Penyebab Warna NU Tidak Memilih Cak Imin di Pilpres 2024

Rasyiqi
By Rasyiqi
4 Min Read

jfid – Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), telah mendeklarasikan diri sebagai calon wakil presiden pendamping Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta, di Pilpres 2024. Namun, langkah Cak Imin ini tidak serta merta mendapat dukungan penuh dari warga Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia yang menjadi basis massa PKB.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan warna NU tidak memilih Cak Imin, meskipun PKB identik dengan NU. Berikut adalah beberapa faktor tersebut:

Kekuatan Elektoral PKB dan Cak Imin

PKB adalah partai politik yang didirikan oleh tokoh-tokoh NU pada tahun 1998. PKB mengusung ideologi Islam Nusantara yang mengedepankan nilai-nilai toleransi, moderasi, dan kebhinekaan. PKB juga menjadi partai politik terbesar ketiga di Indonesia dengan perolehan suara sebesar 9,69 persen pada Pemilu 2019.

Namun, kekuatan elektoral PKB tidak selalu berbanding lurus dengan kekuatan elektoral Cak Imin sebagai ketua umumnya. Menurut survei Parameter Politik Indonesia, elektabilitas Cak Imin sebagai calon wakil presiden hanya sebesar 1-2 persen. Hal ini menunjukkan adanya gap antara pemilih PKB dengan Cak Imin.

Selain itu, tidak semua pemilih PKB akan memilih Cak Imin jika dipasangkan dengan Anies Baswedan. Menurut survei Lembaga Survei Indonesia (LSI), pasangan Anies-Cak Imin hanya mendapat dukungan sebesar 14,7 persen, sedangkan pasangan Anies-AHY mendapat dukungan sebesar 15,2 persen. Hal ini menunjukkan bahwa ada pemilih PKB yang lebih memilih AHY daripada Cak Imin sebagai cawapres Anies.

Keragaman Warga NU

NU adalah organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan jumlah anggota mencapai 40-45 persen dari total penduduk Indonesia yang beragama Islam. NU memiliki berbagai macam sayap organisasi, seperti PBNU, GP Ansor, Muslimat NU, Fatayat NU, IPNU-IPPNU, PMII, Lakpesdam NU, dan lain-lain.

Warga NU juga memiliki berbagai macam afiliasi politik, baik di partai politik maupun di luar partai politik. Selain PKB, ada juga warga NU yang tergabung di partai politik lain, seperti PDI Perjuangan, Golkar, Gerindra, PAN, Demokrat, dan lain-lain. Ada juga warga NU yang tidak tergabung di partai politik manapun, tetapi lebih mengikuti arahan dari kiai-kiai di pesantren maupun di kampung-kampung.

Oleh karena itu, warga NU tidak bisa dipukul rata sebagai pemilih Cak Imin hanya karena dia berasal dari PKB. Warga NU memiliki preferensi politik yang beragam dan dinamis sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi. Warga NU juga cenderung lebih loyal kepada kiai-kiai daripada kepada tokoh-tokoh politik.

Cak Imin bukanlah satu-satunya calon wakil presiden yang berasal dari kalangan NU. Ada beberapa nama lain yang juga memiliki latar belakang NU dan memiliki elektabilitas yang lebih tinggi daripada Cak Imin. Beberapa nama yang juga berpotensi mendapatkan suara dari warga NU.

Dengan adanya calon-calon lain yang berasal dari kalangan NU dan memiliki elektabilitas yang lebih tinggi, Cak Imin akan menghadapi persaingan yang ketat untuk mendapatkan dukungan dari warga NU. Cak Imin harus mampu menunjukkan keunggulan dan kelebihannya dibandingkan dengan calon-calon lain tersebut.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article