jfid – Tong-Tong Sumenep, sebuah simfoni yang membangkitkan keajaiban Madura, bukan sekadar alunan musik. Ia adalah kisah yang memeluk sejarah, memahkotai budaya, dan mencerminkan kehidupan masyarakat Sumenep di Pulau Madura.
Kata “Tong-Tong,” yang bersumber dari bunyi yang dihasilkan oleh alat musik khas, bukan sekadar sebutan untuk sekelompok bambu dan kayu.
Dalam bahasa Madura, “Tong-Tong” memiliki arti perreng atau bambu, dan sebagian besar instrumen ini berasal dari zaman pra-Hindu.
Pada mulanya, Tong-Tong digunakan sebagai penanda dalam situasi darurat, seperti gerhana bulan yang dalam tradisi Madura dikenal sebagai bulan gherring (bulan sakit).
Saat itu, setiap keluarga keluar rumah dengan membawa Tong-Tong, menciptakan keramaian yang melibatkan semua orang, bahkan pepohonan sekalipun turut “bernyanyi” karena dipukuli.
Seiring waktu, Tong-Tong berkembang menjadi alat komunikasi yang rumit, di mana setiap pukulan memiliki kode tersendiri. Tong-Tong kemudian menjadi bagian tak terpisahkan dari orkes arak-arakan, yang dikenal sebagai musik patrol atau patrol kaleleng.
Dalam mitos rakyat Sumenep, terutama di wilayah Ambuten, Tong-Tong memiliki sejarah legendaris di abad ke-19.
Kisah ini mengisahkan keistimewaan seorang ulama besar dari Ambuten yang dihormati sebagai waliyullah, yaitu Kiai Demang Singaleksana atau lebih dikenal sebagai Kiai Macan. Konon, Kiai Macan sering menabuh Tong-Tong ketika menerima laporan tentang pencurian atau perampokan.
Ajaibnya, ketika Tong-Tong dipukul oleh Kiai Macan, pencuri tersebut datang dengan membawa barang curiannya, tanpa sadar bahwa ia telah terbawa oleh getaran magis alat musik itu.
Namun, Tong-Tong Sumenep tidak hanya memberi pendengarnya kenikmatan auditif semata. Ia juga menyimpan filosofi dan ajaran leluhur tentang keindahan seni.
Tong-Tong bukan sekadar alat musik; ia adalah perwujudan dari nilai-nilai kebudayaan Madura yang mengajarkan tentang kebersamaan.
Dalam pentasnya, alat-alat musik ini dimainkan bersama-sama, menciptakan harmoni yang indah dan menggugah jiwa, tetapi tetap mempertahankan keunikan suara khas dari Tong-Tong, atau yang dalam bahasa Madura dikenal sebagai kenthongan.
Dengan tiap pukulan, Tong-Tong Sumenep membawa kita lebih dekat kepada akar budaya yang kaya dan warisan leluhur yang mendalam. Ia bukan hanya sekadar musik; ia adalah pintu gerbang menuju keajaiban dan keindahan pulau Madura yang mendalam dan menggetarkan.