jfid – Kabar duka datang dari dunia sastra Indonesia.
Penyair kondang, Joko Pinurbo, yang akrab disapa Jokpin, meninggal dunia pada usia 62 tahun di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Kepergian maestro puisi ini meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, sahabat, dan para pengagum karyanya.
Informasi mengenai kepergiannya pertama kali diketahui melalui media sosial. Ulin Ni’am Yusron, rekan sekaligus sahabat Jokpin, mengungkapkan kesedihannya melalui akun Instagram @ulinyusron.
Dalam unggahannya, Ulin menyatakan, “Innalillahi wa innaillaihi rojiun. Telah berpulang penyair, panutan dan pembimbingku waktu S2 IKJ Mas @jokpin.jogja tadi pagi. Saat ini jenazah masih di RS dan akan disemayamkan di PUKY siang nanti. Almarhum akan dimakamkan besok Minggu di Sleman.”
Joko Pinurbo telah lama dikenal sebagai figur penting dalam dunia puisi Indonesia. Beberapa karyanya yang paling berpengaruh antara lain adalah “Celana” yang terbit tahun 1999, “Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung” (2007), “Di Bawah Kibaran Sarung” (2001), “Pacarkecilku” (2002), dan “Telepon Genggam” (2003). Buku-buku ini tidak hanya populer di kalangan pecinta puisi, tapi juga menjadi materi studi di beberapa universitas.
Kehilangan Joko Pinurbo merupakan pukulan berat bagi komunitas sastra di Indonesia. Karya-karyanya yang penuh nuansa kritik sosial dan romantisme telah menginspirasi banyak penyair muda dan merupakan bagian penting dari literatur kontemporer Indonesia.
Jenazah Joko Pinurbo akan disemayamkan di PUKY, Yogyakarta, sebelum akhirnya dimakamkan di Sleman, Minggu ini.
Komunitas sastra dan penggemar karyanya diperkirakan akan memberikan penghormatan terakhir kepada salah satu pilar sastra modern Indonesia ini.
Kepergian Joko Pinurbo meninggalkan warisan literatur yang akan terus hidup dan menginspirasi generasi mendatang.
Sebagai seorang penyair dan pemikir, kontribusinya terhadap dunia puisi Indonesia tidak akan pernah terlupakan.
