jfid – Generasi Z, juga dikenal sebagai Gen Z, adalah generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012.
Mereka tumbuh dalam era iPhone dan Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, sebuah departemen pemerintah yang didirikan pada tahun 2002 setelah serangan 11 September yang kebanyakan dari mereka terlalu muda untuk mengingatnya.
Generasi ini telah menjadi kekuatan ekonomi dan budaya yang sulit diabaikan.
Sikap Pro-Palestina dan Anti-Israel
Generasi Z telah menunjukkan sikap yang lebih skeptis terhadap Israel dibandingkan dengan generasi Amerika yang lebih tua.
Di TikTok, di mana setengah penggunanya berusia di bawah 30 tahun, #freepalestine memiliki 31 miliar postingan dibandingkan dengan 590 juta untuk #standwithisrael — lebih dari 50 kali lipat.
Berdasarkan berbagai survei dan data, generasi Z cenderung lebih bersimpati dengan Palestina dan lebih kritis terhadap Israel daripada generasi sebelumnya.
Misalnya, sebuah jajak pendapat Harvard CAPS-Harris X menemukan bahwa 51% responden berusia 18-24 tahun mengatakan bahwa pembunuhan warga sipil Israel oleh Hamas, sebuah kelompok teroris yang ditetapkan oleh Departemen Luar Negeri AS, dapat dibenarkan oleh keluhan rakyat Palestina.
Sebagian besar aktivis online Gen Z memperluas teori kritis ras dan gerakan Black Lives Matter ke dalam konflik Palestina-Israel hingga batas mereka menyangkal realitas.
Banyak orang seumuran saya yang merasa (bukan berpikir) bahwa konflik ini hanya memiliki korban dan penindas.
Generasi yang Tidak Dapat Dibeli
Generasi Z menunjukkan kepedulian terbesar terhadap kesejahteraan planet dan mempengaruhi orang lain untuk membuat keputusan pembelian berdasarkan keberlanjutan.
Mereka lebih memilih untuk membeli secara berkelanjutan daripada memilih berdasarkan merek. Hampir 50 persen Gen Zers adalah minoritas rasial dan etnis, dan 1 dari 4 mengidentifikasi diri sebagai Hispanik.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Ada beberapa faktor yang dapat menjelaskan mengapa generasi Z memiliki sikap yang berbeda dari generasi sebelumnya.
Pertama, generasi Z tumbuh di era pasca-9/11, di mana mereka menyaksikan perang, terorisme, dan krisis kemanusiaan di Timur Tengah melalui media.
Mereka juga terpengaruh oleh gerakan-gerakan sosial seperti Black Lives Matter, yang mengkritik rasisme, ketidakadilan, dan kekerasan oleh negara.
Kedua, generasi Z memiliki akses ke informasi yang lebih luas dan beragam, terutama dari media sosial, yang memungkinkan mereka untuk melihat perspektif-perspektif yang berbeda dari media arus utama.
Mereka juga lebih terbuka untuk mendengarkan suara-suara yang terpinggirkan, seperti rakyat Palestina yang menderita di bawah pendudukan Israel.
Ketiga, generasi Z memiliki nilai-nilai yang lebih progresif dan humanis, yang membuat mereka lebih peduli dengan hak asasi manusia, demokrasi, dan perdamaian.
Mereka juga lebih kritis terhadap kebijakan luar negeri AS, yang dianggap mendukung Israel secara buta dan mengorbankan kepentingan rakyat Palestina.
Kesimpulan
Generasi Z adalah generasi yang paling beragam dalam berbagai demografi di Amerika hingga saat ini.
Mereka telah membentuk banyak tren mode terbesar, gerakan politik, dan meme beberapa tahun terakhir.
Sikap mereka yang pro-Palestina dan anti-Israel, serta kepedulian mereka terhadap keberlanjutan, menunjukkan bahwa mereka adalah generasi yang tidak dapat dibeli dan memiliki pandangan dunia yang unik dan berbeda dari generasi sebelumnya.
Mereka adalah generasi yang berani berbicara dan berdiri untuk apa yang mereka percayai, dan mereka tidak takut untuk menantang status quo.