Awal Sejarah Feminisme dan Perkembangannya

Deni Puja Pranata
6 Min Read
Awal Sejarah Feminisme dan Perkembangannya
Awal Sejarah Feminisme dan Perkembangannya

jfid – Feminisme adalah sebuah gerakan yang menuntut kesetaraan hak antara perempuan dan laki-laki dalam berbagai aspek kehidupan. Gerakan ini telah berkembang sejak abad ke-18 hingga saat ini, dengan berbagai gelombang dan aliran yang mewarnainya. Bagaimana awal sejarah feminisme dan perkembangannya? Mari kita simak ulasannya.

Gelombang Pertama: Masa Abad Pencerahan

Awal sejarah feminisme tidak bisa dilepaskan dari masa abad pencerahan di Eropa, yang membawa perubahan dalam pemikiran dan pandangan masyarakat.

Pada masa ini, banyak perempuan yang mulai menyuarakan hak-hak mereka yang selama ini terpinggirkan oleh sistem patriarki. Salah satu tokoh feminis pertama yang terkenal adalah Mary Wollstonecraft, yang menulis buku berjudul A Vindication of the Rights of Woman pada tahun 1792. Buku ini mengkritik pandangan yang menganggap perempuan sebagai makhluk yang tidak rasional dan lebih lemah daripada laki-laki.

Wollstonecraft menyerukan agar perempuan diberi kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam hal pendidikan, pekerjaan, dan politik.

Fokus utama dari feminisme gelombang pertama adalah memperjuangkan hak pilih dan kedudukan politik perempuan, yang saat itu masih sangat terbatas. Beberapa negara yang menjadi pusat gerakan ini adalah Inggris, Amerika Serikat, Prancis, dan Jerman.

Di Inggris, gerakan suffragette yang dipimpin oleh Emmeline Pankhurst melakukan berbagai aksi protes dan demonstrasi untuk mendapatkan hak suara perempuan.

Di Amerika Serikat, gerakan suffrage yang dipelopori oleh Elizabeth Cady Stanton dan Susan B. Anthony berhasil mengubah konstitusi negara tersebut untuk memberikan hak pilih kepada perempuan pada tahun 1920.

Di Prancis, Olympe de Gouges menulis Deklarasi Hak Perempuan dan Warga Negara pada tahun 1791, yang menuntut kesetaraan hukum dan politik antara perempuan dan laki-laki. 

Di Jerman, Louise Otto-Peters mendirikan Asosiasi Umum Perempuan Jerman pada tahun 1865, yang menjadi organisasi feminis pertama di negara tersebut.

Gelombang Kedua: Masa Revolusi Sosial

Feminisme gelombang kedua muncul sekitar tahun 1960-an hingga 1970-an, di tengah-tengah masa revolusi sosial yang terjadi di berbagai belahan dunia. Pada masa ini, perempuan telah mendapatkan emansipasi dalam ranah hukum dan politik, tetapi masih merasakan adanya diskriminasi dan ketidakadilan dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu, para feminis gelombang kedua memusatkan perhatian pada isu-isu yang bersinggungan langsung dengan kepentingan perempuan, seperti keluarga, pekerjaan, seksualitas, reproduksi, kekerasan, dan kesehatan.

Salah satu buku yang menjadi inspirasi dari feminisme gelombang kedua adalah The Feminine Mystique, yang ditulis oleh Betty Friedan pada tahun 1963. Buku ini mengungkapkan ketidakpuasan perempuan terhadap peran tradisional mereka sebagai ibu rumah tangga, yang dianggap menghambat potensi dan kreativitas mereka.

Friedan juga mendirikan National Organization for Women (NOW) pada tahun 1966, yang menjadi organisasi feminis terbesar di Amerika Serikat. Organisasi ini menuntut kesetaraan hak dan kesempatan bagi perempuan dalam bidang pendidikan, pekerjaan, ekonomi, dan politik.

Feminisme gelombang kedua juga melahirkan berbagai aliran dan gerakan yang berbeda-beda, sesuai dengan latar belakang dan kepentingan masing-masing kelompok perempuan.

Beberapa aliran yang terkenal adalah feminisme radikal, yang menolak segala bentuk dominasi laki-laki dan menekankan pada pembebasan perempuan secara total; feminisme sosialis, yang menghubungkan perjuangan perempuan dengan perjuangan kelas pekerja dan menentang kapitalisme; feminisme kulit hitam, yang memperhatikan isu ras dan etnis dalam konteks perempuan; dan feminisme lesbian, yang menolak heteroseksualitas sebagai norma sosial dan menekankan pada solidaritas antar perempuan.

Gelombang Ketiga: Masa Postmodernisme

Feminisme gelombang ketiga muncul sekitar tahun 1980-an hingga 1990-an, di era postmodernisme yang ditandai dengan kemajuan teknologi dan globalisasi. Pada masa ini, perempuan mulai menyadari bahwa perjuangan mereka selama ini hanya mewakili sebagian golongan perempuan, yang biasanya berkulit putih, kelas menengah, dan heteroseksual. 

Sementara itu, masih banyak perempuan yang mengalami diskriminasi dan penindasan karena perbedaan kelas, ras, etnis, agama, budaya, orientasi seksual, dan identitas gender. Oleh karena itu, para feminis gelombang ketiga menekankan pada keragaman dan inklusivitas dalam gerakan feminisme, serta mengkritik universalisme dan esensialisme yang dianggap mengabaikan perbedaan-perbedaan tersebut.

Feminisme gelombang ketiga juga lebih fleksibel dan terbuka terhadap berbagai perspektif dan pendekatan dalam memahami dan memperjuangkan isu-isu perempuan. 

Beberapa konsep dan teori yang menjadi populer pada masa ini adalah poststrukturalisme, postkolonialisme, multikulturalisme, queer theory, dan intersectionality. Selain itu, feminisme gelombang ketiga juga lebih memanfaatkan media massa dan media sosial sebagai sarana untuk menyebarkan gagasan dan informasi, serta untuk membangun jaringan dan solidaritas antar perempuan di seluruh dunia.

Demikianlah artikel tentang awal sejarah feminisme dan perkembangannya. Dari artikel ini, kita dapat mengetahui bahwa feminisme adalah sebuah gerakan yang terus berkembang seiring dengan perubahan zaman dan kebutuhan perempuan. 

Meskipun memiliki berbagai perbedaan dan tantangan, tujuan utama dari feminisme adalah menciptakan dunia yang lebih adil dan sejahtera bagi semua orang, tanpa membedakan jenis kelamin, ras, kelas, atau apapun. 

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article