jfid – Pada hari ini, dunia sastra Indonesia kehilangan salah satu tokoh penting,
yaitu Joko Pinurbo, seorang penyair legendaris yang meninggal dunia di Yogyakarta pada usia 61 tahun.
Mari kita mengenal lebih dalam tentang sosok yang telah memberikan kontribusi besar pada sastra Indonesia ini.
1. Latar Belakang dan Perjalanan Kreatif
Joko Pinurbo, yang akrab disapa Jokpin, lahir pada 11 Mei 1962 di Sukabumi, Jawa Barat.
Sejak masa SMA, Jokpin telah menunjukkan ketertarikannya dalam menulis puisi.
Ia belajar dari penulis terkenal dan melanjutkan pendidikannya di IKIP Sanata Dharma Yogyakarta.
Meskipun sempat mengalami kebuntuan kreatif,
Jokpin berhasil menemukan inspirasi dalam objek sehari-hari seperti celana dan sarung.
2. Gaya Penulisan yang Unik
Karya-karya Jokpin penuh makna mendalam dan ditulis dengan gaya yang unik.
Ia menggabungkan narasi, humor, hingga ironi dalam puisi-puisinya. Beberapa karyanya yang terkenal antara lain:
- “Celana” (1999): Puisi ini menggambarkan makna mendalam dari sebuah celana, mengajak pembaca merenung tentang kehidupan sehari-hari.
- “Di Bawah Kibaran Sarung” (2001): Kumpulan puisi ini mengeksplorasi tema-tema kehidupan, cinta, dan eksistensi.
- “Pacarkecilku” (2002): Puisi yang menggambarkan hubungan antara manusia dan objek sehari-hari dengan sentuhan humor.
3. Penghargaan dan Pengakuan
Jokpin meraih berbagai penghargaan prestisius atas karyanya. Beberapa di antaranya adalah:
- Penghargaan Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta
- Sih Award
- Hadiah Sastra Lontar
- South East Asian Write Award
Karyanya yang inovatif dan reflektif telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman, dan Mandarin.
4. Warisan Karya
Meskipun Jokpin telah berpulang, warisan karyanya akan terus hidup dalam ingatan para pembaca dan penggemar sastra.
Puisi-puisinya akan terus menginspirasi generasi-generasi mendatang.
Selamat jalan, Joko Pinurbo. Terima kasih atas kontribusimu yang tak tergantikan dalam dunia sastra Indonesia.
