Dibalik Pembebasan Al Quds Yerussalem Oleh Shalahuddin al-Ayyubi

Rasyiqi
By Rasyiqi
5 Min Read
Dibalik Pembebasan Al Quds Yerussalem Oleh Shalahuddin Al Ayyubi
Dibalik Pembebasan Al Quds Yerussalem Oleh Shalahuddin Al Ayyubi

jfid – Ketika kita mendengar nama Shalahuddin Al Ayyubi, kita mungkin langsung teringat dengan sosok pahlawan yang berhasil membebaskan Al Quds dari tangan pasukan salib pada tahun 1187 M.

Namun, tahukah kita bahwa di balik keberhasilan Shalahuddin, ada sebuah dinasti yang telah meletakkan pondasi awal bagi perjuangan pembebasan Al Quds?

Dinasti itu adalah Daulah Zankiyah, sebuah dinasti muslim yang berasal dari Oghuz Turk yang memerintah sebagian daerah Syria dan utara Irak di bawah kekaisaran Seljuk.

Daulah Zankiyah didirikan oleh Imad ad-Din Zengi, seorang atabeg (gubernur) Seljuk di Mosul pada tahun 1127 M. Dia berhasil merebut Aleppo dari emir Artuqid pada tahun 1128 M dan menjadi raja Turk di bagian utara Syria dan Irak.

Dia juga merebut Edessa dari pasukan salib pada tahun 1144 M, yang memicu Perang Salib Kedua. Dia menjadi pahlawan di dunia Muslim, tetapi dia dibunuh oleh seorang budak pada tahun 1146 M.

Setelah kematian Zengi, daerah kekuasaannya terbagi dua. Mosul dan sekitarnya dipegang oleh anak sulungnya, Saif ad-Din Ghazi I, dan Aleppo dan Edessa dipegang oleh anak keduanya, Nur ad-Din Mahmud. Nur ad-Din ternyata seorang pemimpin yang kompeten dan berwawasan.

Dia mengalahkan Raymond dari Antioch dalam Pertempuran Inab pada tahun 1149 M dan menaklukan sisa-sisa Edessa pada tahun 1150 M. Dia juga mengambil Damaskus dari dinasti Burid pada tahun 1154 M dan menyatukan wilayah Syria di bawah kekuasaannya.

Nur ad-Din memiliki visi untuk mempersatukan umat Islam dan membebaskan Al Quds dari pasukan salib. Dia membangun banyak lembaga pendidikan, masjid, jalan, penginapan, irigasi, dan pasar untuk kesejahteraan rakyatnya.

Dia juga mendukung gerakan jihad dan mengirim jenderal-jenderalnya untuk berperang melawan pasukan salib. Salah satu jenderalnya yang paling terkenal adalah Shirkuh, yang merupakan paman dari Shalahuddin Al Ayyubi.

Shirkuh berperan penting dalam menguasai Mesir dari dinasti Fatimiyah, yang merupakan sekutu pasukan salib. Dia mengalahkan pasukan salib dan Fatimiyah dalam beberapa pertempuran dan akhirnya menewaskan wazir Fatimiyah, Shawar, pada tahun 1169 M.

Dia kemudian mengangkat keponakannya, Shalahuddin, sebagai wazir baru Mesir atas nama Nur ad-Din. Shirkuh meninggal dua bulan kemudian, dan Shalahuddin menggantikannya sebagai wazir dan gubernur Mesir.

Shalahuddin mewarisi semangat dan cita-cita Nur ad-Din, yang meninggal pada tahun 1174 M. Dia melanjutkan perjuangan untuk mempersatukan umat Islam dan membebaskan Al Quds.

Dia menghadapi tantangan dari pasukan salib, yang dipimpin oleh Raja Yerusalem, Guy de Lusignan, dan Pangeran Antioch, Reynald de Chatillon. Dia juga menghadapi persaingan dari keluarga Zengi lainnya, yang menguasai Aleppo dan Mosul.

Setelah mengatasi berbagai rintangan, Shalahuddin berhasil mengalahkan pasukan salib dalam Pertempuran Hittin pada tahun 1187 M. Dia merebut kembali banyak kota dan benteng yang sebelumnya dikuasai oleh pasukan salib, termasuk Tiberias, Acre, Beirut, Sidon, dan Tyre.

Pada tanggal 2 Oktober 1187 M, yang bertepatan dengan 27 Rajab 583 H, hari Jumat dan hari Isra Mi’raj, Shalahuddin memasuki Al Quds dan membebaskan Baitul Maqdis setelah 88 tahun di bawah kekuasaan pasukan salib.

Shalahuddin memperlakukan penduduk Al Quds dengan adil dan toleran. Dia tidak melakukan pembantaian atau perusakan seperti yang dilakukan pasukan salib ketika mereka merebut kota itu pada tahun 1099 M. Dia membebaskan tawanan Muslim dan membolehkan orang-orang Yahudi dan Kristen untuk tetap tinggal di kota itu dengan membayar tebusan atau pajak.

Dia juga membersihkan Baitul Maqdis dari patung-patung, salib, gambar, dan simbol-simbol kekufuran yang ditinggalkan oleh pasukan salib. Dia mengembalikan kemuliaan dan kesucian tempat suci itu sebagai pusat ibadah umat Islam.

Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa Daulah Zankiyah memiliki peran besar dalam pembebasan Al Quds. Mereka adalah pondasi awal yang mempersiapkan kondisi, sumber daya, dan strategi untuk mencapai tujuan mulia itu.

Mereka juga adalah pendahulu dan guru dari Shalahuddin Al Ayyubi, yang melanjutkan dan menyempurnakan misi mereka.

Mereka adalah contoh dari pemimpin-pemimpin Islam yang beriman, berilmu, berani, adil, dan berjiwa jihad. Mereka adalah bagian dari sejarah peradaban Islam yang tidak boleh dilupakan.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article