Mengenanag Chairil Anwar Di Sejarah Hari Puisi Nasional 28 April

Shofiyatul Millah
3 Min Read

jfid – Pada setiap tanggal 28 April, Indonesia memperingati Hari Puisi Nasional. Tanggal ini memiliki makna khusus karena mengenang wafatnya salah satu penyair terbesar Indonesia, Chairil Anwar, yang meninggalkan jejak yang mendalam dalam dunia sastra.

Siapa Chairil Anwar?

Chairil Anwar lahir pada 26 Juli 1922 di Medan. Ia berasal dari keluarga Minangkabau yang taat beragama.

Selama hidupnya, Chairil merasa terkekang, dan perasaan ini mempengaruhi karya-karyanya.

Ia bersekolah di Hollandsch lnlandsche School (H.l.S) di Medan dan kemudian melanjutkan ke MULO Medan. Namun, saat kelas dua, ia pergi ke Jakarta (saat itu masih disebut Batavia).

Chairil Anwar adalah pelopor Angkatan 45, sebuah gerakan sastra yang mengguncang dunia sastra Indonesia pada masa itu.

Ia juga dikenal sebagai penyair perjuangan dan renungan. Karya-karyanya mencakup 96 karya, termasuk 70 puisi.

Beberapa puisi terkenalnya antara lain “Aku,” “Karawang-Bekasi,” dan “Diponegoro.” Namun, karya-karya lainnya juga menggali tema percintaan dan refleksi, seperti “Senja di Pelabuhan Kecil,” “Doa,” dan “Selamat Tinggal.”

Wafatnya Chairil Anwar

Chairil Anwar meninggal dunia pada 28 April 1949, tepatnya di usia 27 tahun.

Sebelum kematiannya, ia menjalani perawatan di CBZ (sekarang Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo) karena berbagai penyakit, termasuk masalah paru-paru, infeksi darah, dan gangguan usus.

Di saat-saat terakhirnya, saat sedang mengalami demam tinggi, ia mengigau dengan menyebut, “Tuhanku, Tuhanku…”

Sebuah sajak yang tak sempat ia beri judul diselesaikannya menjelang kematiannya:

“`

Cemara menderai sampai jauh,

terasa hari akan jadi malam,

ada beberapa dahan disingkap merapuh,

dipikul angin yang terpendam,

aku sekarang orangnya bisa tahan,

sudah berapa waktu bukan kanak lagi,

tapi dulu memang ada suatu bahan,

yang bukan dasar perhitungan kini.

hidup hanya menunda kekalahan,

tambah terasing dari cinta sekolah rendah,

dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan,

sebelum pada akhirnya kita menyerah.

“`

Hari Puisi Nasional dirayakan untuk menghormati kehebatan dan kebijaksanaan Chairil Anwar.

Kita mengenangnya sebagai sosok yang mengubah arah sastra Indonesia dan meninggalkan warisan puisi yang abadi.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article