Pilpres Minggir! Media Asing LagPantau Kericuhan Indonesia

ZAJ
By ZAJ
4 Min Read

jfid – Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menghadapi perubahan iklim yang semakin ekstrem. Bencana alam yang terjadi di berbagai wilayah negeri ini menunjukkan betapa rentannya Indonesia terhadap dampak iklim.

Namun, apakah pemerintah dan masyarakat sudah siap untuk beradaptasi dengan kondisi ini?

Sepanjang tahun 2023, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 2.131 kejadian bencana alam di Indonesia. Bencana yang paling sering terjadi adalah banjir, tanah longsor, dan puting beliung, yang semuanya termasuk dalam kategori bencana hidrometeorologi.

Bencana ini disebabkan oleh faktor cuaca dan iklim, seperti curah hujan tinggi, suhu udara ekstrem, dan angin kencang.

Bencana hidrometeorologi ini tidak hanya merusak infrastruktur dan fasilitas umum, tetapi juga menelan korban jiwa dan mengungsi.

Menurut data BNPB, 322 orang meninggal dan hilang, 454 orang luka-luka, dan 4.481.641 orang mengungsi akibat bencana alam di tahun 2023.

Selain itu, bencana alam juga menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan. Misalnya, banjir bandang yang melanda Nusa Tenggara Timur pada April 2023 menyebabkan kerugian sekitar Rp 9,4 triliun.

Bencana alam di Indonesia tidak hanya menjadi perhatian dalam negeri, tetapi juga menarik sorotan media asing.

Beberapa media internasional melaporkan tentang bencana yang terjadi di Indonesia, seperti kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatera dan Kalimantan, gempa bumi di Sulawesi Barat, dan erupsi Gunung Merapi di Jawa Tengah.

Media asing juga mengkritik respons pemerintah Indonesia dalam menangani bencana, terutama terkait dengan penegakan hukum, koordinasi antar lembaga, dan pemberian bantuan kepada korban.

Sementara itu, Indonesia juga sedang mempersiapkan diri untuk menggelar pemilihan presiden (pilpres) pada tahun 2024.

Pilpres ini diprediksi akan menjadi ajang pertarungan sengit antara calon-calon yang memiliki basis massa yang kuat. Namun, pilpres juga berpotensi menimbulkan konflik sosial, politik, dan hukum yang dapat mengganggu stabilitas nasional.

Dalam situasi seperti ini, penting bagi Indonesia untuk tidak mengabaikan masalah bencana alam yang semakin serius.

Indonesia harus fokus pada upaya adaptasi iklim yang dapat mengurangi risiko dan dampak bencana. Adaptasi iklim adalah proses penyesuaian terhadap perubahan iklim yang aktual atau yang diharapkan, serta dampaknya.

Adaptasi iklim dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti memperkuat ketahanan masyarakat, meningkatkan kapasitas lembaga penanggulangan bencana, membangun infrastruktur yang ramah lingkungan, dan menerapkan kebijakan yang mendukung mitigasi dan adaptasi iklim.

Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara yang tangguh terhadap perubahan iklim. Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, keanekaragaman hayati yang tinggi, dan kekayaan budaya yang beragam.

Indonesia juga memiliki komitmen untuk berkontribusi dalam upaya global untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Namun, semua itu harus diimbangi dengan kesadaran dan tindakan nyata dari semua pihak untuk beradaptasi dengan perubahan iklim.

Indonesia tidak boleh terjebak dalam siklus bencana yang berulang-ulang tanpa ada solusi jangka panjang. Indonesia harus mampu mengubah tantangan menjadi peluang untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Indonesia harus menunjukkan kepada dunia bahwa ia bukan hanya negara yang rentan terhadap bencana, tetapi juga negara yang tangguh dan berdaya saing.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article