jfid– Setiap musim dingin, ritual mengenakan topi atau penutup kepala menjadi langganan bagi banyak orang yang berusaha melindungi diri dari udara dingin.
Mitos yang beredar menyebutkan bahwa sebagian besar panas tubuh hilang melalui kepala. Namun, apakah benar demikian?
Klaim bahwa 98% atau 80% panas tubuh hilang melalui kepala ternyata bukanlah kebenaran mutlak.
Angka-angka itu berakar dari penelitian pada tahun 1950-an terhadap tentara yang mengenakan pakaian tebal di lingkungan dingin, namun tanpa perlindungan kepala.
Sayangnya, penelitian tersebut mengesampingkan faktor proporsi kepala terhadap tubuh serta perbedaan aliran darah dan isolasi antara bagian tubuh yang berbeda.
Ketika mengenakan pakaian tebal di seluruh tubuh namun tidak melindungi kepala, memang benar bahwa kehilangan panas akan lebih signifikan dari area tersebut.
Akan tetapi, dalam kondisi telanjang, kehilangan panas akan merata di seluruh tubuh.
Penelitian lebih mutakhir pada 2006 menunjukkan angka yang jauh lebih rendah, yakni sekitar 7% panas tubuh yang hilang melalui kepala.
Angka ini sesuai dengan proporsi luas permukaan kepala terhadap tubuh. Tetapi, perlu dicatat bahwa nilai ini bisa berubah berdasarkan variabel seperti suhu udara, kelembaban, angin, dan jenis pakaian yang dikenakan.
Jadi, kesimpulannya, mitos kehilangan panas tubuh melalui kepala sebagian besar tidaklah tepat.
Namun, hal ini bukan berarti mengenakan topi atau penutup kepala tak berguna. Perlindungan tersebut tetap bermanfaat dalam mempertahankan rasa hangat dan mencegah penurunan suhu tubuh di bawah batas normal, terutama di musim dingin yang dinginnya menusuk.
Tak hanya itu, mengenakan topi atau penutup kepala juga berperan melindungi dari sinar matahari, angin, dan kotoran lain yang bisa merusak rambut serta kulit kepala.
Perhatian terhadap pemilihan pakaian yang sesuai dengan kondisi cuaca dan kesehatan tubuh menjadi kunci utama untuk tetap nyaman dan sehat di setiap musim.
