jfid – Jakarta – Perubahan iklim adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi umat manusia saat ini. Dampaknya sudah mulai terasa di berbagai belahan dunia, mulai dari gelombang panas, kebakaran hutan, banjir, badai, hingga kenaikan permukaan air laut.
Para ilmuwan memperingatkan bahwa jika tidak ada tindakan nyata untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, suhu rata-rata Bumi bisa naik lebih dari 1,5 derajat Celcius di atas suhu pra-industri dalam dekade mendatang.
Untuk menghindari skenario terburuk tersebut, diperlukan upaya global yang komprehensif dan kolaboratif, yang meliputi tiga pilar utama, yaitu pengurangan emisi, penghilangan karbon dioksida, dan manajemen radiasi Matahari.
Pilar pertama dan kedua sudah banyak dibahas dan dilakukan oleh berbagai negara, organisasi, dan individu. Namun, pilar ketiga masih terdengar asing dan kontroversial bagi sebagian orang.
Manajemen radiasi Matahari (SRM) adalah sebuah konsep yang bertujuan untuk memantulkan sebagian kecil energi Matahari kembali ke luar angkasa, sehingga mengurangi jumlah energi yang diserap oleh Bumi dan menyebabkan pemanasan global.
Ada berbagai macam teknik yang telah diusulkan untuk menerapkan SRM, salah satunya adalah dengan membuat tirai antariksa raksasa yang bisa menaungi Bumi dari sinar Matahari.
Tirai Antariksa, Solusi Terbaik untuk SRM?