jfid – Nahdlatul Ulama (NU) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) memiliki hubungan yang istimewa. PKB adalah partai politik yang didirikan oleh para tokoh NU pada tahun 1998, sebagai respons terhadap krisis multidimensi yang melanda Indonesia saat itu. PKB bertujuan untuk mewadahi aspirasi warga NU dan masyarakat luas dalam kancah politik nasional.
Namun, hubungan antara NU dan PKB tidak bersifat monolitik atau eksklusif. NU tidak mengikat warganya untuk hanya memilih atau bergabung dengan PKB. NU juga tidak mengintervensi kebijakan atau keputusan politik yang diambil oleh PKB.
Sebaliknya, PKB tidak mengklaim dirinya sebagai satu-satunya representasi politik dari NU. PKB juga tidak menutup diri dari kerjasama atau koalisi dengan partai lain, baik itu partai nasionalis maupun partai agama.
Hubungan antara NU dan PKB adalah hubungan tanpa ikatan, tapi penuh dengan rasa hormat dan saling mendukung.
“NU dan PKB itu seperti ibu dan anak. Ibu tidak akan memaksa anaknya untuk tinggal di rumah terus, tapi akan memberikan dukungan dan doa agar anaknya sukses di mana pun berada,” kata KH Said Aqil Siradj, Ketua Umum PBNU. “PKB dan NU itu seperti saudara kandung.
Saudara tidak harus selalu sependapat atau sehaluan, tapi akan selalu bersatu dalam menghadapi masalah atau tantangan bersama,” kata Abdul Muhaimin Iskandar, Ketua Umum DPP PKB.
Hubungan tanpa ikatan antara NU dan PKB juga terlihat dalam dinamika politik nasional. Pada pemilihan presiden 2019, NU dan PKB mendukung pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin, yang berhasil memenangkan kontestasi dengan perolehan suara 55,5 persen.
Ma’ruf Amin sendiri adalah mantan Rais Aam PBNU yang dianggap sebagai representasi dari NU. Namun, pada pemilihan kepala daerah 2020, NU dan PKB tidak selalu sejalan.
Di beberapa daerah, ada calon yang didukung oleh NU tapi tidak oleh PKB, atau sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa NU dan PKB memiliki kebebasan untuk menentukan sikap politik mereka sesuai dengan kondisi lokal.
Hubungan tanpa ikatan antara NU dan PKB juga membawa dampak positif bagi perkembangan demokrasi di Indonesia. NU dan PKB menunjukkan bahwa partai politik berbasis agama bisa berperan aktif dalam politik tanpa harus mengorbankan nilai-nilai toleransi dan pluralisme.
NU dan PKB juga menunjukkan bahwa partai politik bisa menjalin hubungan harmonis dengan organisasi kemasyarakatan tanpa harus mengabaikan prinsip-prinsip otonomi dan profesionalisme.
NU dan PKB adalah dua entitas yang saling melengkapi dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Hubungan tanpa ikatan yang mereka bangun adalah bukti dari komitmen mereka untuk menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia di tengah keragaman yang ada.