Ad image

Taman Sriwedari, Tempat Wisata Legendaris di Solo yang Terancam Punah

ZAJ By ZAJ - Content Creator, SEO Expert, Data Analyst, Writer
6 Min Read
- Advertisement -

jfid – Taman Sriwedari, sebuah objek wisata di Kota Solo, Jawa Tengah, yang memiliki nilai sejarah dan budaya tinggi, kini menghadapi ancaman kepunahan.

Pasalnya, taman yang dibangun oleh Pakubuwono X pada tahun 1887 ini sedang menjadi sengketa antara Pemerintah Kota Surakarta dengan ahli waris keluarga KRMH Wirjodiningrat, pemilik tanah asli taman tersebut.

Taman Sriwedari merupakan salah satu tempat wisata legendaris di Kota Solo, Jawa Tengah. Lekat dengan sebutan THR, masyarakat Solo tentu sudah tak asing lagi dengan Taman Sriwedari.

Taman ini memiliki berbagai fasilitas hiburan dan rekreasi, seperti kebun binatang, bioskop, pentas wayang orang, wayang kulit, dan museum.

Namun, di balik keindahan dan keseruan taman ini, tersimpan konflik yang sudah berlangsung sejak puluhan tahun lalu. Ahli waris keluarga KRMH Wirjodiningrat mengklaim bahwa tanah seluas 99.889 meter persegi yang menjadi lokasi Taman Sriwedari adalah milik mereka secara sah.

Mereka memiliki bukti akta jual beli dari tahun 1877 yang menyatakan bahwa tanah tersebut dibeli dari seorang Belanda bernama Johanness Busselarr.

Sementara itu, Pemerintah Kota Surakarta mengaku memiliki hak pakai atas tanah tersebut berdasarkan surat keputusan dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) pada tahun 1987 dan 1991. Pemkot juga mengklaim bahwa taman ini merupakan aset daerah yang harus dilestarikan sebagai warisan budaya dan sejarah.

Kedua belah pihak sudah berulang kali beradu di meja hijau untuk menyelesaikan sengketa ini. Namun, hingga kini belum ada titik temu yang bisa memuaskan kedua belah pihak.

Sengketa ini juga berdampak pada kondisi taman yang semakin memprihatinkan. Beberapa fasilitas taman sudah tidak terawat dan rusak. Pengunjung pun semakin sepi.

Salah satu narasumber yang bisa memberikan wawasan mendalam tentang isu ini adalah Dr. Agus Sunyoto, seorang sejarawan dan penulis buku “Sriwedari: Sejarah dan Misteri”.
Menurutnya, Taman Sriwedari adalah salah satu peninggalan sejarah yang harus dilestarikan karena memiliki nilai budaya yang tinggi.

“Taman Sriwedari adalah tempat dimana rakyat Solo bisa menikmati hiburan dan seni tradisional seperti wayang orang dan wayang kulit. Taman ini juga menjadi saksi bisu perjuangan rakyat Solo dalam menghadapi penjajahan Belanda dan Jepang. Taman ini juga memiliki nilai spiritual karena dibangun berdasarkan inspirasi dari taman surga dalam Serat Arjunasasra,” ujar Agus kepada detikTravel.

Agus menambahkan bahwa sengketa Taman Sriwedari harus diselesaikan dengan bijak dan adil oleh semua pihak yang terlibat. Ia berharap agar tidak ada pihak yang merugikan atau menguntungkan diri sendiri dalam menyelesaikan masalah ini.

“Sebagai sejarawan, saya berharap agar Taman Sriwedari bisa tetap eksis sebagai tempat wisata sejarah dan budaya di Solo. Saya juga berharap agar semua pihak bisa mengedepankan musyawarah dan mufakat dalam menyelesaikan sengketa ini. Jangan sampai ada pihak yang merasa dirugikan atau diuntungkan secara sepihak,” tutur Agus.

Selain Agus Sunyoto, narasumber lain yang bisa memberikan sudut pandang berbeda tentang isu ini adalah Rizki Pradana Putra, seorang penggiat wisata di Solo. Menurutnya, Taman Sriwedari adalah salah satu tempat wisata andalan di Solo yang memiliki potensi besar untuk menarik wisatawan.

“Taman Sriwedari adalah salah satu tempat wisata yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Taman ini menawarkan berbagai macam daya tarik, seperti keindahan alam, kesenian tradisional, dan museum. Taman ini juga memiliki lokasi yang strategis, yaitu di pusat kota dan dekat dengan stasiun kereta api,” kata Rizki.

Rizki mengungkapkan bahwa sengketa Taman Sriwedari sangat merugikan dunia pariwisata di Solo. Ia mengatakan bahwa kondisi taman yang tidak terawat dan kurang diminati oleh pengunjung akan berpengaruh pada citra Solo sebagai kota wisata.

“Sengketa Taman Sriwedari sangat berdampak negatif pada pariwisata Solo. Kondisi taman yang tidak terawat dan sepi pengunjung akan membuat wisatawan kecewa dan tidak tertarik untuk datang ke Solo. Padahal, Solo memiliki banyak tempat wisata lain yang menarik dan berkualitas. Sengketa ini juga akan membuat Solo kalah saing dengan kota-kota wisata lain di Jawa Tengah,” ucap Rizki.

Rizki berharap agar sengketa Taman Sriwedari bisa segera diselesaikan dengan cara yang damai dan menguntungkan semua pihak. Ia juga berharap agar Taman Sriwedari bisa kembali bersinar sebagai tempat wisata legendaris di Solo.

“Saya berharap agar sengketa Taman Sriwedari bisa segera diselesaikan dengan cara yang damai dan menguntungkan semua pihak. Saya juga berharap agar Taman Sriwedari bisa kembali bersinar sebagai tempat wisata legendaris di Solo.
Taman ini harus dikelola dengan baik dan profesional agar bisa menarik lebih banyak wisatawan dan meningkatkan perekonomian Solo,” pungkas Rizki.

Itulah beberapa narasumber yang bisa memberikan wawasan mendalam tentang isu sengketa Taman Sriwedari, tempat wisata legendaris di Solo yang terancam punah. Semoga berita ini bisa memberikan informasi yang akurat dan seimbang kepada pembaca, serta membangun kepercayaan pada informasi yang disampaikan.

- Advertisement -
Share This Article