Cak Imin-AHY: Cinta yang Tak Harus Memiliki

jfid
By jfid
5 Min Read

jfid – Muhaimin Iskandar, atau lebih dikenal sebagai Cak Imin, adalah seorang politisi Indonesia yang sejak 2005 menjadi Ketua Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Cak Imin juga merupakan salah satu tokoh Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia, yang memiliki basis massa yang luas dan loyal.

Sebagai ketua PKB, Cak Imin memiliki ambisi untuk menjadi calon wakil presiden (cawapres) di pemilu 2024. Namun, ambisi itu tidak mudah terwujud karena PKB harus berhadapan dengan dinamika politik yang rumit dan penuh intrik.

PKB adalah salah satu partai yang tergabung dalam Koalisi Perubahan, sebuah aliansi politik yang mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres) di pemilu 2024. Koalisi ini awalnya beranggotakan tiga partai, yaitu PKB, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Namun, pada awal September 2023, muncul kabar mengejutkan bahwa Anies Baswedan memilih Cak Imin sebagai pendampingnya, bukan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), ketua umum Partai Demokrat dan putra sulung mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Kabar ini sontak membuat Partai Demokrat merasa dikhianati oleh Anies Baswedan dan Cak Imin. Menurut Syarief Hasan, anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat, kabar ini mengemuka pada detik-detik terakhir menjelang deklarasi bakal capres-cawapres Anies-AHY.

Padahal, sebelumnya Anies Baswedan telah mengirim surat kepada AHY yang meminta AHY menjadi pendampingnya dalam pilpres 2024. Syarief Hasan juga menyerukan kepada seluruh pengurus cabang Partai Demokrat untuk menurunkan baliho yang memasang wajah Anies-AHY.

Sementara itu, PKS juga merasa kecewa dengan keputusan Anies Baswedan. Menurut Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera, PKS sebenarnya sudah siap mendukung Anies-AHY sebagai pasangan capres-cawapres.

Namun, PKS tidak pernah diajak berkomunikasi oleh Anies Baswedan maupun Cak Imin tentang perubahan rencana tersebut. Mardani Ali Sera mengatakan bahwa PKS akan tetap mendukung Anies Baswedan sebagai capres, tetapi akan meninjau ulang posisi PKS dalam koalisi.

Di sisi lain, Partai NasDem menyambut baik duet Anies-Cak Imin sebagai pasangan capres-cawapres. Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh mengatakan bahwa duet ini bisa terjadi karena ada komunikasi intens antara NasDem dan PKB dalam dua hari terakhir.

Surya Paloh juga mengklaim bahwa duet ini sudah mendapat restu dari para kiai NU dan tokoh-tokoh nasional lainnya. NasDem juga menghadiri deklarasi dukungan PKB kepada Anies-Cak Imin yang digelar di Surabaya pada 2 September 2023. Deklarasi ini juga dihadiri oleh PKS dan beberapa partai non-parlemen.

Dengan demikian, koalisi Perubahan mengalami perombakan besar-besaran dengan keluarnya Partai Demokrat dan masuknya Partai NasDem. Koalisi ini kini beranggotakan empat partai, yaitu NasDem, PKB, PKS, dan Partai Gelora.

Koalisi ini juga memiliki dukungan dari sejumlah tokoh seperti mantan presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), mantan ketua MPR Amien Rais, mantan ketua MK Mahfud MD, mantan ketua KPK Abraham Samad, dan mantan panglima TNI Gatot Nurmantyo.

Namun, apakah duet Anies-Cak Imin bisa meningkatkan elektabilitas koalisi Perubahan? Menurut pengamat politik dari Universitas Indonesia, Adi Prayitno, duet ini memiliki potensi elektabilitas yang agak problematik.

Pasalnya, Anies Baswedan dan Cak Imin sama-sama berasal dari kalangan Islam moderat yang memiliki basis massa yang tumpang tindih. Selain itu, duet ini juga belum tentu bisa menarik suara dari kalangan non-Muslim, terutama di luar Jawa.

Adi Prayitno menyarankan agar koalisi Perubahan mencari figur yang bisa menyeimbangkan Anies Baswedan dan Cak Imin, misalnya dari kalangan profesional, militer, atau perempuan.

Adi Prayitno juga mengatakan bahwa koalisi Perubahan harus memperkuat komunikasi dan solidaritas di antara anggotanya agar tidak mudah terpecah belah oleh tekanan politik.

Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, Arie Sujito, mengatakan bahwa duet Anies-Cak Imin bisa menjadi ancaman bagi koalisi lain yang mengusung Prabowo Subianto sebagai capres. Pasalnya, duet ini bisa merebut suara dari basis massa Islam yang selama ini menjadi basis Prabowo.

Arie Sujito juga mengatakan bahwa duet ini bisa memanfaatkan isu-isu kebangsaan dan keadilan sosial yang menjadi kekuatan Anies Baswedan dan Cak Imin.

Arie Sujito menilai bahwa duet Anies-Cak Imin memiliki peluang untuk menang dalam pilpres 2024 jika mampu menjaga konsistensi dan integritasnya. Arie Sujito juga mengatakan bahwa duet ini harus mampu menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia, seperti pandemi Covid-19, krisis ekonomi, dan polarisasi politik.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article