jfid – Pendaftaran bakal calon presiden dan wakil presiden untuk Pemilihan Presiden 2024 telah dibuka oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) sejak 16 Oktober 2023.
Namun, hingga saat ini, belum ada pengumuman resmi tentang siapa yang akan mendampingi Prabowo Subianto sebagai cawapres.
Prabowo, yang merupakan Ketua Umum Partai Gerindra dan mantan Menteri Pertahanan, telah menyatakan diri sebagai capres untuk ketiga kalinya setelah kalah pada 2014 dan 2019. Namun, ia masih terlihat menjomblo alias masih belum ada pasangan cawapresnya.
Mengapa demikian? Apakah Prabowo kesulitan mencari cawapres yang cocok? Apa saja kriteria yang ia cari dalam seorang cawapres? Dan siapa saja nama-nama yang berpotensi menjadi cawapres Prabowo?
Menurut Wakil Ketua Umum Gerindra Sufmi Dasco Ahmad, alasan Prabowo belum mengumumkan cawapresnya adalah karena ia ingin menunggu hasil survei elektabilitas dari berbagai lembaga.
Prabowo ingin memastikan bahwa cawapresnya memiliki dukungan publik yang cukup dan dapat meningkatkan elektabilitasnya. Selain itu, Prabowo juga ingin mempertimbangkan aspek lain seperti keseimbangan wilayah, agama, gender, dan etnis.
Namun, menurut pengamat politik Ujang Komarudin, alasan Prabowo belum mengumumkan cawapresnya adalah karena ia tidak memiliki banyak pilihan.
Prabowo harus bersaing dengan dua pasangan capres-cawapres yang sudah diumumkan, yaitu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Kedua pasangan ini memiliki basis massa yang kuat dan didukung oleh partai-partai besar seperti NasDem, PKB, PDIP, PPP, Perindo, dan Hanura. Prabowo hanya memiliki Gerindra sebagai partai pengusung utama, sedangkan partai-partai lain seperti PAN, PKS, dan Demokrat masih belum pasti berkoalisi dengan Gerindra.
Sejauh ini, terdapat empat nama yang digadang-gadang akan mendampingi Prabowo sebagai cawapres.
Keempat nama tersebut adalah Khofifah Indar Parawansa, Gibran Rakabuming Raka, Airlangga Hartarto, dan Erick Thohir. Mereka memiliki kekuatan dan kelemahan elektoral yang berbeda-beda.
Khofifah Indar Parawansa adalah Gubernur Jawa Timur yang berasal dari NU. Ia dianggap dapat menarik suara dari basis Islam moderat dan Jawa Timur. Namun, Khofifah juga memiliki masalah hukum terkait kasus korupsi di Kementerian Sosial saat ia menjabat sebagai Menteri Sosial.
Gibran Rakabuming Raka adalah putra sulung Presiden Joko Widodo dan Wali Kota Solo. Ia dianggap dapat menarik suara dari basis Jokowi dan Solo. Namun, Gibran juga memiliki tantangan untuk melepaskan diri dari bayang-bayang ayahnya dan membuktikan kemampuannya sebagai pemimpin.
Airlangga Hartarto adalah Ketua Umum Partai Golkar dan mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Ia dianggap dapat menarik suara dari basis Golkar dan kalangan pengusaha. Namun, Airlangga juga memiliki konflik internal di partainya dan harus bersaing dengan calon lain dari Golkar seperti Bambang Soesatyo dan Agus Harimurti Yudhoyono.
Erick Thohir Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Ia dianggap dapat menarik suara dari basis pengusaha dan kalangan profesional.
Dari keempat nama tersebut, siapa yang paling cocok menjadi cawapres Prabowo? Tentu saja, jawabannya tergantung pada pertimbangan Prabowo sendiri.
Namun, yang pasti, Prabowo harus segera mengambil keputusan sebelum batas akhir pendaftaran capres-cawapres pada 31 Oktober 2023. Jika tidak, ia akan semakin tertinggal dari rival-rivalnya dan kehilangan momentum politiknya.
Prabowo masih menjomblo alias masih belum ada pasangan cawapresnya. Ini adalah fakta yang tidak dapat dipungkiri. Namun, apakah ini juga berarti bahwa Prabowo tidak memiliki harapan untuk menang di Pilpres 2024? Tentu saja tidak.
Prabowo masih memiliki kesempatan untuk memenangkan hati rakyat Indonesia dengan menunjukkan visi, misi, dan program-programnya yang konkret dan realistis.
Prabowo juga harus mampu membangun koalisi yang solid dan harmonis dengan partai-partai pendukungnya. Dan yang terpenting, Prabowo harus mampu menemukan cawapres yang cocok dan kompatibel dengannya.