Sampah Antariksa: Ancaman Tersembunyi dari Langit

Rasyiqi By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
4 Min Read
- Advertisement -

jfid – Sampah antariksa adalah benda-benda buatan manusia yang mengorbit Bumi tanpa tujuan dan guna. Mereka adalah saksi bisu dari kejayaan dan kegagalan manusia dalam menaklukkan ruang angkasa. Namun, mereka juga menjadi ancaman tersembunyi yang bisa menimbulkan bencana bagi Bumi dan makhluk hidupnya.

Sampah antariksa bisa berupa bekas roket, satelit mati, serpihan tabrakan, atau bahkan noda cat yang jatuh dari pesawat ruang angkasa. Menurut data dari National History Museum (NHM), saat ini ada sekitar 2.000 satelit aktif yang mengorbit Bumi, tetapi ada juga 3.000 satelit mati dan 34.000 keping sampah antariksa yang berukuran lebih dari 10 sentimeter. Belum lagi jutaan kepingan yang lebih kecil yang bisa menjadi peluru mematikan jika menabrak benda lainnya.

Sampah antariksa tidak hanya mengotori langit, tetapi juga membahayakan satelit-satelit yang masih berfungsi. Satelit-satelit ini harus menghindari sampah antariksa yang masuk jalur orbit mereka untuk memastikan mereka tidak rusak atau hancur. Bahkan, Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pun harus melakukan manuver untuk menghindari tabrakan dengan sampah antariksa.

Sampah antariksa juga bisa jatuh kembali ke Bumi karena tarikan gravitasi. Beberapa sampah antariksa akan terbakar di atmosfer dan tidak mencapai permukaan tanah. Tetapi, ada juga sampah antariksa yang cukup besar dan kuat untuk bertahan dari panas atmosfer dan jatuh ke Bumi dengan kecepatan tinggi. Hal ini bisa menimbulkan kerusakan atau bahkan korban jiwa.

Salah satu contoh adalah puing roket China CZ-5B yang jatuh di Samudra Hindia pada Mei 2021 lalu. Roket ini memiliki panjang 30 meter dan berat 18 ton, dan merupakan salah satu benda terbesar yang pernah jatuh dari orbit2. Meskipun tidak menimbulkan kerusakan atau korban jiwa, roket ini sempat menimbulkan kepanikan karena tidak diketahui dengan pasti lokasi jatuhnya.

Sampah antariksa juga bisa mencemari planet lain selain Bumi. Menurut IDN Times, sampah antariksa juga terdapat di Bulan, Mars, Venus, dan bahkan Titan, salah satu bulan Saturnus. Sampah-sampah ini berasal dari misi penjelajahan ruang angkasa yang pernah dilakukan oleh manusia di planet-planet tersebut.

Sampah antariksa adalah bukti dari ketidakpedulian manusia terhadap lingkungan, baik di Bumi maupun di luar angkasa. Sampah-sampah ini tidak hanya merusak pemandangan langit, tetapi juga membawa risiko bagi kehidupan di Bumi dan planet lain. Oleh karena itu, sudah saatnya manusia bertanggung jawab atas sampah-sampah yang mereka ciptakan di ruang angkasa.

Salah satu cara untuk mengatasi masalah sampah antariksa adalah dengan melakukan pembersihan orbit. Beberapa negara dan organisasi telah mengembangkan teknologi untuk menangkap dan menghapus sampah antariksa dari orbit. Teknologi-teknologi ini meliputi jaring, tali pengait, magnet, laser, dan lain-lain.

Namun, pembersihan orbit saja tidak cukup untuk menyelesaikan masalah sampah antariksa. Manusia juga harus mengurangi aktivitas peluncuran roket dan satelit yang tidak perlu dan tidak ramah lingkungan. Selain itu, manusia juga harus merancang roket dan satelit yang bisa kembali ke Bumi dengan aman atau terurai di orbit tanpa meninggalkan puing-puing.

Sampah antariksa adalah ancaman tersembunyi dari langit yang harus segera ditangani. Jika tidak, maka langit akan menjadi tempat sampah yang bisa menimpa kita kapan saja. Mari kita bersama-sama menjaga kebersihan dan keindahan langit, demi kebaikan Bumi dan makhluk hidupnya.

- Advertisement -
Share This Article