapkan bisa memainkan peran yang lebih strategis dengan menjadi leader of change (pemimpin perubahan).

Dalam hal ini pemuda harus menjadi pemimpin pada setiap lembaga-lembaga strategis seperti Pemerintahan Nasiaonal, Pemerintahan Daerah, Dan Pemerintahan Desa, sehingga pemuda tidak hanya mendorong terjadinya sebuah perubahan, tapi juga ikut menentukan arah dari perubahan itu sendiri.


Dalam konteks wilayah, Desa adalah sebuah ruang lingkup sosial yang paling kecil, tapi sebaliknya memiliki ruang lingkup permasalahan yang kompleksitasnya cukup tinggi meliputi ekonomi, politik, agama, pendidikan, kesehatan, sosial, budaya, pertahanan, keamanan dan sendi-sendi kehidupan lainnya yang sangat membutuhkan directur of change yang berpendidikan dan etos kerja yang tinggi. Hal ini merupakan isyarat bagi pemuda Desa agar sadar dan bisa memberikan kontribusi yang positif baik dalam bentuk pemikiran, tenaga maupun materi bila dalam harapannya ingin melihat desanya sejahtera, adil dan bermartabat.


Menyikapi hal ini pemuda desa sebagai leader of change harus bisa berwawasan global, berpikir nasional dan bertindak lokal. Seorang pemuda desa di era komunikasi yang terbuka saat ini tentunya tidak akan menemukan kesulitan untuk mendapatkan informasi sehingga saat ini banyak pemuda desa yang berwawasan global, dan hal itu memberi kesempatan untuk bisa memposisikan diri sebagai abdi bangsa yang berpikir nasional pada ruang-ruang ilmiah maupun media sosial yang merupakan ruang komunikasi publik.


Bila saat ini pemuda desa sudah bisa berwawasan global dan berpikir nasional, hal ini saja belum terlalu berarti bagi masyarakat, karena sangat ironis bila pemuda desa dengan modal wawasan dan pola pikir yang mengalami lompatan akses tapi pada kenyataannya belum mampu untuk mengidentifikasi, memahami, dan menemukan solusi atas segala permasalahan desa yang selama ini menjadi identitasnya.


Apalah arti sebuah wawasan bila hanya menghasilkan keberpihakan dalam nalar politik, kritik-kritik pada tatanan ideologi yang mendunia, tapi pada kenyataannya desa belum mampu untuk bertindak lokal dalam memperjuangkan nilai dan norma yang seharusnya tumbuh dan mengangkat harkat serta martabat desa seperti membiarkan lahan yang produktif dialih fungsikan menjadi komoditas yang feodal dan pro luar, kebijakan publik diataur dan dikendalikan oleh kaum oportunis, tatanan nilai desa ditirani oleh kelompok sektoral.


Di akhir alenia ini buatlah kesepakatan antara nalar dan hati kita bahwa untuk mewujudkan kehidupan yang berkualitas di sebuah desa, kita butuh social movement yang digerakan dan dipimpin oleh para pemuda desa yang berpendidikan dengan Berwawasan Global, Berpikir Nasional dan Bertindak Lokal.

Tentang Penulis: Moh. Luthfi, SE,
Wakil ket. III bidang pemberdayaan ekonomi dan lingkungan hidup. PR. GP. ANSOR GAPURA TIMUR.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article