Mengapa Anies Memilih Cak Imin sebagai Cawapres? Ini Keuntungan dan Risikonya

Rasyiqi
By Rasyiqi
7 Min Read

jfid – Anies Baswedan, calon presiden yang diusung oleh Koalisi Perubahan, telah memilih Muhaimin Iskandar, alias Cak Imin, sebagai calon wakil presiden pendampingnya dalam pemilihan presiden 2024.

Keputusan ini mengejutkan banyak pihak, terutama Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yang sebelumnya berkoalisi dengan Partai Nasional Demokrat (NasDem) untuk mendukung Anies.

Partai Demokrat merasa dikhianati oleh NasDem, yang disebut-sebut sebagai inisiator duet Anies-Cak Imin. Partai Demokrat mengaku telah menyiapkan deklarasi Anies-Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai pasangan capres-cawapres, namun dibatalkan secara sepihak oleh NasDem pada detik-detik terakhir.

Partai Demokrat pun menurunkan baliho-baliho yang memuat gambar Anies-AHY dan mengancam akan keluar dari koalisi.

PKS juga merasa kecewa dengan keputusan Anies, yang tidak melibatkan mereka dalam proses penentuan cawapres. PKS mengaku tidak pernah diajak berkomunikasi oleh Anies maupun NasDem terkait rencana duet Anies-Cak Imin. PKS pun mempertanyakan komitmen Anies terhadap nilai-nilai Islam dan keadilan.

Namun, apa yang melatarbelakangi keputusan Anies untuk memilih Cak Imin sebagai cawapres? Apa yang dimiliki Cak Imin yang sangat menguntungkan bagi Anies?

Cak Imin sebagai representasi NU

Salah satu alasan yang mungkin mendorong Anies untuk berpasangan dengan Cak Imin adalah keterwakilan Nahdlatul Ulama (NU) dalam kontestasi pilpres 2024. NU adalah organisasi Islam terbesar di Indonesia, yang memiliki jutaan anggota dan pengikut.

NU juga memiliki basis massa yang kuat di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, yang merupakan provinsi-provinsi dengan jumlah pemilih terbanyak.

Cak Imin adalah salah satu tokoh NU yang memiliki pengaruh dan popularitas di kalangan nahdliyin. Cak Imin adalah putra dari KH Iskandar Muda, salah satu pendiri NU. Cak Imin juga merupakan ketua umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), partai politik yang lahir dari rahim NU.

Cak Imin juga pernah menjabat sebagai ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2010-2015.

Dengan berpasangan dengan Cak Imin, Anies berharap dapat menarik simpati dan dukungan dari kalangan NU, yang selama ini dianggap kurang dekat dengan dirinya.

Anies juga ingin menunjukkan bahwa ia menghormati dan menghargai kontribusi NU dalam pembangunan bangsa dan negara.

Anies sendiri telah melakukan beberapa langkah untuk mendekatkan diri dengan NU. Pada Kamis (31/8/2023), Anies mengunjungi kediaman Hj Muhasonah, ibu Cak Imin, di kompleks Pondok Pesantren Mambaul Maarif Denanyar, Jombang.

Anies disebut menyambangi kediaman Muhasonah bersama istrinya, Fery Farhati untuk bersilaturahmi dan meminta doa restu. Di hari yang sama, Anies juga berziarah ke empat makam pendiri NU, yaitu KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah, KH Bisri Syansuri, dan KH Abdul Wahab Hasbullah.

Cak Imin sebagai jembatan rekonsiliasi

Alasan lain yang mungkin melatarbelakangi pilihan Anies untuk berduet dengan Cak Imin adalah keinginan untuk melakukan rekonsiliasi dengan pihak-pihak yang sebelumnya berseteru atau berselisih dengannya. Cak Imin dikenal sebagai sosok yang moderat, toleran, dan cinta damai.

Cak Imin juga memiliki hubungan baik dengan berbagai tokoh dan partai politik, termasuk yang berseberangan dengan Anies.

Salah satu contoh adalah hubungan Cak Imin dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang merupakan rival politik Anies. Cak Imin adalah salah satu pendukung Jokowi dalam pilpres 2014 dan 2019.

Cak Imin juga pernah menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi di era pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla. Cak Imin juga kerap menyampaikan apresiasi dan dukungan terhadap kinerja dan kebijakan Jokowi.

Dengan berpasangan dengan Cak Imin, Anies berharap dapat meredam tensi politik yang tinggi antara dirinya dan Jokowi. Anies juga ingin menunjukkan bahwa ia tidak bermusuhan dengan Jokowi, melainkan hanya bersaing secara sehat dan demokratis.

Anies juga ingin membuka peluang kerjasama dengan pemerintah pusat, yang selama ini dianggap kurang harmonis dengan pemerintah provinsi DKI Jakarta yang dipimpinnya.

Selain dengan Jokowi, Cak Imin juga dapat menjadi jembatan rekonsiliasi antara Anies dengan partai-partai lain yang tidak bergabung dalam koalisi pendukungnya. Cak Imin memiliki jaringan luas dan komunikasi intens dengan para pimpinan partai, baik yang berada di pemerintahan maupun di oposisi.

Cak Imin juga dikenal sebagai sosok yang mampu menjaga silaturahmi dan persaudaraan dengan semua pihak, tanpa memandang perbedaan ideologi atau kepentingan.

Dengan berpasangan dengan Cak Imin, Anies berharap dapat membangun komunikasi dan kerjasama yang lebih baik dengan partai-partai lain, terutama jika ia terpilih menjadi presiden.

Anies juga ingin menunjukkan bahwa ia tidak eksklusif atau sektarian, melainkan inklusif dan pluralis. Anies juga ingin menciptakan suasana politik yang kondusif dan stabil, yang dapat mendukung pembangunan nasional.

So?

Anies Baswedan telah memilih Muhaimin Iskandar, alias Cak Imin, sebagai calon wakil presiden pendampingnya dalam pemilihan presiden 2024. Keputusan ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan publik, terutama di antara partai-partai koalisi pendukungnya.

Anies memiliki beberapa alasan untuk berpasangan dengan Cak Imin, di antaranya adalah keterwakilan NU dan rekonsiliasi politik. Anies berharap dapat menarik dukungan dari kalangan NU, yang merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia.

Anies juga berharap dapat meredam tensi politik yang tinggi antara dirinya dan pihak-pihak yang sebelumnya berseteru atau berselisih dengannya.

Namun, keputusan Anies juga membawa risiko bagi elektabilitasnya. Anies berpotensi kehilangan dukungan dari Partai Demokrat dan PKS, yang merasa dikhianati oleh NasDem dan Anies.

Anies juga berpotensi menghadapi penolakan atau resistensi dari sebagian kalangan NU, yang mungkin tidak sepenuhnya setuju dengan pilihan Cak Imin sebagai cawapres.

Oleh karena itu, Anies perlu melakukan langkah-langkah strategis untuk menjaga keutuhan koalisinya dan memperluas basis dukungannya. Anies juga perlu menjelaskan secara transparan dan rasional alasan-alasan di balik pilihannya untuk berduet dengan Cak Imin.

Anies juga perlu menunjukkan visi-misi dan program-program yang konkret dan realistis untuk memajukan Indonesia jika ia terpilih menjadi presiden bersama Cak Imin.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article