Gibran, Anak Banteng yang Menjadi Singa

Deni Puja Pranata By Deni Puja Pranata
8 Min Read
Foto: Pasangan calon Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka saat mengikuti kirab budaya arak arakan di kawasan taman Suropati menuju KPU, Jakarta, Rabu (25/10/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pasangan calon Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka saat mengikuti kirab budaya arak arakan di kawasan taman Suropati menuju KPU, Jakarta, Rabu (25/10/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
- Advertisement -

jfid – Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Joko Widodo, membuat kejutan politik dengan mendaftar sebagai bakal calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto pada Pemilu 2024. Keputusan Gibran yang bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang mengusung Prabowo-Gibran ini menimbulkan berbagai reaksi dari publik, terutama dari partai yang selama ini menjadi rumahnya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Gibran, yang juga menjabat sebagai Wali Kota Solo, sebelumnya dikenal sebagai kader PDIP yang loyal dan militan. Ia bahkan sempat diisukan sebagai calon presiden dari PDIP untuk menggantikan ayahnya. Namun, harapan itu pupus setelah PDIP mengumumkan pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD sebagai capres-cawapres yang diusung bersama PPP, Perindo, dan Hanura.

Lantas, apa yang mendorong Gibran untuk meninggalkan PDIP dan memilih berpasangan dengan Prabowo, yang notabene adalah rival politik ayahnya? Apakah Gibran merasa kecewa dengan PDIP atau ada alasan lain di balik langkahnya? Bagaimana pula sikap PDIP terhadap keputusan Gibran yang dianggap sebagai pengkhianatan terhadap partai berlambang banteng moncong putih itu?

Awal Mula

Pertemuan pertama antara Gibran dan Prabowo terjadi pada Mei 2023 lalu di kediaman Prabowo di Hambalang, Bogor. Pertemuan itu diinisiasi oleh Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani, yang mengaku mengundang Gibran untuk berdiskusi tentang isu-isu strategis nasional. Muzani mengklaim bahwa pertemuan itu tidak membahas soal politik praktis atau koalisi, melainkan hanya sebatas silaturahmi dan tukar pikiran.

Namun, pertemuan itu langsung menimbulkan spekulasi bahwa Prabowo sedang menggodok Gibran untuk menjadi cawapresnya. Spekulasi ini semakin menguat setelah Gibran mengungkapkan bahwa ia mendapat tawaran dari Prabowo untuk menjadi cawapresnya. Gibran mengaku sempat kaget dengan tawaran itu, tetapi ia tidak langsung menolak atau menerima. Ia mengatakan bahwa ia akan berbicara dengan ayahnya terlebih dahulu. 

Pertemuan Gibran dan Prabowo ini sontak membuat heboh dunia politik, terutama PDIP. Sebagai kader PDIP, Gibran seharusnya tidak bertemu dengan Prabowo tanpa sepengetahuan dan seizin partai. Apalagi, PDIP sudah menetapkan Ganjar Pranowo sebagai capresnya, sehingga Gibran tidak punya alasan untuk berkomunikasi dengan Prabowo.

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri pun langsung memanggil Gibran untuk dimintai penjelasan. Dalam pertemuan yang berlangsung tertutup di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Megawati menegur Gibran dan mengingatkan agar tidak bermain dua kaki. Megawati juga meminta Gibran untuk tetap setia dan taat kepada partai. 

Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto yang mendampingi Megawati dalam pertemuan itu mengatakan bahwa Gibran sudah meminta maaf kepada Megawati dan menyatakan komitmennya untuk tetap bersama PDIP. Hasto juga menegaskan bahwa status Gibran di PDIP masih aman dan tidak ada sanksi apapun yang diberikan kepadanya. 

Puncaknya

Setelah pertemuan dengan Megawati, Gibran seolah-olah kembali ke pangkuan PDIP. Ia mengikuti berbagai kegiatan partai, termasuk menghadiri deklarasi dukungan untuk pasangan Ganjar-Mahfud di Solo pada Agustus 2023. Ia juga mengaku sudah berkomunikasi dengan ayahnya dan mendapat restu untuk tetap di PDIP. 

Namun, di balik itu semua, ternyata Gibran masih menjalin komunikasi dengan Prabowo dan KIM. Ia bahkan sudah menyiapkan langkah-langkah untuk mendaftar sebagai cawapres Prabowo, termasuk mengurus persyaratan administrasi dan dokumen. Ia juga sudah mendapat dukungan dari sejumlah partai politik, seperti PAN, Demokrat, Golkar dan PSI, yang bergabung dengan KIM.

Pada 25 Oktober 2023, Gibran secara resmi mendaftar sebagai cawapres Prabowo ke KPU RI. Ia didampingi oleh Prabowo dan para pimpinan partai pendukung KIM. Dalam kesempatan itu, Gibran mengatakan bahwa ia memilih Prabowo karena melihat visi dan misi yang sama dengan dirinya, yaitu membangun Indonesia yang maju, adil, dan sejahtera. Ia juga mengatakan bahwa ia sudah mendapat izin dari ayahnya untuk maju sebagai cawapres Prabowo. 

Deklarasi dan pendaftaran Gibran sebagai cawapres Prabowo ini sontak membuat geger dunia politik, terutama PDIP. PDIP merasa dikhianati oleh Gibran yang sudah berjanji untuk setia kepada partai. PDIP juga merasa dilecehkan oleh Gibran yang tidak menghormati keputusan partai yang sudah mengusung Ganjar-Mahfud sebagai capres-cawapres.

Akibatnya

Status Gibran di PDIP pun langsung dipertanyakan. Apakah Gibran masih menjadi kader PDIP atau sudah keluar dari partai? Apakah Gibran sudah mengembalikan kartu tanda anggota (KTA) PDIP atau masih menyimpannya? Apakah Gibran sudah mengajukan pengunduran diri secara tertulis atau hanya berpamitan secara lisan?

PDIP sendiri memberikan jawaban yang berbeda-beda terkait status Gibran. Puan Maharani, Ketua DPP PDIP, mengatakan bahwa Gibran sudah berpamitan kepadanya sebelum mendaftar sebagai cawapres Prabowo. Namun, ia mengaku tidak membahas soal status keanggotaan Gibran. Ia juga mengatakan bahwa Gibran tidak mengembalikan KTA PDIP atau mengajukan pengunduran diri secara tertulis.

Hasto Kristiyanto, Sekjen PDIP, mengatakan bahwa status Gibran di PDIP sudah clear dan gamblang. Ia mengatakan bahwa Gibran sudah tidak lagi menjadi anggota PDIP karena sudah berpamitan dan mengembalikan KTA PDIP. Ia juga mengatakan bahwa Gibran sudah melanggar undang-undang tentang partai politik yang melarang seseorang menjadi anggota dua partai politik.

Komarudin Watubun, Ketua Bidang Kehormatan DPP PDIP, mengatakan bahwa status Gibran di PDIP sudah berakhir secara de facto. Ia mengatakan bahwa Gibran secara resmi sudah mendaftar sebagai cawapres dari partai lain, sehingga otomatis keanggotaannya di PDIP batal. Ia juga mengatakan bahwa Gibran sudah tidak tegak lurus dengan instruksi partai yang melarang bermain dua kaki.

FX Hadi Rudyatmo, Ketua DPC PDIP Solo, mengatakan bahwa status Gibran di PDIP masih belum jelas. Ia mengatakan bahwa Gibran belum mengembalikan KTA PDIP atau mengajukan pengunduran diri secara tertulis. Ia juga mengatakan bahwa Gibran masih menunggu surat dari DPP PDIP yang meminta penjelasan tentang statusnya.

Gibran sendiri mengaku sudah menerima surat dari PDIP yang memintanya untuk mengembalikan KTA dan mengajukan pengunduran diri secara tertulis. Namun, ia mengatakan bahwa ia masih mempelajari surat tersebut sebelum memberikan tanggapan. Ia juga mengatakan bahwa ia masih menghormati dan mencintai PDIP. 

Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menyebut Gibran sudah bukan bagian keluarga PDIP lagi, karena sudah bergabung dengan Partai Golkar dan Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang mengusung Prabowo-Gibran.

- Advertisement -
Share This Article