Kim Jong-un dan Putin Bertemu: Apa yang Terjadi?

Noer Huda
4 Min Read

jfid – Pada bulan September ini, pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, akan melakukan perjalanan ke Rusia untuk menjalani pertemuan bersejarah dengan Presiden Vladimir Putin. Pertemuan ini memiliki tujuan utama untuk membahas kemungkinan kerjasama militer antara kedua negara, termasuk potensi pasokan senjata yang dapat digunakan dalam konflik di Ukraina.

Kim Jong-un diperkirakan akan melakukan perjalanan dari Pyongyang ke Vladivostok, yang mungkin dilakukan dengan menggunakan kereta api lapis baja, menuju pertemuan dengan Putin di kota pelabuhan Vladivostok, yang terletak di pantai Pasifik Rusia. Intelijen militer yang pertama kali dilaporkan oleh New York Times menunjukkan bahwa pertemuan ini akan menjadi platform bagi kedua pemimpin untuk membahas potensi keterlibatan Korea Utara dalam menyediakan senjata kepada Rusia untuk mendukung perang di Ukraina, serta mempertimbangkan bentuk kerjasama militer lainnya.

Selain pertemuan bilateral antara Kim Jong-un dan Vladimir Putin, keduanya juga akan menghadiri Forum Ekonomi Timur yang dijadwalkan berlangsung dari tanggal 10 hingga 13 September di kampus Universitas Federal Timur Jauh di Vladivostok. Forum ini akan menjadi kesempatan bagi para pemimpin untuk menjajaki isu-isu ekonomi dan kerjasama regional yang lebih luas.

Kunjungan Kim Jong-un ke Rusia juga akan mencakup rencananya untuk mengunjungi Pier 33 di Vladivostok, yang merupakan tempat kapal-kapal angkatan laut dari armada Pasifik Rusia berlabuh. Hal ini menegaskan pentingnya hubungan militer antara Korea Utara dan Rusia.

Dalam pertemuan mereka, Kim Jong-un dan Vladimir Putin telah mencapai kesepakatan untuk meningkatkan kerjasama militer antara kedua negara. Putin berkeinginan agar Korea Utara menyediakan peluru artileri dan rudal antitank sebagai bagian dari kerjasama ini. Sebagai imbalannya, Kim Jong-un berharap Rusia akan memberikan teknologi satelit dan bantuan dalam pengembangan kapal selam bertenaga nuklir. Kim juga mengejar bantuan pangan dari Rusia dalam konteks ini.

Pertemuan ini menggarisbawahi pentingnya hubungan militer antara Korea Utara dan Rusia, yang memiliki sejarah kerjasama yang panjang yang dimulai sejak masa Uni Soviet. Selama Perang Korea, Tentara Rakyat Korea mendapat dukungan vital dari Angkatan Bersenjata Soviet. Korea Utara didirikan sebagai negara bagian dalam blok Komunis dan menerima dukungan militer serta politik utama dari Uni Soviet.

Meskipun hubungan ini tidak selalu mulus, terutama selama perpecahan Sino-Soviet pada tahun 1960-an yang menyebabkan persaingan antara China dan Uni Soviet dalam mempengaruhi Korea Utara, negara ini selalu berusaha mempertahankan hubungan baik dengan kedua negara tersebut.

Setelah pembubaran Uni Soviet pada tahun 1991, hubungan antara Korea Utara dan Rusia terus berlanjut. Hubungan ini mendapatkan kembali kepentingan utama setelah Vladimir Putin terpilih sebagai Presiden Rusia pada tahun 2000. Kim Jong-un juga menerima undangan untuk mengunjungi Rusia pada pertengahan tahun 2015.

Selain itu, perbatasan yang mereka bagikan sepanjang Sungai Tumen, yang berpanjang 17 kilometer dan terbentuk pada tahun 1860, menambah nilai strategis hubungan ini.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, persepsi positif tentang Korea Utara di Rusia telah menurun. Hanya 34% orang Rusia yang melihat Korea Utara sebagai negara yang bersahabat, dan 60% orang Rusia percaya bahwa senjata nuklir Korea Utara merupakan ancaman bagi negara lain. Hanya 8% orang Rusia yang mendukung Korea Utara dalam konflik potensial.

Meskipun demikian, pertemuan antara Kim Jong-un dan Vladimir Putin di Rusia menunjukkan bahwa kedua negara tetap memiliki kepentingan bersama dalam bidang militer. Kedua pemimpin sepakat untuk meningkatkan kerjasama militer dan ekonomi, yang dapat berdampak positif bagi hubungan bilateral mereka di masa depan.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article