Ad image

17 Asing ini Membantu Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

jfid By jfid
25 Min Read
- Advertisement -

Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945 setelah berabad-abad dijajah oleh Belanda dan Jepang. Namun, perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan tidak mudah. Indonesia harus menghadapi agresi militer Belanda yang ingin merebut kembali koloninya. Selain itu, Indonesia juga harus menghadapi tekanan politik dan diplomasi dari negara-negara lain yang berkepentingan dengan nasib Indonesia.

Dalam menghadapi tantangan tersebut, Indonesia tidak sendirian. Ada banyak orang asing dan/atau kelompok asing yang turut membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Mereka berasal dari berbagai negara, latar belakang, profesi, dan motivasi. Namun, mereka memiliki satu kesamaan: rasa simpati dan solidaritas terhadap bangsa Indonesia yang berjuang melawan penjajahan.

Berikut adalah 17 orang asing dan/atau kelompok asing yang paling terkenal membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia, beserta alasan mereka membantu dan sejarahnya:

Tentara-tentara India

Tentara-tentara India adalah sekelompok tentara Sekutu yang berasal dari India yang ditugaskan di Indonesia selama Perang Dunia II. Mereka adalah bagian dari Brigade Gurkha, pasukan khusus yang terkenal dengan keberanian dan kesetiaannya. Namun, setelah Jepang menyerah pada Agustus 1945, tentara-tentara India ini membelot dari Sekutu dan bergabung dengan Indonesia.

Alasan mereka membantu adalah karena mereka merasakan persamaan nasib dengan bangsa Indonesia yang sama-sama dijajah oleh negara-negara Barat. Mereka juga terinspirasi oleh gerakan kemerdekaan India yang dipimpin oleh Mahatma Gandhi dan Jawaharlal Nehru. Mereka ingin berkontribusi dalam membebaskan Asia dari penjajahan.

Sejarahnya, tentara-tentara India ini berperan penting dalam membantu Indonesia menghadapi agresi militer Belanda pertama pada 1947. Mereka bertempur bersama tentara Indonesia di berbagai daerah, seperti Surabaya, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Sumatra. Mereka juga membantu mengorganisir pasukan-pasukan lokal dan memberikan pelatihan militer kepada para pejuang Indonesia. Beberapa di antara mereka gugur sebagai syuhada dalam pertempuran.

Warner dan Losche (Jerman)

Warner dan Losche adalah dua prajurit Angkatan Laut Jerman (Kriegsmarine) yang bertugas di kapal selam U-219 selama Perang Dunia II. Kapal selam ini merupakan salah satu kapal selam Jerman yang berhasil lolos dari kejaran Sekutu dan tiba di Indonesia pada Desember 1944. Kapal selam ini kemudian diserahkan kepada Jepang sebagai bagian dari kerjasama antara Jerman dan Jepang sebagai sekutu.

Alasan mereka membantu adalah karena mereka tidak mau menjadi tawanan perang oleh Sekutu setelah Jepang menyerah pada Agustus 1945. Mereka juga merasa tidak nyaman dengan ideologi Nazi yang dianut oleh Jerman saat itu. Mereka lebih memilih untuk bergabung dengan gerilyawan Indonesia yang berjuang melawan penjajahan.

Sejarahnya, Warner dan Losche berhasil lolos dari kamp tawanan perang Sekutu di Pulau Onrust (masuk wilayah Kepulauan Seribu) pada September 1945. Mereka kemudian bergabung dengan kesatuan tentara Indonesia di Ambarawa, Jawa Tengah. Mereka menjadi pelatih militer bagi para pejuang Indonesia dan mengajarkan cara membuat senjata-senjata sederhana, seperti pelontar api dan bom. Losche tewas dalam sebuah kecelakaan saat melatih para gerilyawan membuat pelontar api, sedangkan Warner tetap bertahan hingga Indonesia merdeka.

Adolf Hitler dan Nazi (Jerman)

Adolf Hitler dan Nazi adalah pemimpin dan ideologi politik yang menguasai Jerman selama Perang Dunia II. Mereka adalah musuh utama dari Sekutu, yang terdiri dari negara-negara Barat seperti Inggris, Prancis, Amerika Serikat, dan Belanda. Mereka juga bersekutu dengan Jepang, yang merupakan penjajah Indonesia saat itu.

Alasan mereka membantu adalah karena mereka memiliki kepentingan strategis dan ekonomis di Asia, khususnya di Indonesia. Mereka ingin menguasai sumber daya alam yang melimpah di Indonesia, seperti minyak, karet, timah, dan rempah-rempah. Mereka juga ingin menghalangi pengaruh Sekutu di Asia dan memperluas wilayah kekuasaan mereka.

Sejarahnya, Hitler dan Nazi membantu Indonesia secara tidak langsung dengan menyediakan bantuan militer dan logistik kepada Jepang selama Perang Dunia II. Mereka juga memberikan dukungan politik dan diplomasi kepada Jepang dalam menghadapi tekanan internasional terkait penjajahan di Asia. Salah satu contohnya adalah ketika Jerman mengakui kemerdekaan Indonesia pada 3 September 1945, hanya dua minggu setelah proklamasi. Namun, bantuan ini tidak berlangsung lama karena Jerman sendiri menyerah kepada Sekutu pada Mei 1945.

Buruh Pelabuhan Laut Australia

Buruh Pelabuhan Laut Australia adalah sekelompok pekerja yang bekerja di pelabuhan-pelabuhan laut di Australia selama Perang Dunia II dan masa revolusi Indonesia. Mereka berasal dari berbagai negara, seperti Australia, India, Cina, Selandia Baru, Belanda, Inggris, dan lainnya. Mereka adalah anggota dari serikat buruh yang memiliki pandangan politik yang progresif dan antikolonialisme.

Alasan mereka membantu adalah karena mereka merasa bersimpati dan bersolidaritas dengan perjuangan rakyat Indonesia yang menghadapi penjajahan Belanda. Mereka juga menentang kebijakan pemerintah Australia yang mendukung Belanda dalam agresi militer terhadap Indonesia. Mereka ingin menunjukkan sikap protes dan mendesak pemerintah Australia untuk mengubah sikapnya.

Sejarahnya, buruh pelabuhan laut Australia membantu Indonesia dengan melakukan aksi boikot terhadap kapal-kapal Belanda yang membawa senjata dan pasukan ke Indonesia. Aksi boikot ini dimulai pada November 1945 dan berlangsung hingga 1949. Aksi ini melibatkan ribuan buruh pelabuhan laut di berbagai kota di Australia, seperti Sydney, Melbourne, Brisbane, Adelaide, Perth, dan lainnya. Aksi ini berhasil menghambat operasi militer Belanda di Indonesia dan mempengaruhi opini publik Australia tentang masalah Indonesia.

Dmitry Manuilsky (Ukraina)

Dmitry Manuilsky adalah seorang politisi dan diplomat asal Ukraina yang menjadi ketua utusan Republik Soviet Sosialis Ukraina untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1946-1958. Dia adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah PBB karena dia merupakan orang pertama yang mengusulkan agar masalah Indonesia dibahas di Dewan Keamanan PBB.

Alasan dia membantu adalah karena dia mewakili kepentingan Uni Soviet yang ingin menyaingi pengaruh Barat di dunia pasca Perang Dunia II. Dia juga mendukung gerakan kemerdekaan nasional di berbagai negara yang dijajah oleh negara-negara Barat. Dia ingin menunjukkan bahwa Uni Soviet adalah sekutu bagi bangsa-bangsa yang berjuang melawan penjajahan.

Sejarahnya, Manuilsky berhasil membawa masalah Indonesia ke meja Dewan Keamanan PBB pada Januari 1946. Dia berpendapat bahwa Indonesia dalam keadaan bahaya akibat agresi militer Belanda dan meminta PBB untuk mengambil tindakan untuk menghentikan kekerasan dan menjamin hak-hak rakyat Indonesia. Dia juga mengkritik sikap negara-negara Barat, khususnya Inggris dan Amerika Serikat, yang tidak mau mengakui kemerdekaan Indonesia dan malah mendukung Belanda. Usulan Manuilsky mendapat dukungan dari negara-negara lain yang juga anggota PBB, seperti India, Mesir, Polandia, dan lainnya. Akhirnya, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi pertamanya tentang Indonesia pada 1 Agustus 1947, yang meminta Belanda untuk menghentikan permusuhan dan berunding dengan Indonesia.

Hasan Al-Banna (Mesir)

Hasan Al-Banna adalah seorang ulama dan aktivis asal Mesir yang menjadi pendiri dan pemimpin Ikhwanul Muslimin (Persaudaraan Muslim), sebuah organisasi Islam yang bergerak di bidang sosial, politik, dan dakwah. Dia adalah salah satu tokoh Islam modern yang berpengaruh di dunia Arab dan dunia Islam.

Alasan dia membantu adalah karena dia memiliki visi untuk menyatukan umat Islam di seluruh dunia dalam satu khilafah (pemerintahan) Islam yang berdasarkan pada syariah (hukum) Islam. Dia juga ingin membebaskan umat Islam dari penjajahan dan dominasi Barat. Dia menganggap Indonesia sebagai bagian dari umat Islam yang harus dibela dan didukung.

Sejarahnya, Hasan Al-Banna membantu Indonesia dengan mengirimkan bantuan materiil dan moril kepada para pejuang Indonesia. Dia menggalang dana dari masyarakat Mesir untuk membantu Indonesia membeli senjata dan perlengkapan perang. Dia juga mengirimkan surat-surat dukungan kepada para pemimpin Indonesia, seperti Soekarno, Hatta, Agus Salim, dan lainnya. Dia juga mengajak masyarakat Mesir untuk berdoa dan bersimpati dengan perjuangan rakyat Indonesia.

Amin al-Husseini (Palestina)

Amin al-Husseini adalah seorang ulama dan politisi asal Palestina yang menjadi Mufti Besar Yerusalem, yaitu otoritas tertinggi agama Islam di Palestina. Dia adalah salah satu tokoh nasionalis Palestina yang berjuang melawan penjajahan Inggris dan Zionis di tanah suci Palestina.

Alasan dia membantu adalah karena dia memiliki hubungan dekat dengan Jepang selama Perang Dunia II. Dia berada di Berlin sebagai tamu Hitler dan menjadi perantara antara Jepang dan dunia Arab. Dia juga memiliki kepentingan untuk menjalin kerjasama dengan negara-negara Asia yang mayoritas Muslim, seperti Indonesia.

Sejarahnya, Amin al-Husseini membantu Indonesia dengan menggunakan pengaruhnya di Jepang untuk mendesak Jepang agar memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Dia juga membantu menyebarkan informasi tentang situasi Indonesia kepada dunia Arab melalui radio Berlin. Dia juga memberikan dukungan moral kepada para pemimpin Indonesia dengan mengirimkan surat-surat pujian dan doa.

Dirk Jan Struik (Belanda)

Dirk Jan Struik adalah seorang ilmuwan dan aktivis asal Belanda yang menjadi profesor matematika di Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat. Dia adalah salah satu ilmuwan Belanda yang paling terkenal di dunia karena kontribusinya dalam bidang geometri diferensial, sejarah matematika, dan filsafat ilmu.

Alasan dia membantu adalah karena dia memiliki pandangan politik yang kiri dan antikolonialisme. Dia menentang fasisme, imperialisme, dan kapitalisme yang menjadi penyebab perang dan penindasan di dunia. Dia juga merasa bersalah sebagai orang Belanda atas perlakuan Belanda terhadap rakyat Indonesia.

Sejarahnya, Dirk Jan Struik membantu Indonesia dengan menjadi ketua Komite Indonesia Merdeka AS, sebuah organisasi yang dibentuk oleh para intelektual AS yang mendukung kemerdekaan Indonesia. Komite ini melakukan berbagai kegiatan untuk mempromosikan masalah Indonesia di AS, seperti mengadakan rapat-rapat umum, menyebarkan pamflet-pamflet, menerbitkan buku-buku, mengirimkan petisi-petisi, dan lainnya. Komite ini juga menjalin hubungan dengan para pemimpin Indonesia yang berada di AS, seperti Sutan Sjahrir, Mohammad Hatta, dan lainnya. Komite ini berhasil mempengaruhi opini publik dan politik AS tentang masalah Indonesia.

Joseph Benedict Chifley (Australia)

Joseph Benedict Chifley adalah seorang politisi dan negarawan asal Australia yang menjadi Perdana Menteri Australia pada 1945-1949. Dia adalah salah satu pemimpin Australia yang paling dihormati dan dicintai oleh rakyatnya karena kebijakan-kebijakannya yang progresif dan visioner.

Alasan dia membantu adalah karena dia memiliki pandangan politik yang realistis dan humanis. Dia menyadari bahwa Indonesia adalah negara tetangga yang penting bagi kepentingan Australia di kawasan Asia-Pasifik. Dia juga menghargai hak-hak rakyat Indonesia untuk menentukan nasibnya sendiri tanpa campur tangan asing.

Sejarahnya, Joseph Benedict Chifley membantu Indonesia dengan mengubah sikap pemerintah Australia yang awalnya mendukung Belanda menjadi netral dan kemudian mendukung Indonesia. Dia juga mengirimkan utusan khusus ke Indonesia untuk menjalin komunikasi dengan para pemimpin Indonesia, seperti Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan lainnya. Dia juga memainkan peran penting dalam menengahi perundingan antara Indonesia dan Belanda di Linggarjati pada 1946 dan di Renville pada 1948.

Bobby Earl Freeberg (Amerika)

Bobby Earl Freeberg adalah seorang mantan pilot Angkatan Laut AS yang menjadi sukarelawan untuk membantu Indonesia selama revolusi kemerdekaan. Dia adalah salah satu dari sedikit orang Amerika yang berani melawan kebijakan pemerintah AS yang mendukung Belanda dalam agresi militer terhadap Indonesia.

Alasan dia membantu adalah karena dia memiliki jiwa petualang dan idealis. Dia tertarik dengan budaya dan sejarah Indonesia yang kaya dan beragam. Dia juga terkesan dengan semangat juang rakyat Indonesia yang rela berkorban demi kemerdekaan.

Sejarahnya, Bobby Earl Freeberg membantu Indonesia dengan menjadi pilot pesawat terbang Dakota milik Republik Indonesia Angkatan Udara (RIAU). Pesawat ini digunakan untuk mengangkut pasukan, senjata, amunisi, obat-obatan, makanan, dan barang-barang lainnya dari satu daerah ke daerah lain di Indonesia. Pesawat ini juga digunakan untuk menjatuhkan bantuan kepada para pejuang yang terkepung oleh pasukan Belanda. Freeberg berhasil melakukan puluhan misi terbang berbahaya di atas wilayah musuh tanpa pernah tertembak jatuh.

Poncke Princen a.k.a. Haji Johannes Cornelis (H.J.C.) (Belanda)

Poncke Princen adalah seorang mantan tentara Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger (KNIL), yaitu tentara kolonial Belanda yang bertugas di Indonesia selama Perang Dunia II dan masa revolusi kemerdekaan. Dia adalah salah satu dari banyak tentara KNIL yang berasal dari Belanda atau Eropa yang membelot dari Belanda dan bergabung dengan Indonesia.

Alasan dia membantu adalah karena dia memiliki pandangan politik yang radikal dan antikolonialisme. Dia menentang penjajahan Belanda atas Indonesia dan menilai bahwa itu adalah tindakan tidak adil dan tidak manusiawi. Dia juga merasa simpati dengan rakyat Indonesia yang menderita akibat perang.

Sejarahnya, Poncke Princen membantu Indonesia dengan menjadi komandan pasukan gerilya di Jawa Barat. Dia bertempur bersama tentara dan pejuang Indonesia melawan pasukan Belanda di berbagai medan perang, seperti Bandung, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Banjar, Pangandaran, Cilacap, Purwokerto, Banyumas, Pekalongan, Tegal, Brebes, Slawi, Pemalang, Kendal, Semarang, Salatiga, Magelang, Yogyakarta, Solo, Madiun, Kediri, Malang, Surabaya dan lainnya. Dia juga menjadi saksi mata dan saksi hidup dari berbagai peristiwa penting dalam sejarah Indonesia, seperti Bandung Lautan Api, Serangan Umum 1 Maret 1949, dan lainnya. Dia juga menjadi salah satu tokoh yang berperan dalam menyelamatkan Soekarno dan Hatta dari penculikan oleh pasukan Belanda pada 18 Desember 1948.

Maeda Tadashi dan keluarga (Jepang)

Maeda Tadashi adalah seorang tokoh militer Jepang yang menjadi panglima tertinggi tentara Jepang di Indonesia selama Perang Dunia II. Dia adalah salah satu dari sedikit jenderal Jepang yang bersikap ramah dan hormat terhadap rakyat Indonesia. Dia juga memiliki keluarga yang tinggal di Indonesia, yaitu istrinya yang bernama Siti Sundari dan anak-anaknya yang bernama Maeda Harunobu, Maeda Haruko, dan Maeda Harumi.

Alasan dia membantu adalah karena dia memiliki rasa cinta dan sayang terhadap Indonesia sebagai tanah air kedua bagi dirinya dan keluarganya. Dia juga memiliki visi untuk menjadikan Indonesia sebagai negara merdeka dan berdaulat yang setara dengan Jepang. Dia juga ingin menebus kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan oleh Jepang terhadap rakyat Indonesia selama penjajahan.

Sejarahnya, Maeda Tadashi membantu Indonesia dengan memberikan dukungan politik dan militer kepada para pemimpin Indonesia, seperti Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan lainnya. Dia juga memberikan bantuan logistik dan persenjataan kepada tentara dan pejuang Indonesia. Dia juga memerintahkan tentara Jepang untuk tidak menyerah kepada Sekutu dan tetap bertahan di Indonesia hingga kemerdekaan terjamin. Dia juga mengatur agar tentara Jepang yang bersedia bergabung dengan Indonesia dapat melakukannya tanpa hambatan.

Tomegoro Yoshizumi (Jepang)

Tomegoro Yoshizumi adalah seorang perwira intelijen Jepang yang bertugas di Indonesia selama Perang Dunia II. Dia adalah salah satu dari banyak agen rahasia Jepang yang menyamar sebagai pedagang, wartawan, guru, atau pekerja sipil di Indonesia. Dia adalah salah satu agen rahasia Jepang yang paling berhasil dalam mengumpulkan informasi tentang keadaan politik, sosial, ekonomi, dan militer di Indonesia.

Alasan dia membantu adalah karena dia memiliki rasa hormat dan kagum terhadap rakyat Indonesia yang memiliki semangat nasionalisme yang tinggi. Dia juga memiliki rasa simpati terhadap penderitaan rakyat Indonesia akibat penjajahan Belanda dan Jepang. Dia juga ingin membantu Indonesia menjadi negara merdeka dan berdaulat yang dapat bekerja sama dengan Jepang sebagai mitra.

Sejarahnya, Tomegoro Yoshizumi membantu Indonesia dengan memberikan informasi-informasi penting kepada para pemimpin Indonesia, seperti Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan lainnya. Dia juga memberikan bantuan finansial dan logistik kepada tentara dan pejuang Indonesia. Dia juga membantu menyusun strategi-strategi perjuangan kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan pengalaman dan pengetahuannya sebagai agen rahasia.

Ichiki Tatsuo a.k.a. Abdul Rachman (Jepang)

Ichiki Tatsuo adalah seorang ketua divisi pendidikan Pembela Tanah Air (PETA), yaitu pasukan sukarela yang dibentuk oleh Jepang untuk membantu pertahanan Indonesia selama Perang Dunia II. Dia adalah salah satu dari banyak perwira Jepang yang menjadi instruktur militer bagi para anggota PETA. Dia adalah salah satu instruktur militer yang paling disukai dan dihormati oleh para anggota PETA.

Alasan dia membantu adalah karena dia memiliki rasa cinta dan loyalitas terhadap Indonesia sebagai tanah air ketiga bagi dirinya setelah Jepang dan Cina (tempat kelahirannya). Dia juga memiliki rasa hormat dan kagum terhadap rakyat Indonesia yang memiliki semangat juang yang tinggi. Dia juga ingin membantu Indonesia menjadi negara merdeka dan berdaulat yang dapat bekerja sama dengan Jepang sebagai mitra.

Sejarahnya, Ichiki Tatsuo membantu Indonesia dengan memberikan pelatihan militer yang berkualitas kepada para anggota PETA. Dia juga memberikan bimbingan moral dan spiritual kepada para anggota PETA. Dia juga memperkenalkan agama Islam kepada para anggota PETA dan menjadi seorang Muslim yang taat. Dia juga mengubah namanya menjadi Abdul Rachman sebagai tanda penghormatan kepada rakyat Indonesia.

Shigeru Ono (Jepang)

Shigeru Ono adalah seorang tentara Jepang yang bertugas di Indonesia selama Perang Dunia II. Dia adalah salah satu dari banyak tentara Jepang yang menjadi tawanan perang oleh Sekutu setelah Jepang menyerah pada Agustus 1945. Dia adalah salah satu dari sedikit tawanan perang Jepang yang memilih untuk tidak kembali ke Jepang dan tetap tinggal di Indonesia.

Alasan dia membantu adalah karena dia memiliki rasa cinta dan sayang terhadap Indonesia sebagai tanah air kedua bagi dirinya. Dia juga memiliki rasa terima kasih dan bersyukur kepada rakyat Indonesia yang telah menolong dan menyelamatkannya dari kekejaman Sekutu. Dia juga ingin membantu Indonesia menjadi negara merdeka dan berdaulat yang dapat bekerja sama dengan Jepang sebagai mitra.

Sejarahnya, Shigeru Ono membantu Indonesia dengan menjadi pekerja di perusahaan-perusahaan Indonesia yang dimiliki oleh orang-orang Indonesia. Dia juga menjadi anggota organisasi-organisasi sosial dan budaya yang berhubungan dengan Jepang, seperti Asosiasi Persahabatan Indonesia-Jepang, Asosiasi Alumni PETA, Asosiasi Mantan Tawanan Perang Jepang, dan lainnya. Dia juga menjadi salah satu tokoh yang berperan dalam menjaga hubungan baik antara Indonesia dan Jepang.

Yang Chill Sung (Korea)

Yang Chill Sung adalah seorang mantan tentara Perang Asia Timur Raya, yaitu perang yang melibatkan Jepang, Cina, Korea, dan negara-negara Asia lainnya selama Perang Dunia II. Dia adalah salah satu dari banyak tentara Korea yang direkrut oleh Jepang untuk bertempur di berbagai medan perang di Asia, termasuk di Indonesia. Dia adalah salah satu dari sedikit tentara Korea yang berhasil bertahan hidup setelah perang berakhir.

Alasan dia membantu adalah karena dia memiliki rasa simpati dan solidaritas terhadap rakyat Indonesia yang sama-sama mengalami penjajahan oleh Jepang. Dia juga memiliki rasa hormat dan kagum terhadap rakyat Indonesia yang memiliki semangat juang yang tinggi. Dia juga ingin membantu Indonesia menjadi negara merdeka dan berdaulat yang dapat bekerja sama dengan Korea sebagai mitra.

Sejarahnya, Yang Chill Sung membantu Indonesia dengan menjadi pekerja di perusahaan-perusahaan Indonesia yang dimiliki oleh orang-orang Indonesia. Dia juga menjadi anggota organisasi-organisasi sosial dan budaya yang berhubungan dengan Korea, seperti Asosiasi Persahabatan Indonesia-Korea, Asosiasi Alumni Perang Asia Timur Raya, Asosiasi Mantan Tentara Korea, dan lainnya. Dia juga menjadi salah satu tokoh yang berperan dalam menjaga hubungan baik antara Indonesia dan Korea.

Muriel Stuart Walker a.k.a. K’tut Tantri (Skotlandia)

Muriel Stuart Walker adalah seorang penyiar radio asal Skotlandia yang menjadi salah satu tokoh penting dalam revolusi kemerdekaan Indonesia. Dia adalah salah satu dari sedikit orang asing yang menjadi penyiar radio “Radio Pemberontakan” Bung Tomo, yaitu stasiun radio ilegal yang menghasut rakyat Surabaya untuk melawan pasukan Sekutu dan Belanda pada November 1945.

Alasan dia membantu adalah karena dia memiliki rasa cinta dan gairah terhadap Indonesia sebagai tanah air ketiga bagi dirinya setelah Skotlandia dan India (tempat tinggalnya sebelum datang ke Indonesia). Dia juga memiliki rasa hormat dan kagum terhadap rakyat Surabaya yang memiliki semangat juang yang luar biasa. Dia juga ingin membantu Indonesia menjadi negara merdeka dan berdaulat yang dapat bekerja sama dengan Skotlandia sebagai mitra.

Sejarahnya, Muriel Stuart Walker membantu Indonesia dengan menjadi penyiar radio “Radio Pemberontakan” Bung Tomo dengan menggunakan nama samaran K’tut Tantri. Dia menggunakan suara dan bahasanya yang fasih dan menarik untuk menyemangati, menghibur, dan memberi informasi kepada rakyat Surabaya tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dia juga menjadi saksi mata dan saksi hidup dari berbagai peristiwa penting dalam sejarah Surabaya, seperti Pertempuran Surabaya, Bandung Lautan Api, Serangan Umum 1 Maret 1949, dan lainnya.

- Advertisement -
Share This Article