By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Jurnal FaktualJurnal FaktualJurnal Faktual
  • News Opinion
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Siasat
    • Sosial
    • Tahta
  • #Pilpres 2024
Search
  • Arta
  • Fakta vs. Mitos
  • Raga
  • Rupa-Rupa
  • Sains
  • Sasana
  • Tech
  • Wellness
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kerjasama
  • Pedoman
  • Privacy Policy
Reading: Nasib Tragis Keturunan Theodor Herzl, Bapak Zionisme dan Pendiri Negara Israel
Notification Show More
Font ResizerAa
Jurnal FaktualJurnal Faktual
Font ResizerAa
  • Beranda
  • Terbaru
  • Terpopuler
  • History
  • Your Feed
  • Your Interests
  • Your Saves
Search
  • News Opinion
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Siasat
    • Sosial
    • Tahta
  • Arta
    • Energi
    • Fiskal
    • Makro
    • Moneter
    • Money
    • Startup
    • UMKM
  • Kolom
  • Plesir
    • Destinasi
    • Ekspedisi
  • Raga
    • Bola
    • Golf
  • Rupa-Rupa
    • Hiburan
    • Kisah
    • Sosmed-an
  • Sains
    • Alam Semesta
    • Discovery
    • Riset
  • Sasana
    • Histori
    • Karir
    • Pendidikan
    • Self-Dev
  • Tech
    • Cyber Security
    • Gedget
    • Innovatech
    • Life Tech
    • Softtech
  • Wellness
    • Fisik
    • Mental
    • Ramuan
  • Fakta vs. Mitos

Top Stories

Explore the latest updated news!

Mau Skin Epic Gratis? Cek Kode Redeem ML Terbaru 3 Desember 2023, di Sini!

2

8 Rekomendasi Baju Tunik Untuk Tampil Kekinian

Bocoran Kode Redeem ML Terbaru 4 Desember 2023, Dapetin Skin dan Diamond Gratis Sekarang Juga!

1
Yandex Browser Jepang: Kebebasan Maksimal Untuk Menonton Video Online

Browser Yandex Jepang: Jurus Ampuh untuk Nonton Video

Dari Mcdonald’s Hingga Starbucks, Begini Nasib Bisnis Yang Mendukung Israel Di Tengah Konflik Gaza

Mengapa Anda Harus Menggunakan Bdnaash.com Sebelum Boikot produk pro Israel

Mau Diamond dan Skin Legend Gratis? Cek Bocoran Kode Redeem ML Terbaru 5 Desember 2023!

1

Referensi Baju Tunik Dari Warna, Motif, Hingga Bawahannya

Have an existing account? Sign In
Follow US
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kerjasama
  • Pedoman
  • Privacy Policy
Copyright © 2023 JurnalFaktual. All Rights Reserved
Internasional

Nasib Tragis Keturunan Theodor Herzl, Bapak Zionisme dan Pendiri Negara Israel

Rasyiqi
Last updated: 2023/11/09 at 8:40 PM
By Rasyiqi
Share
11 Min Read
Nasib Tragis Keturunan Theodor Herzl, Bapak Zionisme Dan Pendiri Negara Israel
Nasib Tragis Keturunan Theodor Herzl, Bapak Zionisme Dan Pendiri Negara Israel
SHARE

jfid – Theodor Herzl adalah seorang tokoh yang sangat berpengaruh dalam sejarah bangsa Yahudi. Ia adalah penggagas gerakan zionisme, yaitu ideologi yang menuntut pembentukan negara Yahudi di tanah Palestina.

Contents
Theodor Herzl: Jurnalis, Penulis, dan Aktivis ZionisTheodor Herzl: Kematian dan Warisan

Ia juga dikenal sebagai bapak rohani negara Israel, meskipun ia meninggal sebelum negara itu terwujud.

Namun, siapa sangka bahwa nasib keluarga dan keturunan Herzl sangat menyedihkan dan ironis. Mereka tidak pernah menikmati hasil perjuangan Herzl dan bahkan menjadi korban dari kebencian dan kekerasan yang melanda bangsa Yahudi.

Theodor Herzl: Jurnalis, Penulis, dan Aktivis Zionis

Theodor Herzl lahir pada 2 Mei 1860 di Pest, Hongaria, yang saat itu masih bagian dari Kekaisaran Austria. Ia berasal dari keluarga Yahudi yang kaya dan terdidik.

- Advertisement -

Ayahnya, Jakob Herzl, adalah seorang pengusaha yang sukses. Ibunya, Jeanette Herzl, adalah seorang wanita yang berpendidikan tinggi dan fasih berbahasa Jerman.

Baca Juga

Google Play Store Hapus Aplikasi NoThanks yang Bantu Boikot Perusahaan Pro-Israel
Yuk, Boikot! Ini Dia Sembako Lokal Yang Bisa Gantikan Produk Israel!
10 Produk Israel Paling Laris di Indonesia: Apa Saja
Analisis Pasar: Produk Israel yang Paling Dicari oleh Konsumen Indonesia
Henry Kissinger Masuk Daftar Hitam Rusia di Ukraina
Indonesia ‘Banci’ Secara Diplomatis dengan Israel
‘Pemerintah’ Termasuk Prabowo Munafik?, di Depan Pro Palestine di Belakang Selingkuh dengan Israel.

Herzl memiliki seorang kakak perempuan, Pauline, yang meninggal karena tifus ketika ia berusia 18 tahun. Keluarga Herzl kemudian pindah ke Wina, Austria, tempat Herzl menempuh pendidikan hukum di Universitas Wina.

Herzl tidak begitu tertarik dengan hukum dan lebih memilih untuk menekuni karier sebagai jurnalis dan penulis. Ia bekerja untuk surat kabar Neue Freie Presse, salah satu media terkemuka di Eropa. Ia juga menulis beberapa drama dan novel yang cukup populer.

Sebagai seorang Yahudi yang terasimilasi dengan budaya Eropa, Herzl awalnya tidak begitu peduli dengan nasib bangsanya. Ia bahkan sempat mendukung ide baptisan massal bagi Yahudi sebagai cara untuk mengatasi antisemitisme.

Namun, pandangan Herzl berubah ketika ia menyaksikan kasus Dreyfus, yaitu skandal militer yang melibatkan seorang perwira Yahudi Prancis, Alfred Dreyfus, yang dituduh melakukan pengkhianatan dan dihukum secara tidak adil. Herzl, yang saat itu bertugas sebagai koresponden di Paris, terkejut melihat gelombang antisemitisme yang melanda Prancis, salah satu negara paling maju dan demokratis di Eropa.

- Advertisement -

Ia menyadari bahwa Yahudi tidak akan pernah diterima sebagai warga negara yang setara di mana pun mereka berada. Ia juga menyadari bahwa solusi satu-satunya bagi Yahudi adalah memiliki negara sendiri.

Pada tahun 1896, Herzl menerbitkan pamflet yang berjudul Der Judenstaat (Negara Yahudi), yang menjadi manifesto gerakan zionisme. Dalam pamflet tersebut, Herzl mengajukan gagasan bahwa masalah Yahudi adalah masalah politik yang harus diselesaikan oleh dewan dunia.

Ia menyerukan pembentukan sebuah negara Yahudi di Palestina, tanah leluhur bangsa Yahudi, atau di tempat lain yang cocok. Ia juga menyerukan migrasi Yahudi ke negara tersebut secara teratur dan damai.

- Advertisement -

Ide Herzl menarik perhatian dan dukungan dari banyak Yahudi di seluruh dunia, terutama dari Eropa Timur, yang mengalami diskriminasi dan penganiayaan. Pada tahun 1897, Herzl menyelenggarakan Kongres Zionis Pertama di Basel, Swiss, yang dihadiri oleh sekitar 200 delegasi dari berbagai negara.

Dalam kongres tersebut, Herzl terpilih sebagai presiden Organisasi Zionis, yang bertugas untuk mewujudkan cita-cita negara Yahudi. Herzl juga mengibarkan bendera Zionis, yang berwarna biru dan putih dengan bintang Daud di tengahnya, yang kemudian menjadi bendera Israel.

Herzl kemudian memulai serangkaian inisiatif diplomatik untuk membangun dukungan bagi negara Yahudi. Ia berusaha menjalin hubungan dengan Kekaisaran Ottoman, yang saat itu menguasai Palestina, dengan menawarkan bantuan finansial dan politik.

Ia juga berusaha mendapatkan dukungan dari Kekaisaran Jerman, yang merupakan sekutu Ottoman, dengan mengadakan pertemuan dengan Kaisar Wilhelm II. Namun, upaya Herzl tidak membuahkan hasil, karena Ottoman menolak untuk melepaskan Palestina dan Jerman tidak mau terlibat dalam masalah Yahudi.

Pada tahun 1903, Herzl menghadapi tantangan baru ketika terjadi pogrom (pembantaian) Yahudi di Kishinev, Rusia, yang menewaskan lebih dari 40 orang dan melukai ratusan lainnya. Herzl merasa perlu untuk segera menyediakan tempat perlindungan bagi Yahudi yang terancam.

Ia kemudian menerima tawaran dari pemerintah Inggris untuk mendirikan sebuah koloni Yahudi di Uganda, Afrika Timur, sebagai solusi sementara. Dalam Kongres Zionis Keenam, Herzl mengusulkan Skema Uganda, yang disetujui oleh Menteri Kolonial Inggris, Joseph Chamberlain, atas nama pemerintah Inggris.

Namun, usulan Herzl ini menimbulkan kontroversi dan penolakan dari sebagian besar anggota Organisasi Zionis, terutama dari mereka yang berasal dari Eropa Timur. Mereka berpendapat bahwa Uganda bukanlah tanah air bangsa Yahudi dan bahwa hanya Palestina yang dapat menjadi negara Yahudi.

Mereka juga menuduh Herzl telah mengkhianati cita-cita zionisme. Herzl berusaha meyakinkan mereka bahwa Skema Uganda hanyalah sementara dan tidak menggantikan Palestina sebagai tujuan akhir. Namun, ia tidak berhasil mengatasi perpecahan yang terjadi di dalam gerakan zionis.

Theodor Herzl: Kematian dan Warisan

Herzl mengalami tekanan yang besar akibat perjuangannya untuk negara Yahudi. Ia juga mengalami masalah kesehatan, terutama jantung, yang dideritanya sejak kecil. Pada tahun 1904, Herzl mengunjungi sebuah desa di Austria, Reichenau an der Rax, untuk beristirahat.

Namun, pada 3 Juli 1904, ia meninggal karena serangan jantung di usia 44 tahun. Ia dimakamkan di Wina, sesuai dengan keinginannya.

Herzl meninggalkan seorang istri, Julie Naschauer, yang ia nikahi pada tahun 1889, dan tiga orang anak, Paulina, Hans, dan Margarethe (Trude).

Namun, keluarga Herzl tidak pernah menikmati kebahagiaan dan kedamaian. Mereka malah mengalami nasib yang tragis dan menyedihkan, yang mencerminkan ironi dari perjuangan Herzl.

Julie Naschauer adalah seorang wanita yang cantik dan cerdas, yang berasal dari keluarga Yahudi kaya di Wina. Namun, ia tidak pernah mendapatkan cinta dan perhatian dari suaminya, yang selalu sibuk dengan urusan zionisme.

Ia juga tidak mendukung ide suaminya tentang negara Yahudi dan lebih memilih untuk tinggal di Eropa. Ia sering merasa kesepian dan depresi, dan mengalami masalah keuangan setelah kematian suaminya. Ia meninggal pada tahun 1907, tiga tahun setelah kematian Herzl, karena penyakit ginjal.

Paulina Herzl adalah anak pertama dan satu-satunya putri dari Herzl dan Julie. Ia lahir pada tahun 1890 dan tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik dan berbakat. Ia juga mendukung cita-cita ayahnya tentang negara Yahudi dan berharap untuk hidup di sana suatu hari nanti. Namun, ia juga mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia mengidap penyakit mental dan menjadi pecandu obat-obatan.

Ia meninggal pada tahun 1930, di usia 40 tahun, karena overdosis heroin. Ia dimakamkan di samping ayahnya di Wina.

Hans Herzl adalah anak kedua dan putra pertama dari Herzl dan Julie. Ia lahir pada tahun 1891 dan tumbuh menjadi seorang pemuda yang cerdas dan tampan. Ia juga mendukung cita-cita ayahnya tentang negara Yahudi dan berkeinginan untuk menjadi pemimpin zionis.

Namun, ia juga menghadapi tantangan dalam hidupnya. Ia menjadi seorang Katolik karena tekanan antisemitisme di Eropa. Ia juga mengidap penyakit mental dan menjadi depresi.

Ia akhirnya melakukan bunuh diri dengan cara menembak kepalanya sendiri, menggunakan pistol, pada saat pemakaman Paulina. Ia dimakamkan di samping kakaknya di Wina.

Margarita Herzl adalah anak ketiga dan putri bungsu dari Herzl dan Julie. Ia lahir pada tahun 1893 dan tumbuh menjadi seorang gadis yang manis dan penyayang. Ia juga mendukung cita-cita ayahnya tentang negara Yahudi dan berharap untuk tinggal di sana suatu hari nanti.

Namun, ia juga mengalami nasib yang tragis dalam hidupnya. Ia menikah dengan seorang Yahudi bernama Richard Neumann, yang kemudian ditangkap oleh Nazi dan dibunuh di kamp konsentrasi.

Ia sendiri juga dibawa ke kamp konsentrasi Theresienstadt, di Cekoslowakia, pada tahun 1943, di mana ia meninggal karena penyakit dan kelaparan. Ia tidak memiliki makam yang diketahui.

Stefan Theodor Neumann adalah anak satu-satunya dari Margarita dan Richard, dan cucu satu-satunya dari Herzl. Ia lahir pada tahun 1918 dan tumbuh menjadi seorang pemuda yang berbakat dan berani. Ia juga mendukung cita-cita kakeknya tentang negara Yahudi dan berusaha untuk berjuang demi kemerdekaannya.

Ia menjadi anggota dari Irgun, sebuah organisasi paramiliter Yahudi yang melawan penjajahan Inggris di Palestina. Namun, ia juga mengalami depresi karena kematian orangtuanya yang tewas dalam Holocaust.

Ia akhirnya melakukan bunuh diri dengan cara melompat dari sebuah jembatan di Washington, Amerika Serikat, pada tahun 1946. Ia dimakamkan di sana dengan nama Stefan Theodor Norman.

Dengan kematian Stefan, keturunan Herzl pun berakhir. Mereka tidak pernah menyaksikan berdirinya negara Israel, yang terjadi pada tahun 1948, dua tahun setelah kematian Stefan.

Mereka juga tidak pernah menikmati hasil perjuangan Herzl, yang dihormati sebagai bapak bangsa Israel. Mereka malah menjadi korban dari kebencian dan kekerasan yang melanda bangsa Yahudi.

Nasib keluarga dan keturunan Herzl sangat menyedihkan dan ironis. Mereka mencerminkan paradoks dari perjuangan Herzl, yang berusaha untuk menciptakan sebuah negara yang damai dan sejahtera bagi bangsa Yahudi, namun harus menghadapi berbagai rintangan dan kesulitan.

Mereka juga mencerminkan tragedi dari sejarah bangsa Yahudi, yang selalu mengalami penganiayaan dan pembantaian di mana pun mereka berada.

Mereka adalah saksi dari mimpi yang belum terwujud, dan harapan yang belum terpenuhi. Mereka adalah nasib tragis keturunan Theodor Herzl, bapak zionisme dan pendiri negara Israel.

*Ikuti jfid di Google News disini.
*
Kami sangat mungkin salah, Jika mendapatkan data atau informasi yang keliru atau salah, langsung komen saja. Kami akan update segera!
*
Punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

TAGGED: Israel, Theodor Herzl, yahudi, Zionist
Rasyiqi 09/11/2023 09/11/2023
Share This Article
Facebook Twitter Pinterest Whatsapp Whatsapp LinkedIn Telegram Copy Link Print
Apa Reaksimu?
Love0
Sad0
Happy0
Sleepy0
Angry0
Dead0
Wink0
Previous Article Prabowo Unggul Di Survei Pilpres 2024, Ganjar Dan Anies Bersaing Ketat Tiga Faktor Kunci Kemenangan Prabowo dalam Survei Capres 2024
Next Article Mengapa Generasi Muda Indonesia Harus Belajar Dari Anak Anak Gaza? Mengapa Generasi Muda Indonesia Harus Belajar dari Anak-Anak Gaza?
Leave a comment Leave a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Anda juga akan membaca..

Softtech

Google Play Store Hapus Aplikasi NoThanks yang Bantu Boikot Perusahaan Pro-Israel

8 jam lalu
Yuk, Boikot! Ini Dia Sembako Lokal Yang Bisa Gantikan Produk Israel!
Internasional

10 Produk Israel Paling Laris di Indonesia: Apa Saja

2 hari lalu
Internasional

Analisis Pasar: Produk Israel yang Paling Dicari oleh Konsumen Indonesia

2 hari lalu
Internasional

Henry Kissinger Masuk Daftar Hitam Rusia di Ukraina

2 hari lalu
Nasional

Indonesia ‘Banci’ Secara Diplomatis dengan Israel

2 hari lalu
News Opinion

‘Pemerintah’ Termasuk Prabowo Munafik?, di Depan Pro Palestine di Belakang Selingkuh dengan Israel.

2 hari lalu
Spanyol Dukung Palestina Untuk Segera Merdeka, Israel Panik?
Internasional

Spanyol, Negara Eropa yang Paling Berani Bela Palestina

2 hari lalu
Henry Kissinger: Diplomat, Politikus, Dan Pemenang Nobel Yang Kontroversial
Kisah

Henry Kissinger, Sang Pembunuh Massal yang Masih Bebas di Usia 100 Tahun

2 hari lalu
Show More
Jurnal FaktualJurnal Faktual
Follow US
Copyright © 2023 jfid. All Rights Reserved
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kerjasama
  • Pedoman
  • Privacy Policy
adbanner
AdBlock Terdeteksi
Situs kami adalah situs yang didukung iklan. Kami paham anda tak suka iklan, tapi inilah caranya agar anda bisa menikmati layanan gratis.
Okay, I'll Whitelist
Welcome Back!

Sign in to your account

Register Lost your password?