Inflasi di Asia Terkendali, Kebijakan Moneter Lebih Akomodatif

Rasyiqi
By Rasyiqi
3 Min Read
Inflasi di Asia Terkendali, Kebijakan Moneter Lebih Akomodatif

jf.id – Inflasi di kawasan Asia yang sedang berkembang relatif terkendali dibandingkan dengan negara-negara maju. Hal ini membuat kebijakan moneter di kawasan ini diharapkan lebih akomodatif untuk mendukung pemulihan ekonomi pasca pandemi.

Menurut data dari Asian Development Bank (ADB), inflasi di kawasan Asia yang sedang berkembang diperkirakan sebesar 3,6% pada tahun ini, dibandingkan dengan prakiraan 4,2% yang diberikan April lalu. Sementara itu, proyeksi inflasi untuk 2024 dinaikkan menjadi 3,4% dari perkiraan sebelumnya 3,3%. Pembukaan kembali Republik Rakyat Tiongkok (RRT) telah memperkuat pertumbuhan kawasan ini.

Salah satu faktor yang menekan inflasi di Asia adalah masih rendahnya harga minyak dan lemahnya permintaan. ADB merevisi prakiraan inflasi untuk kawasan Asia yang sedang berkembang menjadi 2,9% untuk tahun ini dari prakiraan sebelumnya sebesar 3,2% yang disampaikan pada bulan April. Inflasi pada tahun 2021 diperkirakan akan menurun lebih jauh menjadi 2,3%.

Meskipun demikian, ada beberapa tantangan yang menghadang kawasan Asia dalam menjaga inflasi. Salah satunya adalah gelombang inflasi global yang dipicu oleh lonjakan harga komoditas, terutama pangan dan energi. Invasi Rusia ke Ukraina juga berpotensi mengganggu pasokan biji-bijian ke kawasan dengan konsumsi tertinggi.

Selain itu, tekanan rantai pasokan akibat pandemi dan lockdown juga berdampak pada kenaikan harga produsen di beberapa negara, seperti China, India, Indonesia, Korea Selatan, dan lainnya. Hal ini dapat berimbas pada kenaikan harga konsumen di masa depan.

Untuk mengatasi risiko inflasi, beberapa bank sentral di Asia telah menaikkan suku bunga acuan atau memberikan sinyal akan melakukannya dalam waktu dekat. Misalnya, Bank of Korea menaikkan suku bunga acuan menjadi 0,75% pada bulan Agustus lalu, menjadi bank sentral pertama di kawasan yang melakukannya sejak pandemi. Sementara itu, Bank Indonesia dan Reserve Bank of India juga mengindikasikan kemungkinan pengetatan moneter jika tekanan inflasi meningkat.

Namun, tidak semua bank sentral di Asia bersiap untuk mengetatkan kebijakan moneter. Beberapa masih mempertahankan sikap akomodatif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang masih rapuh. Misalnya, Bank of Japan dan People’s Bank of China masih memberikan stimulus fiskal dan moneter yang besar untuk mendorong konsumsi dan investasi.

Dengan demikian, kebijakan moneter di kawasan Asia akan bergantung pada dinamika inflasi dan pertumbuhan ekonomi di masing-masing negara. Keseimbangan antara stabilitas harga dan pemulihan ekonomi akan menjadi tantangan utama bagi para pembuat kebijakan di masa mendatang.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article