Bali: Surga Wisata dengan Luka Kemacetan

Shofiyatul Millah
7 Min Read
Bali: Surga Wisata dengan Luka Kemacetan
Bali: Surga Wisata dengan Luka Kemacetan

jfid – Bali, pulau yang dikenal sebagai surga wisata dunia, menjadi tujuan favorit banyak orang untuk merayakan pergantian tahun.

Namun, di balik pesona pantai, budaya, dan kuliner yang memikat, ada masalah yang mengganggu kenyamanan para wisatawan: kemacetan.

Kemacetan di Bali bukanlah hal baru. Sejak bertahun-tahun lalu, masalah ini sudah menjadi momok bagi masyarakat dan pemerintah setempat.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencari solusi, mulai dari penambahan infrastruktur jalan, pengaturan parkir, hingga pembatasan kendaraan.

Namun, hingga kini belum ada yang berhasil mengatasi kemacetan, terutama di musim liburan.

Puncak kemacetan terjadi pada Jumat (29/12/2023) sore, ketika sejumlah ruas jalan di Bali, khususnya di wilayah Bandara I Gusti Ngurah Rai, lumpuh total.

Antrean kendaraan panjang terjadi dari arah Simpang Dewa Ruci, Kuta, maupun Simpang Jimbaran, Kuta Selatan.

Bahkan, Tol Bali Mandara, yang seharusnya menjadi jalur cepat menuju bandara, juga macet parah.

Akibatnya, banyak wisatawan yang terpaksa harus berjalan kaki menuju bandara demi mengejar penerbangan mereka.

Beberapa di antara mereka harus menenteng koper dan tas, sambil berjalan di bawah terik matahari.

Ada juga yang memilih naik motor ojek, yang bisa menyelip di antara celah-celah kendaraan.

Salah satu wisatawan yang mengalami nasib sial tersebut adalah Rina, asal Jakarta.

Ia bercerita bahwa ia sudah berangkat dari hotel di Kuta sejak pukul 14.00 WITA, padahal jadwal penerbangannya baru pukul 17.00 WITA.

Ia mengira bahwa waktu tiga jam sudah cukup untuk sampai ke bandara, yang jaraknya hanya sekitar 10 kilometer.

Namun, ternyata perkiraannya salah. Setelah dua jam berkendara, ia baru sampai di pintu masuk Tol Bali Mandara.

Ia kaget melihat kondisi tol yang macet seperti pasar. Ia pun panik dan khawatir ketinggalan pesawat.

Ia kemudian memutuskan untuk turun dari mobil yang ditumpanginya dan berjalan kaki ke bandara.

“Macetnya luar biasa. Saya kira di tol bakal lancar, ternyata sama saja. Saya sampai stres dan capek banget. Untung masih bisa sampai bandara tepat waktu, meski harus lari-lari,” kata Rina, yang baru pertama kali liburan ke Bali.

Rina mengaku kecewa dengan pengalaman buruk yang ia alami. Ia berharap pemerintah bisa segera menyelesaikan masalah kemacetan di Bali, agar tidak merusak citra pariwisata pulau tersebut.

“Padahal saya senang banget bisa liburan ke Bali. Tempatnya bagus, orangnya ramah, makanannya enak. Tapi sayang, kemacetannya bikin bete. Harusnya pemerintah bisa lebih peduli sama masalah ini. Jangan sampai wisatawan kapok datang ke Bali lagi,” ujarnya.

Penyebab dan Dampak Kemacetan

Apa yang dialami Rina bukanlah kasus terisolir. Banyak wisatawan lain yang mengeluhkan kemacetan di Bali, baik melalui media sosial maupun media massa.

Bahkan, beberapa media asing, seperti The Guardian dan The Sydney Morning Herald, juga memberitakan fenomena ini.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, jumlah kendaraan di Bali pada tahun 2022 mencapai 4.756.364, belum termasuk jenis kendaraan khusus/lainnya dan kendaraan yang tidak terpetakan.

Jumlah ini jauh melebihi jumlah penduduk Bali, yang hanya sekitar 4,3 juta jiwa.

Sementara itu, panjang jalan di Bali, baik yang berstatus jalan kabupaten/kota, provinsi, maupun jalan negara, mengalami pengurangan sejak tahun 2020.

Panjang jalan pada tahun 2020 adalah 9.835,64 km, tahun 2021 menjadi 8.685,33 km, dan tahun 2022 menjadi 8.695,70 km.

Dari data tersebut, terlihat bahwa tidak seimbangnya jumlah kendaraan dengan infrastruktur jalan menjadi salah satu penyebab utama kemacetan di Bali.

Selain itu, ada juga faktor lain, seperti parkir liar, kecelakaan, truk berat, hingga kegiatan yang menggunakan jalan.

Kemacetan di Bali tidak hanya merugikan wisatawan, tetapi juga masyarakat dan pemerintah setempat.

Kemacetan menyebabkan kerugian ekonomi, sosial, lingkungan, dan kesehatan. Beberapa dampak kemacetan yang dirasakan oleh masyarakat Bali adalah:

– Meningkatnya biaya transportasi, baik bahan bakar, perawatan kendaraan, maupun tarif angkutan umum.

– Membuang waktu, energi, dan kesabaran, yang seharusnya bisa digunakan untuk hal-hal yang lebih produktif dan bermanfaat.

– Menurunkan kualitas udara, akibat polusi gas buang kendaraan bermotor, yang berdampak pada kesehatan pernapasan dan kulit.

– Mengganggu mobilitas dan aksesibilitas masyarakat, terutama yang berkaitan dengan kepentingan mendesak, seperti kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan.

– Merusak citra pariwisata Bali, yang berpotensi menurunkan kunjungan wisatawan, pendapatan daerah, dan kesejahteraan masyarakat.

Upaya Penyelesaian Masalah

Melihat dampak negatif kemacetan di Bali, tentu dibutuhkan upaya serius dan komprehensif untuk menyelesaikan masalah ini.

Tidak hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga partisipasi masyarakat dan wisatawan.

Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi kemacetan di Bali adalah:

– Meningkatkan infrastruktur jalan, baik dengan menambah, memperlebar, maupun memperbaiki jalan yang rusak atau tidak layak.

– Membangun moda transportasi massal, seperti bus rapid transit (BRT), kereta api ringan (LRT), atau monorel, yang bisa mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi.

– Menerapkan sistem ganjil-genap, pembatasan kendaraan berdasarkan nomor polisi, atau electronic road pricing (ERP), yang bisa mengatur volume kendaraan di jalan.

– Menyediakan lahan parkir yang memadai, terutama di daerah pariwisata, pusat perbelanjaan, dan perkantoran, yang bisa menghindari parkir liar di pinggir jalan.

– Melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat dan wisatawan, tentang pentingnya tertib lalu lintas, keselamatan berkendara, dan penggunaan transportasi publik.

Dengan upaya-upaya tersebut, diharapkan kemacetan di Bali bisa diminimalisir, sehingga kenyamanan dan keamanan lalu lintas bisa terjamin.

Bali pun bisa kembali menjadi surga wisata dunia, yang tidak hanya indah, tetapi juga nyaman dan ramah.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article