Kim Jong Un dan Putin: Persahabatan Berbahaya bagi Dunia

Deni Puja Pranata
6 Min Read

jfid – Ketika Kim Jong Un tiba di Rusia pada hari Selasa, 12 September 2023, ia disambut dengan hangat oleh Presiden Vladimir Putin. Kedua pemimpin itu berpelukan dan tersenyum, seolah-olah tidak ada yang salah dengan dunia. Padahal, mereka sedang berada di tengah-tengah krisis global yang mungkin mengancam perdamaian dan stabilitas dunia.

Kim Jong Un dan Putin adalah dua tokoh yang sering dikritik oleh masyarakat internasional karena pelanggaran hak asasi manusia, pengembangan senjata nuklir, dan intervensi militer di negara-negara tetangga. Kedua pemimpin itu juga memiliki hubungan yang erat dan saling mendukung satu sama lain.

Salah satu bukti dukungan Kim Jong Un kepada Putin adalah pernyataannya yang mengecam Ukraina sebagai “boneka Barat” dan menyanjung Rusia sebagai “pelindung kedaulatan dan keamanan”. Pernyataan ini dibuat pada hari Rabu, 13 September 2023, saat Kim Jong Un bertemu dengan Putin di Kosmodrom Vostochny, pusat peluncuran roket Rusia di wilayah timur jauh.

Pertemuan ini adalah pertemuan pertama antara Kim Jong Un dan Putin sejak Rusia memulai invasi ke Ukraina pada bulan Maret 2023. Sejak saat itu, konflik antara kedua negara telah memanas dan menimbulkan ketegangan di seluruh dunia. Rusia telah melancarkan serangan-serangan udara, rudal, dan siber ke Ukraina, sementara Ukraina telah berusaha mempertahankan diri dengan bantuan dari negara-negara NATO.

Menurut analis politik internasional, Dr. Lee Seong-hyon, pertemuan antara Kim Jong Un dan Putin adalah upaya untuk menunjukkan solidaritas dan kekuatan kepada dunia. “Kim Jong Un ingin menunjukkan bahwa ia memiliki sekutu kuat di Rusia, yang dapat memberinya perlindungan dan bantuan jika terjadi konfrontasi dengan Amerika Serikat atau negara-negara lain. Putin juga ingin menunjukkan bahwa ia memiliki sekutu setia di Korea Utara, yang dapat memberinya dukungan politik dan militer jika terjadi eskalasi konflik dengan Ukraina atau NATO,” kata Dr. Lee, yang merupakan direktur Pusat Studi Tiongkok di Institut Nasional untuk Kebijakan Strategis Korea Selatan. 

Dr. Lee juga mengatakan bahwa pertemuan ini dapat membawa dampak negatif bagi dunia, terutama bagi kawasan Asia Timur. “Pertemuan ini dapat meningkatkan ketidakstabilan dan ketidakamanan di kawasan ini, karena dapat memicu reaksi berantai dari negara-negara lain. Misalnya, Jepang dan Korea Selatan dapat merasa terancam oleh kerjasama militer antara Korea Utara dan Rusia, dan dapat meningkatkan upaya mereka untuk memperkuat pertahanan mereka sendiri. Ini dapat memperburuk hubungan mereka dengan Cina, yang juga memiliki kepentingan strategis di kawasan ini. Ini juga dapat mempengaruhi proses denuklirisasi Korea Utara, yang telah mengalami kemunduran akibat ketegangan antara Pyongyang dan Washington,” kata Dr. Lee.

Salah satu orang yang merasakan dampak langsung dari pertemuan antara Kim Jong Un dan Putin adalah Yoo Jin-woo, seorang warga Korea Selatan yang tinggal di dekat perbatasan dengan Korea Utara. Yoo Jin-woo adalah seorang petani yang mengelola lahan seluas 2 hektar di desa Yeoncheon, yang berjarak sekitar 10 kilometer dari zona demiliterisasi (DMZ) antara kedua Korea.

Yoo Jin-woo mengatakan bahwa ia merasa khawatir dengan situasi saat ini, karena ia takut akan terjadi perang atau insiden militer di dekat rumahnya. “Saya selalu waspada setiap hari, karena saya tidak tahu kapan akan ada serangan atau provokasi dari Korea Utara. Saya juga khawatir dengan keselamatan keluarga saya, yang tinggal bersama saya di sini. Saya memiliki istri dan dua anak, yang berusia 12 dan 9 tahun. Mereka juga merasa takut dan stres dengan situasi ini,” kata Yoo Jin-woo. 

Yoo Jin-woo juga mengatakan bahwa ia merasa marah dengan sikap Kim Jong Un dan Putin, yang ia anggap sebagai penyebab utama konflik di dunia. “Saya tidak mengerti mengapa mereka harus bertindak seperti itu, dan tidak peduli dengan penderitaan orang-orang yang tidak bersalah. Mereka hanya memikirkan kepentingan dan ambisi mereka sendiri, tanpa memperhatikan dampak bagi dunia. Mereka harus berhenti bermain-main dengan api, dan mulai berdialog dengan negara-negara lain untuk mencari solusi damai,” kata Yoo Jin-woo.

Pertemuan antara Kim Jong Un dan Putin adalah salah satu contoh dari dinamika politik global yang kompleks dan berbahaya. Pertemuan ini menunjukkan bahwa dunia tidak hanya menghadapi ancaman dari satu negara atau kelompok, tetapi juga dari aliansi atau koalisi antara negara-negara yang memiliki agenda dan motif yang berbeda. Pertemuan ini juga menunjukkan bahwa dunia membutuhkan kerjasama dan diplomasi yang lebih kuat dan efektif, untuk mencegah terjadinya konflik atau perang yang dapat merugikan semua pihak.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article