Bangkalan- Terik matahari tak membuat laki- laki itu mencari tempat berteduh. Rasa panas yang menyengat tidak lantas membuat semangatnya rapuh. Padahal, Ia terlihat letih.
Ia terus berjalan menuju sebuah lahan, dimana konstruk tanahnya cukup tandus dan mengeras. Kedua tangannya tampak membawa benda peralatan cukup besar.
Ia pun tak ragu melangkahkan kedua kakinya, semangat penuh arti terpancar dan jelas dari raut wajah.Tak lama kemudian, beberapa orang mengikuti di belakangnya membawa peralatan yang sama.
Yanto (26), begitu warga sekitar memanggil nama pria itu. Ia terlihat melangkah lebih santai dari sebelumnya. Pandangan matanya pun tampak tertuju pada satu titik, yaitu soro’ (kubangan kecil hasil galiannya). Kubangan itu tak hanya satu, melainkan banyak disekelilingnya.
Sejumlah orang yang berjalan dibelakang yanto akhirnya sampai juga. Mereka satu persatu berpencar dan menuju lubang yang menghiasi pemandangan unik ditanah tandus itu. Satu persatu menengok isi kubangan, tampak ada suatu barang berharga didalamnya, dan berharap bisa dibawa pulang.
Tampak jerigen (bak) dan timba lengkap dengan talinya berserakan diarea tersebut. Mereka terlihat mulai mengulurkan tali ke lubang itu. Usut demi usut, ternyata sedang mengambil air bersih. Ternyata kekeringan melanda daerah mereka.
Musim kemarau beberapa bulan terakhir memang sudah dirasakan. Dusun Nyato, Desa Amparaan, Kecamatan Kokop, Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur salah satu kawasan yang terdampak kekeringan.
Kepada Jurnalfaktual.id, Yanto sapaan lekatnya mengatakan, setiap musim kemarau tiba Ia dan warga lainya kesulitan mendapatkan air bersih. Air yang ditampung di bendungan (DAM) tidak mampu bertahan ketika musim kemarau.
“Ini menjadi rutinitas kita ketika nimor (musim kemarau red). Kami disini untuk mendapatkan air harus menggali lubang seperti ini,” ungkapnya. Minggu (22/9/2019).
Kubangan yang dibuat warga untuk mendapatkan air ternyata lokasinya di lahan DAM. Kata Yanto, hal itu biasa silakukan setiap kekeringan melanda. Hasil airnya, lanjut dia, cukup untuk dibuat mandi, nyuci dan minum hewan peliharaan.
“Kalau untuk minum dan memasak, kita harus mengambil ditempat lain,” terangnya.
Untuk memenuhi kebutuhan minum dan memasak, Yanto menyebut harus menempuh jarak sejauh 1,5 atau 2 KM. Ditempat itulah, kata dia, terdapat air besih untuk keperluan tersebut.
“Ya harus kesana, mau gimana lagi. Karena kami butuh,” tegasnya.
Debit air dari hasil galiannya di kawasan DAM tidak besar. Dalam sehari semalam, terang dia, kadang hanya mampu mengisi 2 sampai 3 jerigen (bak air). Ia mengaku tetap bersyukur meski kesulitan mendapatkan air bersih. “Alhamdulilah mas, masih ada air,” ujarnya.
Disinggung terkait kepedulian Pemerintah Kabupaten Bangkalan atas kekeringan yang melanda, Yanto hanya berharap pemerintah bisa memberikan solusi.
“Semoga pemerintah bisa melihat, dan mau memperhatikan sejumlah wilayah yang sedang mengalami kesulitan air bersih, tidak terkecuali di desa kami,” katanya tampak pasrah.
Penulis : Syahril