China Bangun Pabrik Bahan Baku Baterai dan Impor Baja dari Indonesia

Rasyiqi
By Rasyiqi
4 Min Read

jf.id – China, sebagai salah satu negara dengan konsumsi baja dan baterai kendaraan listrik terbesar di dunia, terus berupaya mengamankan pasokan bahan baku untuk kedua industri tersebut. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan membangun pabrik bahan baku baterai di Indonesia, yang merupakan produsen nikel terbesar di dunia.

Nikel merupakan salah satu komponen utama dalam pembuatan katoda baterai, yang menentukan kapasitas dan daya tahan baterai. Indonesia memiliki cadangan nikel sekitar 21 juta ton, atau sekitar 25% dari total cadangan dunia. Selain itu, Indonesia juga memiliki kebijakan larangan ekspor bijih nikel mentah sejak Januari 2020, yang bertujuan untuk mendorong pengembangan industri hilirisasi nikel di dalam negeri.

Salah satu perusahaan pabrik baterai kendaraan listrik terbesar di dunia, yakni Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL), perusahaan asal China, akan membangun pabrik baterai kendaraan listrik di Indonesia. Meski pabrik sel baterai akan dibangun di Pulau Jawa, namun mayoritas fasilitas yakni pabrik pengolahan nikel menjadi nikel sulfat, hingga pembuatan precursor dan katoda baterai akan dibangun di Halmahera Timur, Maluku Utara.

Hal ini diungkapkan oleh Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho. IBC adalah konsorsium empat BUMN, yaitu MIND ID (holding BUMN pertambangan), Pertamina (BUMN energi), PLN (BUMN listrik), dan Antam (BUMN tambang emas dan nikel). IBC bekerja sama dengan CATL melalui anak usahanya, Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd. (CBL), untuk mengembangkan ekosistem industri baterai kendaraan listrik yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.

Toto menyebut, nilai investasi CATL melalui CBL di Indonesia ini diperkirakan mencapai US$ 5,6 miliar atau sekitar Rp 84 triliun (asumsi kurs Rp 15.000 per US$). Proyek tersebut ditargetkan terbangun dan beroperasi pada tahun 2026 mendatang. Dengan demikian, China akan memiliki akses langsung ke sumber daya nikel Indonesia, yang merupakan bahan baku utama untuk industri baterai.

Selain nikel, China juga mengimpor baja dari Indonesia. Menurut data Kementerian Perdagangan RI, nilai ekspor baja Indonesia ke China pada tahun 2020 mencapai US$ 2,8 miliar atau sekitar Rp 42 triliun, naik 94% dibandingkan tahun 2019. China merupakan negara tujuan ekspor baja terbesar bagi Indonesia, dengan pangsa pasar sekitar 30%.

Salah satu alasan China mengimpor baja dari Indonesia adalah karena kualitasnya yang baik dan harganya yang kompetitif. Selain itu, China juga menghadapi tekanan dari Amerika Serikat (AS) yang memberlakukan tarif impor baja sebesar 25% sejak tahun 2018. Dengan mengimpor baja dari Indonesia, China dapat mengurangi ketergantungan pada AS dan negara-negara lain yang memiliki hubungan dagang yang tegang dengan China.

China dikatakan memiliki strategi jangka panjang untuk mengamankan pasokan bahan baku untuk industri baja dan baterai di Indonesia. Hal ini tentu memberikan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alamnya, sekaligus tantangan untuk menjaga kedaulatan dan kepentingan nasionalnya.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article