“Pene Lando” Acara Ritual Adat untuk Tolak Balak, Minta Hujan dan Silaturrahmi

Syahril Abdillah
3 Min Read
Pene Lando, acara adat tolak balak, minta turun hujan (Foto: Redaksi)
Pene Lando, acara adat tolak balak, minta turun hujan (Foto: Redaksi)

Lombok Timur,- “pene lando” merupakan acara ritual adat Desa Pene Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur. Acara ritual adat ini merupakan ragam cara warga Lombok untuk melestarikan adat budaya nya. Selasa, 26/11/2019.

Menyambut musim hujan dan tolak balak merupakan tujuan masyarakat setempat untuk menggelar acar ritual adat “pene lando” di setiap tahun. Warga yang mengikutinya diharuskan memakai pakaian adat pada saat ritual diadakan, bagi wanita semuanya membawa “dulang” dan bersamaan berjalan menuju tempat ritual adat tersebut yang oleh warga setempat disebut dengan ” kemali’ “. Sedangkan, lokasi ritual adat tersebut berjarak 2 Km dari gubug yang berada di pesisir pantai setempat.

Acara ritual adat “pene lando” digelar pada bulan ke-7 H yakni tanggal 17 Safar. Menurut H. Sopian tokoh adat setempat, tradisi ritual adat ini dan sampai saat ini dipercaya membawa keamanan dan ketentraman Desa nya.

“ kami mengerjakan ritual ini pada tanggal 17 Safar, nenek moyang memperingatinya pada tanggal ini, maka kami melanjutkan,” sebutnya.

Menurut kepercayaan warga setempat, jika ritual ini tidak dilaksanakan, atau salah ritual dalam melaksanakannya, maka warga akan mendapatkan banyak cobaan hidup setiap hari serta keamanan Desa setempat pun tidak terjamin.

Selain fungsi ritual ini untuk memanggil hujan dan menolak bala, warga setempat memanfaatkannya dengan menyambung tali silaturrahmi antara sesama warga.
“kita atau kami disini akan selalu mengerjakannya, untuk kelestarian budaya leluhur kami” sebut Ahmad Baihaqi, Warga setempat.

H. Sopian lebih lanjut menuturkan ritual tersebut juga sebagai cara menyambung silaturrohmi memberikan contoh.

“fungsi lainnya misal, ada permasalahan yang terjadi atau membuat masyarakat tidak saling sapa. Maka mau tidak mau mereka mesti saling tegur sapa sebab di lokasi ritual kami makan bersama” tandas H. Sopian.

Ragam budaya dan tradisi membuat Indonesia kaya akan perbedaan, dan dari perbedaan tersebutlah akan timbul rasa saling menghargai dan menghormati, hanya saja kita bisa melihat, eksistensi budaya atau tradisi tersebut akan lestari jika telah mengandung unsur istiqomah, kreatifitas, dan pewarisan nilai.

Laporan: Muh Riswan

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article