Ketua Lembaga Dakwah PBNU Tekankan Konsep Rahmatan Lil Alamin dalam Berbangsa dan Bernegara

Rasyiqi
By Rasyiqi
3 Min Read

jf.id– Yayasan Pondok Pesantren Qamarul Huda- Bagu, Pringgarata, Kab. Lombok Tengah melangsungkan serangkaian acara Haul Syekh Abdul Qadir Jaelani, Gus Dur dan TGH. Shaleh Hambali yang dirangkai kan dengan Haul Pondok Pesantren Qamarul Huda Bagu yang Ke 59 dan Harlah NU ke 94. Sabtu, 25/01/2020.

Hadir pada acara Haul ini Ketua Lembaga Dakwah PBNU, Dr. KH. Mannarul Hidayat, Danrem 162/WB, Kolonel CZI Ahmad Rizal Ramdani, S.Sos, S.H. M.Han, Sekda Provinsi NTB, H. Lalu Gita Ariadi, M.Si, Dir Binmas Polda NTB, Kombespol Beny Basir, Jajaran PWNU NTB, PCNU Lombok Tengah, Kasdim 1620/Lombok Tengah, Mayor Inf. Dian Aksmiyandita, tokoh agama, tokoh masyarakat di NTB.

Pimpinan Pondok Pesantren Qamarul Huda Bagu, TGH. L. M. Turmudzi Badaruddin pada Haul ini menyampaikan seluruh rangkaian acara pada Haul tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh masyarakat.

“terimakasih atas kehadiran para tamu undangan yang telah hadir pada acara ini untuk bersama kita meriahkan Haul Syekh Abdul Qadir Jaelani, Gus Dur, Dan TGH. Shaleh Hambali yang panitia rangkai dengan Haul Pondok Pesantren Qamarul Huda yang ke 59 ini,” kata Tuan Guru.

Sementara itu, acara ini diisi dengan Tausiyah oleh ketua Lembaga Dakwah PBNU, Dr. KH. Manarul Hidayat, yang menceritakan tentang sirah syekh Abdul Qadir Jaelani.

Dr. KH. Manarul Hidayat dalam penyampaiannya memandang bahwa Haul sangat tepat untuk dilaksanakan, sebab berkaitan dengan tugas ulama dalam menyampaikan dakwah terutama dakwah tentang terciptanya kondisi berbangsa dan bernegara yang rahmatan lil alamin.

“ulama harus membina masyarakat, sehingga mampu menjaga dan merawat keutuhan NKRI, kita bisa ambil contoh kepada Hadratusyaikh KH. Hasyim Asy’ari, beliau seorang ulama yang mampu menggabungkan agama dengan konsep nasionalisme, ” sebut KH. Manarul Hidayat dalam tausiyahnya.

Didepan para jamaah, Dr. KH. Manarul Hidayat, menekankan untuk selalu berkiblat kepada ajaran para Tuan Guru dan Kiyai sebagai panutan dalam menghadapi kehidupan global.

“saat ini berbagai cara dilakukan oleh kaum Yahudi, untuk memecah belah kita, mereka masuk melalui ilmu pengetahuan, tehnologi, sehingga kita melupakan serta menghilangkan budaya lokal kita, munculnya sifat individualisme, serta menimbulkan kecintaan kita terhadap dunia dan melupakan akherat,” kata nya.

Propaganda Yahudi dalam setiap aspek kehidupan diharapkan menjadi pemicu semangat terkhusus bagi warga NU yang ada di NTB untuk bersatu padu dalam bingkai persatuan dan persaudaraan jam’iah NU.

“mari kita cintai Kiyai dan ulama kita, karena para ulama adalah pewaris para nabi, maka ikutilah pewaris para nabi, janga mudah di pecah belah kan, diadu domba, diperalat agar kita jam’iah NU kokoh dalam berprinsip dan berpendirian,” sambungnya.

Laporan: M Rizwan

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article