Pancasila di Era Politik Identitas: Mampukah Menjembatani Perbedaan?

Fahrur Rozi
3 Min Read
Pancasila di Era Politik Identitas: Mampukah Menjembatani Perbedaan?
Pancasila di Era Politik Identitas: Mampukah Menjembatani Perbedaan?

jfid – Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, telah menjadi landasan bagi keberagaman yang ada dalam masyarakat.

Namun, di era politik identitas yang semakin mengemuka, pertanyaannya adalah: apakah Pancasila masih mampu menjembatani perbedaan?

Pancasila, sebagai ideologi nasional, memiliki lima sila yang menjadi pilar utama dalam membangun bangsa Indonesia.

Sila-sila tersebut tidak hanya sekedar slogan kosong, tetapi juga menjadi landasan filosofis yang mengakomodasi keberagaman sosial, budaya, dan agama yang ada di Indonesia.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, polarisasi politik dan identitas semakin memanas. Identitas suku, agama, ras, dan golongan (SARA) seringkali dimanfaatkan untuk kepentingan politik sempit, yang mengancam keutuhan bangsa.

Di tengah gejolak ini, apakah Pancasila masih relevan sebagai jembatan untuk menyatukan perbedaan?

Pertama-tama, penting untuk diingat bahwa Pancasila adalah konsep yang inklusif. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, tidak memihak kepada satu agama tertentu, tetapi mengakui keberagaman keyakinan agama yang ada di Indonesia.

Ini menunjukkan bahwa dalam Pancasila, semua agama diakui dan dihargai sebagai bagian dari kekayaan bangsa.

Sila kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab, menegaskan pentingnya menghormati martabat manusia tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, atau budaya.

Ini menekankan bahwa setiap individu memiliki hak yang sama untuk hidup dan berkembang, tanpa diskriminasi.

Sila-sila berikutnya, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,

dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, semuanya menggarisbawahi pentingnya persatuan, demokrasi, dan keadilan dalam membangun bangsa.

Namun, meskipun Pancasila memiliki prinsip-prinsip yang kuat, tantangannya terletak pada implementasinya dalam politik sehari-hari.

Politisi dan pemimpin harus berkomitmen untuk mempraktikkan nilai-nilai Pancasila dalam tindakan dan kebijakan mereka. Mereka harus menolak godaan politik identitas yang memecah belah masyarakat demi kepentingan pribadi atau kelompok.

Selain itu, pendidikan juga memegang peran penting dalam memperkuat nilai-nilai Pancasila.

Melalui pendidikan yang inklusif dan holistik, generasi muda dapat memahami pentingnya keragaman dan kesetaraan dalam membangun masyarakat yang adil dan beradab.

Sebagai masyarakat, kita juga memiliki tanggung jawab untuk memperkuat semangat Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan menghormati perbedaan dan mencari kesamaan, kita dapat membangun hubungan yang harmonis antarindividu dan antarkelompok.

Jadi, apakah Pancasila masih mampu menjembatani perbedaan di era politik identitas? Jawabannya terletak pada kemauan kita untuk menghidupkan nilai-nilai Pancasila dalam segala aspek kehidupan kita.

Dengan komitmen bersama, kita dapat memastikan bahwa Pancasila tetap menjadi fondasi yang kokoh dalam mempersatukan Indonesia yang beragam.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email faktual2015@gmail.com

Share This Article