Pulau Gili Iyang Surga Oksigen, Masyarakatnya kuasai Toko Kelontong Jakarta

Deni Puja Pranata
6 Min Read

jfid – Jika Anda mencari tempat wisata yang bisa membuat Anda bernapas lega, maka Pulau Gili Iyang adalah pilihan yang tepat. Pulau ini terletak di Kecamatan Dungkek, Kabupaten Sumenep, Madura Jawa Timur, dan merupakan salah satu dari gugusan pulau-pulau di sebelah timur Pulau Madura. Pulau ini memiliki julukan “Pulau Oksigen” karena memiliki kualitas udara yang sangat baik, dengan kadar oksigen sebesar 20,9 persen. Angka ini menempatkan Pulau Gili Iyang sebagai pulau dengan kualitas udara terbaik kedua di dunia, setelah Laut Mati di Yordania.

Bagaimana bisa Pulau Gili Iyang memiliki kualitas udara yang begitu baik? Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Antariksa Nasional (Lapan) pada tahun 2006, ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap hal ini. Pertama, pulau ini dikelilingi oleh laut yang mengandung aerosol garam, terutama magnesium sulfat atau garam epsom, yang dapat meningkatkan kadar oksigen di udara. Kedua, pulau ini memiliki vegetasi yang lebat dan beragam, seperti pohon jati, mangga, kelapa, dan lain-lain, yang dapat menghasilkan oksigen melalui proses fotosintesis. Ketiga, pulau ini memiliki populasi yang relatif sedikit, yaitu sekitar 7.832 jiwa, yang berarti aktivitas manusia yang dapat mencemari udara juga rendah.

Uniknya, dari populasi penduduk sekitar 7.832 jiwa. Masyarakat setempat yang berusia produktif antara 20-40 tahun memilih jalan hidup merantau. 

Masyarakat Gili Iyang, Sumenep, Madura: Sukses Berkat Kekompakan dan Kerja Keras

Jakarta, kota metropolitan yang menjadi pusat perekonomian Indonesia, menawarkan berbagai peluang usaha bagi siapa saja yang ingin mencari penghasilan. Salah satu usaha yang cukup menjanjikan di ibu kota adalah toko kelontong, yaitu toko yang menjual berbagai macam barang kebutuhan sehari-hari dengan harga terjangkau. Toko kelontong ini biasanya berlokasi di daerah perkampungan atau pemukiman padat penduduk, sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat sekitar.

Salah satu kelompok etnis yang dikenal sukses dalam mengelola usaha toko kelontong di Jakarta adalah masyarakat Madura. Mereka banyak berasal dari pulau Gili Iyang, Sumenep, Madura, sebuah pulau kecil di sebelah timur Jawa yang terkenal dengan budaya dan tradisinya yang khas. Masyarakat Madura memiliki karakteristik yang kuat, seperti ulet, pantang menyerah, rajin, dan berani mengambil risiko. Hal ini membuat mereka mampu beradaptasi dengan lingkungan baru dan bersaing dengan pelaku usaha lainnya.

Menurut data dari Asosiasi Pedagang Kelontong Indonesia (APKI), terdapat sekitar 150 ribu toko kelontong di Jakarta, dan sekitar 70 persen di antaranya dikelola oleh masyarakat Madura. Toko kelontong Madura ini memiliki ciri khas tersendiri, seperti menyediakan pom bensin mini atau eceran bensin botol, menjual pulsa, token listrik, air mineral, tabung gas, rokok, sembako, aneka jajanan, dan minuman. Toko kelontong Madura juga selalu buka 24 jam, sehingga menjadi langganan masyarakat ibu kota yang membutuhkan barang-barang tersebut kapan saja.

Salah satu faktor yang membuat toko kelontong Madura berkembang pesat adalah sistem kekerabatan yang mereka bangun. Biasanya, pemilik toko kelontong Madura tidak menjaga tokonya sendiri, melainkan mempercayakannya kepada kerabat terdekatnya, seperti saudara, sepupu, atau anak buahnya. Mereka menggunakan sistem bagi hasil bulanan, di mana setiap hari penjaga toko kelontong akan menyisihkan 10 persen dari omzetnya untuk diberikan kepada pemilik toko. Sistem ini membuat penjaga toko kelontong merasa memiliki tanggung jawab dan motivasi untuk meningkatkan penjualan.

Selain itu, masyarakat Madura juga memiliki jaringan komunikasi yang baik antara sesama pemilik atau penjaga toko kelontong. Mereka saling berbagi informasi tentang harga barang, supplier, pelanggan, persaingan, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan usaha mereka. Mereka juga saling membantu jika ada masalah atau kesulitan yang dihadapi oleh salah satu anggota jaringan mereka. Hal ini membuat mereka dapat mengatasi tantangan dan hambatan yang ada di pasar.

Keuntungan dari usaha toko kelontong Madura ini sangat besar. Menurut salah satu pemilik toko kelontong Madura di Jakarta, omzet dalam sehari paling sedikit kurang lebih sejumlah tiga juta rupiah. Bahkan ada yang menyentuh omzet sehari hingga lima sampai enam juta rupiah. Secara rata-rata omzet usaha toko kelontong Madura ini berkisar tiga juta rupiah¹. Dengan modal awal yang tidak terlalu besar, yaitu sekitar 20-30 juta rupiah untuk menyewa tempat dan membeli barang dagangan, usaha ini dapat memberikan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup di Jakarta.

Usaha toko kelontong Madura ini juga memberikan dampak positif bagi masyarakat Madura di kampung halaman. Banyak dari mereka yang berhasil mengumpulkan uang untuk membangun rumah megah dan fasilitas lainnya di tanah Madura. Mereka juga dapat membantu keluarga dan kerabatnya yang masih tinggal di sana dengan mengirimkan uang atau barang-barang kebutuhan. Selain itu, mereka juga dapat memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat Madura lainnya yang ingin merantau ke Jakarta dengan menawarkan posisi sebagai penjaga toko kelontong. 

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article