Bangkalan, Jf. Id– Tragedi penembakan Mathur Khusairi yang terjadi pada 20 Januari 2015 pasti belum hilang di benak masyarakat Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur.
Mathur sapaan lekatnya mengalami penembakan oleh orang tak dikenal di depan rumahnya, Jl. Tengku Umar, Kelurahan Kemayoran, Kecamatan Bangkalan pada malam hari, hingga akhirnya harus dirawat di Dr. Soetomo cukup lama.
Pada hari ini, Senin 20 Januari 2020 tragedi berdarah itu sudah genap lima (5) tahun. Akan tetapi, pada detik hari ini juga, kasus penembakan yang menimpa pria yang saat ini duduk sebagai anggota DPRD Provinsi Jawa Timur itu belum mampu diungkap.
Tanggapan Mathur Khusairi
Sebelum menjabat sebagai Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur, Mathur Khusairi dikenal sebagai sosok yang getol menyuarakan anti korupsi. Bahkan, Ia tidak segan mengeritik sejumlah kebijakan yang dinilai tidak pro rakyat.
Terkait kasus penembakan yang menimpa dirinya tak kunjung menemukan titik terang, Politisi Partai Bulan Bintang (PBB) itu mengaku kecewa terhadap kinerja pihak kepolisian.
“Jujur saya kecewa terhadap kinerja Polri (Polres dan Polda Jatim) karena gagal mengungkap kasus tindak pidana kekerasan terhadap semua aktivis di Bangkalan,” kata dia. Senin (20/01/2020).
Ia mengungkapkan, penembakan yang menimpa dirinya masuk salah satu dari tujuh kasus kekerasan yang dialami aktivis Bangkalan meliputi perusakan mobil Aliman, Pembakaran mobilnya, pembacokan Fahrillah, Muzakki, Mahmudi, Musleh dan terakhir penembakan yang dialami dirinya sendiri.
“Hanya kasus Musleh, itu pun tak jelas bagaimana endingnya,” kata dia. Mathur juga mengatakan, ada kinerja yang wajib diapresiasi ketika polres Bangkalan ungkap kasus pemerkosaan dan pembunuhan di pantai rongkang, meski tak ada saksi dan korban meninggal dunia (mati), Polres sukses mengungkap kasus itu.
“Tetapi giliran kasus kekerasan dan upaya pembunuhan mereka gagal. Kenapa kasus yang kami alami tak terungkap, apa karena tak serius atau ada unsur kesengajaan?,” ungkapnya bertanya- tanya.
Mathur menyebutkan, masalah kekerasan terhadap aktivis itu sudah terlalu sering terjadi, dan Polri selalu gagal mengungkapnya. Selain menjadi preseden buruk ini juga menjadi shocktherapy bagi aktivis-aktivis yunior.
“Mereka pasti khawatir dan takut mengalami kejadian yang sama. Karena lima tahun berlalu kasus saya ini semakin kelam dan terlupakan,” tandasnya.
Tanggapan Kapolres Bangkalan
Menanggapi hal itu, Kapolres Bangkalan AKBP Rama Samtama Putra mengungkapkan, pihaknya akan mendalami sejauh mana progres dan kesulitan penyidik dalam pengungkapan kasus yang menimpa Mathur Khusairi.
“Saya belum tahu. Itu jadi PR untuk Kasatreskrim yang baru. Saya juga akan dalami sejauh mana progres penanganan yang sudah dilakukan dalam lima tahun terakhir ini,” ungkapnya.
Rama mengatakan, sepanjang kasus itu belum terungkap, maka menjadi kewajibannya bagi pihaknya untuk mengungkap. “Terimakasih sudah mengingatkan,” pungkasnya.
Penulis: Syahril