By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Jurnal FaktualJurnal FaktualJurnal Faktual
  • Opinion News
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Siasat
    • Sosial
    • Tahta
  • #Pilpres 2024
Search
  • Arta
  • Fakta vs. Mitos
  • Raga
  • Rupa-Rupa
  • Sains
  • Sasana
  • Tech
  • Wellness
  • Tentang
  • Redaksi
  • Privacy Policy
  • Periklanan
Reading: Inilah Bursa Efek Tertua di Indonesia yang Pernah Mengalahkan New York Stock Exchange
Notification Show More
Aa
Jurnal FaktualJurnal Faktual
Aa
  • Terbaru
  • Terpopuler
  • History
  • Your Feed
  • Your Interests
  • Your Saves
Search
  • Arta
    • Energi
    • Fiskal
    • Makro
    • Moneter
    • Money
    • Startup
    • UMKM
  • Berita
    • Internasional
    • Nasional
    • Regional
    • Fakta vs. Mitos
  • Opini
    • Siasat
    • Sosial
    • Tahta
  • Plesir
    • Destinasi
    • Ekspedisi
  • Raga
    • Bola
    • Golf
  • Rupa-Rupa
    • Hiburan
    • Kisah
    • Sosmed-an
  • Sains
    • Alam Semesta
    • Discovery
    • Riset
  • Sasana
    • Histori
    • Karir
    • Pendidikan
    • Self-Dev
  • Tech
    • Cyber Security
    • Gedget
    • Innovatech
    • Life Tech
    • Softtech
  • Wellness
    • Fisik
    • Mental
    • Ramuan

Top Stories

Explore the latest updated news!
Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan RI (foto:CNN)

Nadiem Hanya ‘Hangat-Hangat’ Tahi Ayam

Ilustrasi Wong Cilik

Benarkah Wong Cilik Pemegang Kartu Kekuasaan ?

Gambar Ilustrasi Pulau Madura

Asal Muasal Madura

Situasi Rumah dan keadaan korban saat terkena Bondet/Bom Ikan (Foto: Redaksi)

Jelang Pilkades Pragaan, Bondet Meledak di Rumah Warga

Kepulan asap tebal, akibat aksi pembakaran kantor Bupati Jayawijaya, Provinsi Papua (Foto: screenshot Vidio yang dikirim Rio Sanjaya)

Wamena Rusuh, Kantor Bupati Jayawijaya di Bakar

Indra Wahyudi Wakil Pimpinan DPRD Sumenep, saat ditegur Ketua DPC Demokrat Sungkono Siddik (Foto: koranmadura.com)

Indra Wahyudi, Tuhan Media Ecek-Ecek

Ilustrasi Kekeringan di Kabupaten Bangkalan (Foto: Republika.co.id)

Ini Daftar Wilayah yang Dipetakan Rawan Kekeringan di Kabupaten Bangkalan Tahun 2019

Have an existing account? Sign In
  • Tentang
  • Redaksi
  • Privacy Policy
  • Periklanan
Copyright © 2023 JurnalFaktual. All Rights Reserved
Histori

Inilah Bursa Efek Tertua di Indonesia yang Pernah Mengalahkan New York Stock Exchange

Noer Huda
Last updated: 23/09/18
Noer Huda 2 minggu ago
Share
6 Min Read
SHARE

jfid – Bayangkan Anda menjalani kehidupan di penghujung abad ke-19, saat Indonesia masih dikenal sebagai Hindia Belanda yang dikuasai oleh pemerintah kolonial Belanda. Anda adalah seorang pengusaha yang memiliki perkebunan tebu, karet, atau kopi di pulau-pulau Jawa, Sumatera, atau Kalimantan.

Dalam hati, Anda merindukan peluang untuk mengembangkan usaha Anda, namun terbatas oleh keterbatasan modal. Selain itu, Anda ingin merasakan manfaat finansial dari hasil kerja keras Anda, tetapi Anda belum paham benar mengenai cara menjual saham perusahaan Anda kepada orang lain. Apa langkah yang akan Anda ambil?

Jawabannya adalah: Anda akan berunjuk rasa ke Bursa Efek Pasifik, bursa saham perdana di Asia Tenggara yang didirikan pada tahun 1882 di Batavia (sekarang Jakarta) oleh pemerintah kolonial Belanda.

Bursa ini pada awalnya dikenal sebagai Vereniging voor de Effectenhandel (Asosiasi Perdagangan Efek), dan menjadi tempat anda dapat memperjualbelikan saham perusahaan perkebunan, pertambangan, dan perbankan yang beroperasi di Hindia Belanda.

- Advertisement -

Bursa Efek Pasifik bukanlah sekadar bursa saham biasa. Lebih dari itu, bursa ini adalah lambang kemajuan dan kemakmuran Hindia Belanda pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.

Baca Juga

Bursa Karbon: Apa, Mengapa, dan Bagaimana?
Dari Mao ke Xi: Perjalanan Epik Tiongkok Menuju Dominasi Global!
Genosida G30s Memang di Rencanakan?
Benarkah CIA Terlibat Dalam Peristiwa G30S?
Bagaimana NU dan PKI Bisa Memperoleh Banyak Suara di Pemilu 1955?

Bursa ini menjadi saksi bisu dari pertumbuhan ekonomi yang mengagumkan di wilayah ini, yang dipacu oleh eksploitasi sumber daya alam dan tenaga kerja oleh pemerintah dan perusahaan Belanda.

Bursa ini pun menjadi tempat berkumpul para pengusaha, investor, dan spekulan dari berbagai latar belakang, baik dalam negeri maupun luar negeri.

Salah satu entitas besar yang sahamnya diperdagangkan di Bursa Efek Pasifik adalah Deli Maatschappij, perusahaan perkebunan tembakau yang didirikan pada tahun 1869 di Sumatera Utara.

Perusahaan ini berhasil mendominasi pasar tembakau dunia pada masanya, dan menjadi salah satu sumber kekayaan bagi para pemiliknya.

- Advertisement -

Di antara mereka, terdapat Jacob Nienhuys, pengusaha Belanda yang dikenal sebagai “raja tembakau” dan salah satu orang terkaya di Hindia Belanda.

Puncak kejayaan Bursa Efek Pasifik tercapai pada tahun 1929. Bursa ini menjadi salah satu bursa saham terbesar di dunia, dengan nilai kapitalisasi pasar mencapai 6,5 miliar gulden.

Bursa ini juga menjadi pusat keuangan regional, menarik investor dari Eropa, Amerika, dan Asia. Banyak yang membanjiri Batavia untuk berinvestasi di bursa ini, berharap meraih keuntungan besar dalam waktu singkat. Bursa ini bahkan mendapat julukan sebagai “Wall Street-nya Asia.”

- Advertisement -

Namun, kegemilangan Bursa Efek Pasifik tidak berlangsung lama. Pada tahun 1930-an, bursa ini mengalami kemunduran tajam karena dampak krisis ekonomi global yang melanda dunia.

Harga saham perusahaan-perusahaan Hindia Belanda merosot tajam, dan banyak investor yang mengalami kerugian besar. Banyak perusahaan gulung tikar atau mengalami kebangkrutan, dan pekerja kehilangan mata pencaharian mereka.

Bursa ini juga terimbas oleh ketegangan politik antara Indonesia dan Belanda, yang memicu gerakan nasionalisme dan perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Pada periode 1942-1945, pemerintah Jepang menutup Bursa Efek Pasifik selama pendudukan mereka di Indonesia.

Pemerintah Jepang mengambil alih semua aset dan properti milik pemerintah dan perusahaan Belanda di Indonesia, termasuk gedung Bursa Efek Pasifik yang berlokasi di Jalan Kebon Sirih No. 40 (kini dikenal sebagai Gedung Bina Graha, kantor Presiden Republik Indonesia).

Para pemegang saham Bursa Efek Pasifik kehilangan hak dan kepemilikan mereka atas saham-saham yang dimiliki, dan tidak pernah menerima ganti rugi atau kompensasi.

Setelah Indonesia meraih kemerdekaannya pada tahun 1945, Bursa Efek Pasifik tidak pernah dibuka lagi. Meskipun ada beberapa upaya untuk menghidupkan kembali pasar saham di Indonesia, semuanya gagal.

Baru pada tahun 1977, pemerintah Indonesia mendirikan Bursa Efek Jakarta sebagai pengganti Bursa Efek Pasifik. Bursa Efek Jakarta memiliki tujuan untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional dan mendorong partisipasi masyarakat dalam pasar modal.

Ada perbedaan mendasar antara Bursa Efek Jakarta dan pendahulunya, baik dari segi struktur, regulasi, maupun produk yang diperdagangkan.

Bursa Efek Jakarta tumbuh menjadi bursa efek terbesar di Indonesia, dengan lebih dari 700 perusahaan terdaftar dan lebih dari 500 ribu investor aktif.

Bursa Efek Jakarta juga bergabung dengan Bursa Efek Surabaya pada tahun 2007, membentuk Bursa Efek Indonesia sebagai entitas yang mengawasi semua bursa efek di Indonesia. Bursa Efek Indonesia mengejar visi menjadi bursa efek yang kompetitif, transparan, dan berintegritas di kawasan ASEAN dan dunia.

Bursa Efek Pasifik adalah bursa efek dengan sejarah panjang dan cemerlang di Indonesia, meski mengalami pasang surut karena perubahan situasi politik dan ekonomi.

Bursa ini merupakan bagian tak terpisahkan dari warisan sejarah dan budaya Indonesia, yang perlu kita jaga dan hargai. Bursa Efek Pasifik juga memberikan inspirasi untuk terus berusaha dan berkarya dalam bidang pasar modal, dengan harapan mampu menciptakan kemajuan dan kesejahteraan bagi bangsa dan negara.

TAGGED: 18 September, 1882, Bursa, Bursa Pasifik, Efek, Ekonomi, Hindia-Belanda, VOC

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Noer Huda 18/09/2023 18/09/2023
Share This Article
Facebook Twitter Pinterest Whatsapp Whatsapp LinkedIn Telegram Copy Link Print
Apa Reaksimu?
Love0
Sad0
Happy0
Sleepy0
Angry0
Dead0
Wink0
By Noer Huda
Follow:
Announcement!! Saya sangat suka dengan sejarah, dan kebetulan hobi saya adalah menulis, cocoklah kalo colab-coleban sama bang Yuval. Hal lain yang saya suka adalah "bola", meskipun saya tidak pandai bermain bola, tapi kalo urusan koment-komenan sih boleh lah bersaing dengan Fabrizio Romano, hehe.
Previous Article Ilustrasi virus nipah (foto: jurnalfaktual.id) Virus Nipah: Penyakit Mematikan yang Mengintai Indonesia
Next Article Bagaimana Huda Kattan Bisa Menghasilkan Rp 8 Triliun dari Passion-nya?

Anda juga akan membaca..

Arta

Bursa Karbon: Apa, Mengapa, dan Bagaimana?

17 jam ago
Histori

Dari Mao ke Xi: Perjalanan Epik Tiongkok Menuju Dominasi Global!

3 hari ago
Histori

Genosida G30s Memang di Rencanakan?

4 hari ago
Histori

Benarkah CIA Terlibat Dalam Peristiwa G30S?

4 hari ago
Histori

Bagaimana NU dan PKI Bisa Memperoleh Banyak Suara di Pemilu 1955?

5 hari ago
Histori

Fakta! 2 Negara Ini Menjadi Penentu Harga Batu Bara Dunia! Siapa Saja?

1 minggu ago
Histori

Rabiul Awal: Bulan Penuh Makna dalam Sejarah Islam

1 minggu ago
Histori

Dari Kamp Liburan ke Kamp Konsentrasi, Kisah Tragis di Balik Tempat Rekreasi Hitler

1 minggu ago
Show More
Jurnal FaktualJurnal Faktual
Follow US
Copyright © 2023 jfid. All Rights Reserved
  • Tentang
  • Redaksi
  • Privacy Policy
  • Periklanan
Go to mobile version
adbanner
AdBlock Terdeteksi
Situs kami adalah situs yang didukung iklan. Kami paham anda tak suka iklan, tapi inilah caranya agar anda bisa menikmati layanan gratis.
Okay, I'll Whitelist
Welcome Back!

Sign in to your account

Register Lost your password?