Format Baru Debat Pilpres 2024, Lebih Dinamis atau Monoton

ZAJ
By ZAJ
5 Min Read

jfid – Anda mungkin sudah mengetahui bahwa Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah mengubah format debat Pilpres 2024. Tidak seperti Pilpres 2019, kali ini tidak ada debat khusus yang hanya menampilkan calon wakil presiden (cawapres).

Semua debat akan diikuti oleh pasangan calon presiden (capres) dan cawapres secara bersamaan. Apa alasan di balik perubahan ini? Bagaimana tanggapan para pihak terkait? Dan apa dampaknya bagi proses demokrasi di Indonesia?

Berikut adalah ulasan mendalam tentang perubahan format debat Pilpres 2024 yang perlu Anda ketahui.

Alasan KPU Mengubah Format Debat

Menurut Ketua KPU RI Hasyim Asy’ari, perubahan format debat Pilpres 2024 didasarkan pada evaluasi dari debat Pilpres 2019. Ia mengatakan bahwa debat khusus cawapres tidak terlalu efektif karena cawapres tidak memiliki kewenangan eksekutif seperti capres.

Selain itu, ia juga menilai bahwa debat khusus cawapres tidak menarik minat masyarakat untuk menyaksikannya.

Hasyim menambahkan bahwa dengan format baru, debat Pilpres 2024 akan lebih dinamis dan interaktif. Ia berharap bahwa debat akan menjadi ajang untuk menunjukkan visi, misi, dan program kerja dari masing-masing pasangan capres-cawapres.

Ia juga mengatakan bahwa debat akan melibatkan masyarakat sipil sebagai panelis, yang akan dipilih sesuai dengan topik-topik debat.

Tanggapan Para Pihak Terkait

Perubahan format debat Pilpres 2024 mendapat respons yang beragam dari para pihak terkait, baik dari tim kampanye, partai politik, maupun pengamat. Berikut adalah beberapa tanggapan yang kami rangkum:

  • Tim kampanye pasangan capres-cawapres nomor urut 1, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, menyatakan bahwa mereka siap mengikuti format debat yang ditetapkan oleh KPU. Juru bicara tim kampanye, Ahmad Riza Patria, mengatakan bahwa mereka tidak mempersoalkan format debat, asalkan tetap mengedepankan substansi dan kualitas.
  • Tim kampanye pasangan capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, juga mengaku tidak keberatan dengan format debat yang baru. Juru bicara tim kampanye, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengatakan bahwa mereka menghormati keputusan KPU dan siap berkompetisi secara sehat dan fair.
  • Tim kampanye pasangan capres-cawapres nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, menilai bahwa format debat yang baru lebih menarik dan menantang. Juru bicara tim kampanye, Rieke Diah Pitaloka, mengatakan bahwa format debat yang baru akan memperlihatkan sinergi dan kekompakan antara capres dan cawapres.
  • Partai NasDem, yang merupakan salah satu partai pendukung pasangan capres-cawapres nomor urut 3, mengkritik format debat yang baru. Ketua DPP Partai NasDem, Teuku Taufiqulhadi, meminta KPU untuk tidak mengganti format debat yang sudah terbukti berhasil di Pilpres 2019. Ia mengatakan bahwa format debat yang baru akan merugikan rakyat, karena tidak bisa melihat kinerja dan kapasitas cawapres secara mandiri.
  • Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Arbi Sanit, menilai bahwa format debat yang baru tidak ada bedanya dengan format debat yang lama. Ia mengatakan bahwa debat Pilpres 2024 tetap akan didominasi oleh capres, sementara cawapres hanya akan menjadi pelengkap. Ia juga mengatakan bahwa debat Pilpres 2024 tidak akan berpengaruh signifikan terhadap pilihan pemilih, karena pemilih sudah memiliki preferensi sejak awal.

Dampak Perubahan Format Debat

Perubahan format debat Pilpres 2024 tentu saja memiliki dampak bagi proses demokrasi di Indonesia. Dampak tersebut bisa bersifat positif maupun negatif, tergantung dari sudut pandang yang digunakan. Berikut adalah beberapa dampak yang mungkin terjadi:

  • Dampak positif: Format debat yang baru bisa meningkatkan kualitas debat, karena capres dan cawapres harus saling melengkapi dan mendukung dalam menyampaikan visi, misi, dan program kerja mereka. Format debat yang baru juga bisa meningkatkan partisipasi masyarakat, karena mereka bisa terlibat sebagai panelis dan menyampaikan pertanyaan atau masukan kepada capres dan cawapres. Format debat yang baru juga bisa mengurangi konflik dan polarisasi, karena capres dan cawapres harus bersikap lebih santun dan saling menghargai dalam berdebat.
  • Dampak negatif: Format debat yang baru bisa menurunkan eksposur dan peran cawapres, karena mereka tidak bisa menunjukkan kemampuan dan kapabilitas mereka secara mandiri. Format debat yang baru juga bisa menimbulkan kebosanan dan kejenuhan, karena debat akan terasa monoton dan repetitif dengan format yang sama. Format debat yang baru juga bisa menimbulkan kebingungan dan kesalahpahaman, karena capres dan cawapres harus berbagi waktu dan ruang dalam berdebat, sehingga bisa mengurangi kedalaman dan kejelasan materi debat.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article