Tantangan Teknis Dalam Implementasi E-Bus di Asia: Pengisian Daya, Kapasitas Pengadaan, dan Inovasi Teknologi

Ummu Alvina
3 Min Read
Tantangan Teknis Dalam Implementasi E-Bus di Asia: Pengisian Daya, Kapasitas Pengadaan, dan Inovasi Teknologi
Tantangan Teknis Dalam Implementasi E-Bus di Asia: Pengisian Daya, Kapasitas Pengadaan, dan Inovasi Teknologi

jfid – Dalam upaya untuk mengurangi jejak karbon dan meningkatkan keberlanjutan transportasi kota, implementasi bus listrik (e-bus) di Asia menghadapi serangkaian tantangan teknis yang kompleks.

Infrastruktur pengisian daya yang memadai, kapasitas pengadaan yang cukup, dan pengembangan teknologi menjadi kunci dalam memastikan keberhasilan transisi ini.

Infrastruktur Pengisian Daya yang Dibutuhkan

Salah satu tantangan utama adalah pembangunan infrastruktur pengisian daya yang luas dan efektif.

Kolaborasi antara Indonesia dan Korea telah menghasilkan proyek stasiun pengisian daya di Bali, sebagai langkah awal dalam meningkatkan ketersediaan fasilitas yang diperlukan untuk mendukung operasional e-bus.

“Infrastruktur pengisian daya merupakan pondasi utama bagi keberhasilan e-bus dalam mengurangi emisi di kota-kota besar,” kata sumber dari Kementerian Perhubungan Indonesia.

Tantangan Kapasitas Pengadaan

Selain infrastruktur, kapasitas pengadaan e-bus juga menjadi fokus penting dalam transformasi ini. TUMI E-Bus Mission telah menetapkan target ambisius untuk mendukung pengadaan 100.000 bus listrik di seluruh dunia pada tahun 2025.

Di Indonesia, upaya telah dilakukan dengan memberikan dukungan teknis kepada Jakarta dan tujuh kota terpilih untuk mempercepat proses pengadaan bus listrik yang efektif [3].

Inovasi Teknologi dan Pengembangan Baterai

Pengembangan teknologi baterai yang lebih efisien dan ekonomis menjadi kunci dalam memperluas penggunaan e-bus.

Tiongkok, sebagai salah satu pemimpin dalam industri ini, telah mengembangkan teknologi baterai yang memungkinkan penggunaan e-bus secara lebih luas di berbagai kota.

“Inovasi ini tidak hanya mengurangi biaya operasional, tetapi juga meningkatkan daya jangkau dan efisiensi energi bus listrik,” ujar sumber dari pusat riset transportasi di Beijing.

Langkah Strategis dan Kolaborasi Internasional

Untuk mengatasi tantangan tersebut, langkah-langkah strategis telah diambil, termasuk pengembangan road map yang terintegrasi dengan strategi pengadaan dan pembiayaan.

Workshop TUMI E-Bus di Indonesia berhasil merumuskan strategi untuk mengoptimalkan pengembangan e-bus dengan mempertimbangkan berbagai aspek kompleks yang terlibat.

Sementara itu, kolaborasi antarnegara seperti Indonesia dan Korea dalam pengembangan infrastruktur jaringan dan pengisian daya menjadi contoh sukses dalam upaya mengatasi tantangan infrastruktur yang melingkupi penggunaan e-bus di Asia.

Dengan demikian, upaya untuk menerapkan e-bus di Asia tidak hanya memerlukan investasi yang besar dalam infrastruktur dan teknologi, tetapi juga kerja sama yang erat antara pemerintah, industri, dan lembaga internasional untuk memastikan transisi yang sukses menuju transportasi yang lebih ramah lingkungan.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email faktual2015@gmail.com

Share This Article