Arab Saudi Ajak 40 Negara Bahas Perdamaian Ukraina, Rusia Ditinggalkan

Rasyiqi
By Rasyiqi
4 Min Read

jf.id – Arab Saudi menjadi tuan rumah konferensi internasional yang bertujuan untuk mencari solusi damai bagi krisis di Ukraina, yang telah berlangsung sejak 2014. Konferensi tersebut dihadiri oleh pejabat tinggi dari sekitar 40 negara, termasuk Amerika Serikat, China, Afrika Selatan, dan India. Namun, Rusia, yang merupakan pihak utama dalam konflik tersebut, tidak diundang.

Konferensi dua hari itu dimulai pada Sabtu (5/8/2023) di kota pelabuhan Jeddah, Arab Saudi. Ini merupakan inisiatif dari Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud, yang ingin memainkan peran aktif dalam diplomasi global. Arab Saudi sendiri memiliki hubungan baik dengan kedua belah pihak dalam konflik Ukraina, yaitu Kyiv dan Moskow.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengirimkan utusannya, Andriy Yermak, untuk memimpin delegasi Ukraina. Yermak mengatakan bahwa ia akan mempresentasikan rencana perdamaian 10 poin yang diajukan oleh Zelenskyy, yang mencakup penarikan pasukan Rusia dari wilayah Ukraina dan pengembalian Krimea ke kendali Kyiv.

“Kami memiliki banyak perbedaan pendapat dan kami telah mendengar banyak posisi, tetapi penting bagi kami untuk berbagi prinsip kami,” kata Yermak dalam sebuah wawancara sebelum konferensi. “Tugas kita adalah menyatukan seluruh dunia di sekitar Ukraina,” tambahnya.

Salah satu negara yang menjadi sorotan dalam konferensi ini adalah China, yang merupakan sekutu dekat Rusia dan sejauh ini belum mengutuk invasi Rusia ke Ukraina. China mengirimkan utusan khususnya untuk urusan Eurasia, Li Hui, untuk berpartisipasi dalam pembicaraan tersebut.

“China bersedia bekerja dengan masyarakat internasional untuk terus memainkan peran konstruktif dalam mempromosikan solusi politik untuk krisis di Ukraina,” kata Wang Wenbin, juru bicara kementerian luar negeri China, dalam sebuah pernyataan.

Namun, tidak semua negara setuju dengan pendekatan Arab Saudi. Beberapa negara Eropa, seperti Prancis dan Jerman, menolak untuk menghadiri konferensi tersebut karena mereka merasa bahwa formatnya tidak sesuai dengan proses Minsk, yang merupakan kerangka kerja perdamaian yang disepakati oleh Ukraina, Rusia, Prancis, dan Jerman pada 2015.

Rusia sendiri mengecam konferensi tersebut sebagai upaya untuk mengisolasi dan mendiskreditkan Moskow. Menteri luar negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan bahwa konferensi tersebut tidak memiliki legitimasi dan tidak akan membawa hasil apa pun.

“Kami tidak melihat alasan untuk mengadakan pertemuan semacam itu tanpa keterlibatan Rusia,” kata Lavrov. “Ini adalah upaya lain untuk menciptakan platform alternatif yang tidak akan menyelesaikan masalah apa pun.”

Konferensi Jeddah diharapkan dapat menjadi langkah awal menuju pertemuan puncak perdamaian yang akan diadakan pada musim gugur ini dengan melibatkan para pemimpin dari seluruh dunia. Presiden Zelenskyy menyatakan harapannya bahwa diskusi di Jeddah akan meletakkan dasar bagi “akhir yang adil dan jujur dari agresi Rusia”.

“Saya yakin bahwa perdamaian di Ukraina akan menguntungkan semua orang di dunia. Semua orang!” kata Zelenskyy dalam sebuah video yang dirilis pada Jumat malam.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email faktual2015@gmail.com

Share This Article