Hambatan dan Tantangan Terhadap Gerakan Feminisme

Deni Puja Pranata
7 Min Read
Awal Sejarah Feminisme dan Perkembangannya
Awal Sejarah Feminisme dan Perkembangannya

jfid – Gerakan feminisme adalah gerakan yang memperjuangkan kesetaraan hak dan kesempatan antara perempuan dan laki-laki dalam berbagai bidang, seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, dan hukum.

Gerakan ini lahir dari kesadaran akan adanya diskriminasi, penindasan, dan kekerasan yang dialami oleh perempuan di berbagai belahan dunia.

Di Indonesia, gerakan feminisme telah berkembang sejak awal abad ke-20, dipelopori oleh tokoh-tokoh perempuan seperti Kartini, Dewi Sartika, dan Maria Walanda Maramis. Mereka berjuang untuk memberikan pendidikan, kesehatan, dan hak-hak dasar lainnya bagi perempuan Indonesia. Gerakan feminisme kemudian terus berkembang seiring dengan perubahan zaman dan kondisi sosial-politik di Indonesia.

Salah satu capaian gerakan feminisme di Indonesia adalah adanya UU No. 10 Tahun 2008 tentang kuota keterwakilan perempuan sebanyak 30 persen bagi partai politik yang ingin mengikuti pemilu. Selain itu, beberapa tahun terakhir juga terlihat upaya untuk meloloskan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual, yang bertujuan untuk memberikan perlindungan hukum bagi korban kekerasan seksual.

Namun, di balik capaian-capaian tersebut, gerakan feminisme di Indonesia masih menghadapi berbagai hambatan dan tantangan, baik dari dalam maupun dari luar. Berikut adalah beberapa hambatan dan tantangan yang dihadapi oleh gerakan feminisme di Indonesia:

Hambatan dari Dalam

Hambatan dari dalam adalah hambatan yang berasal dari internal gerakan feminisme itu sendiri. Beberapa hambatan dari dalam antara lain adalah:

Kurangnya solidaritas dan koordinasi antara kelompok-kelompok feminis yang bergerak di berbagai bidang dan isu. Hal ini menyebabkan gerakan feminisme menjadi terpecah-pecah dan kurang efektif dalam menyuarakan aspirasi dan tuntutan mereka.

Kurangnya pemahaman dan kesadaran mengenai konsep dan prinsip feminisme di kalangan perempuan sendiri. Banyak perempuan yang masih menganggap feminisme sebagai gerakan yang radikal, anti-laki-laki, atau anti-agama. Padahal, feminisme sejatinya adalah gerakan yang menghargai dan menghormati hak-hak perempuan sebagai manusia yang setara dengan laki-laki.

Kurangnya sumber daya manusia, finansial, dan informasi yang mendukung gerakan feminisme. Banyak kelompok feminis yang masih mengalami kesulitan dalam mengakses pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan teknologi yang dapat meningkatkan kapasitas dan kesejahteraan mereka. Selain itu, banyak informasi yang relevan dengan isu-isu feminisme yang masih sulit diakses atau disebarkan.

Hambatan dari Luar

Hambatan dari luar adalah hambatan yang berasal dari faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi gerakan feminisme. Beberapa hambatan dari luar antara lain adalah:

Adanya resistensi dan penolakan dari kelompok-kelompok konservatif dan tradisionalis yang menganggap gerakan feminisme sebagai ancaman terhadap nilai-nilai agama, budaya, dan peran gender yang sudah mapan. Kelompok-kelompok ini seringkali menyalahgunakan ajaran agama atau adat istiadat untuk membenarkan praktik-praktik diskriminatif dan patriarkal terhadap perempuan.

Adanya lemahnya dukungan dan komitmen dari pemerintah dan lembaga-lembaga negara terhadap gerakan feminisme. Meskipun ada beberapa kebijakan dan regulasi yang mengakomodasi hak-hak perempuan, namun implementasinya masih seringkali tidak konsisten, tidak efektif, atau bahkan bertentangan dengan kepentingan perempuan. Selain itu, banyak pejabat dan pengambil keputusan yang masih didominasi oleh laki-laki yang kurang peka atau responsif terhadap isu-isu feminisme.

Adanya dampak negatif dari globalisasi dan modernisasi yang berpengaruh terhadap kondisi sosial-ekonomi perempuan. Globalisasi dan modernisasi telah membawa perubahan-perubahan yang cepat dan besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam bidang industri, perdagangan, teknologi, dan komunikasi. Namun, perubahan-perubahan ini juga telah menimbulkan berbagai masalah, seperti kemiskinan, pengangguran, migrasi, eksploitasi, dan kekerasan terhadap perempuan.

Strategi Mendatang

Menghadapi berbagai hambatan dan tantangan tersebut, gerakan feminisme di Indonesia perlu mengembangkan strategi-strategi yang dapat meningkatkan efektivitas dan dampaknya. Beberapa strategi yang dapat dilakukan antara lain adalah:

Meningkatkan solidaritas dan koordinasi antara kelompok-kelompok feminis yang bergerak di berbagai bidang dan isu. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan pertemuan, diskusi, konsultasi, dan kerjasama yang rutin dan terstruktur. Selain itu, perlu juga dibentuk jaringan atau aliansi yang lebih luas dan inklusif yang melibatkan berbagai elemen masyarakat yang peduli terhadap isu-isu feminisme.

Meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai konsep dan prinsip feminisme di kalangan perempuan sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan sosialisasi, edukasi, dan advokasi yang intensif dan kreatif. Selain itu, perlu juga mengembangkan media dan literatur yang dapat menyampaikan informasi dan inspirasi mengenai gerakan feminisme secara menarik dan mudah dipahami.

Meningkatkan sumber daya manusia, finansial, dan informasi yang mendukung gerakan feminisme. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan pelatihan, bimbingan, dan pemberdayaan yang berkelanjutan bagi para aktivis dan anggota kelompok feminis. Selain itu, perlu juga mencari dan memanfaatkan sumber-sumber pendanaan dan informasi yang dapat membantu gerakan feminisme dalam menjalankan program dan kegiatan mereka.

Meningkatkan dukungan dan komitmen dari pemerintah dan lembaga-lembaga negara terhadap gerakan feminisme. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan lobi, negosiasi, dan kemitraan yang konstruktif dan kritis dengan pihak-pihak yang berwenang dan berpengaruh. Selain itu, perlu juga melakukan pemantauan, evaluasi, dan advokasi yang tegas dan terukur terhadap kebijakan dan regulasi yang berkaitan dengan hak-hak perempuan.

Meningkatkan adaptasi dan inovasi terhadap dampak negatif dari globalisasi dan modernisasi yang berpengaruh terhadap kondisi sosial-ekonomi perempuan. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan analisis, penelitian, dan studi yang mendalam dan komprehensif mengenai perubahan-perubahan yang terjadi dan dampaknya terhadap perempuan. Selain itu, perlu juga mengembangkan solusi-solusi yang kreatif dan alternatif yang dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh perempuan.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article