Melihat Taji Politisi Muda Bangkalan

Rasyiqi By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
4 Min Read
- Advertisement -

Opini jfID – Hampir satu tahun sudah anggota DPRD kabupaten Bangkalan menjabat pasca dilantiknya pada Agustus 2019. Mulanya, banyaknya nama-nama baru yang mengisi kursi anggota legislatif seakan-akan memberikan tunas harapan besar untuk Bangkalan lebih baik kedepannya. Apalagi dengan adanya beberapa nama dewan muda. Yang jelas, politisi muda atau pemuda yang menjadi dewan mempunyai daya tarik tersendiri, khususnya dalam dinamika politik di Bangkalan pasca The God Father.

Tentu semuanya bertanya-tanya arah perpolitikan di Bangkalan seperti apa kedepannya dan kemana. Yang pasti setelah ini semuanya akan serba dinamis walaupun sampai saat ini tetap berporos dilingkaran keluarga Bhani Kholil, akan tetapi tidak menutup kemungkinan suatu ketika akan ada tokoh sentral baru yang akan muncul. Semua itu akan terjawab pada puncaknya 2024 mendatang.

Setidaknya, masuknya politisi muda di kursi legislatif dapat membuka kran demokrasi di Bangkalan serta dapat memperjuangkan Bangkalan lebih baik kedepannya. Penulis melihat semangat api politisi muda pra pemilu kemarin, mulai dari kampanye di media sosial sampai perbincangan di warung kopi yang tentu serat dengan gagasan segar dan progreasif. Akan tetapi, pasca pemilihan, ditetapkan sekian persen kursi diperoleh politisi muda, rupanya iklim politik senyap kembali. Entah kemana, bagaikan hantaman badai yang seketika hilang dibawa angin. Lantas bagaimana saat ini? Katakanlah sebagai koreksi kinerja Dewan Muda di kabupaten Bangkalan.

Sampai sejauh ini, Politisi Muda di Bangkalan belum mampu mewarnai dinamika politik di Bangkalan. Gaya gerakannya masih mengikuti ritme generasi sebelumnya, padahal sudah sangat tidak efektif dan sudah jatuh tempo. Di samping itu, Dewan Muda belum mampu memunculkan diri dan menawarkan gagasan-gagasan cemerlang.

Ad image

Salah satu faktor penghambatnya adalah orang-orang di balik politisi muda itu sendiri. Panulis yakin, bahwa mereka memiliki keinginan besar layaknya pemuda pada umumnya. Hanya saja peran orang di balik layar dan peran partai katakanlah kita sebut lingkaran hitam. Itu lah yang menjadi penghambat utama sehingga tidak salah, jika dikatakan Anggota Dewan dimaksud adalah corong menyambung rekaman suara orang-orang di belakangnya.

Corak perpolitikan yang demikian bukan lagi rahasia, bahkan sudah menjadi fenomena umum di Bangkalan sampai di kanca nasional. Untuk lepas dari itu, kiranya perlu waktu dan setrategi yang jitu. Setidaknya apabila mustahil untuk lepas, politisi khususnya politisi muda harus mampu membawa arus, bukan sebaliknya terbawa arus. Maka selain membutuhkan keberanian melawan arus tersebut, juga harus konsisten dan memegang teguh prinsip sebagaimana diamanahkan konstitusi.

Di sisi lain, tokoh intlektual dan tokoh agama, organisasi kepemudaan serta oganisasi kemahasiswaan diam-diam saja seakan-akan tidak terjadi apa apa. Entah lantaran tidak tahu atau kah memang pura-pura tidak tahu. Akibatnya, tidak ada dialektika penyeimbang atau yang berpihak sebagai chek and Balance. Sangat disayangkan.

Kita tidak bisa mengatakan politisi muda atau dewan muda gagal dalam mengemban tugasnya sebagai Dewan Perwakilan Rakyat. Jangka delapan bulan masa kerja dewan muda belum bisa dijadikan tolok ukur, masih tersisa banyak waktu yang bisa digunakan untuk membuktikan taji dewan muda sebagai agent of change. Kami mengadu nasib kepada politisi muda.

Pada intinya, Dewan Muda di kabupaten Bangkalan harus dapat memberikan warna baru di dalam suasana perpolitikan Bangkalan. Dengan tidak adanya The God Father, akan ada banyak kemungkinan-kemungkin yang bisa saja terjadi. Perpolitikan Bangkalan tentu akan semakin dinamis. Tugas Dewan Muda di antaranya adalah membaca peluang kemudian masuk di dalamnya dan membuat gebrakan baru di kabupaten Bangkalan, tentunya menuju kondisi yang lebih baik. Mempukah para politisi muda?

Penulis: Syamsul Hadi

- Advertisement -
Share This Article