Banyak Sarjana Muda Kebingungan Mencari Lapangan Kerja, Pas Kemana Aku?

Syahril Abdillah
4 Min Read
Ilustrasi

Jurnalfaktual.Id- “Tidak semua orang punya gaji, tapi semua orang pasti memiliki rizeki,”. Kalimat ini sengaja penulis ungkapkan sebagai pengantar diawal coretan sederhana ini.

Oh iya! Beberapa tahun belakangan muda mudi menyebut dirinya generasi millenial. Disisi lain, perkembangan industrialisasi berbasis tekhnologi disebut pula era 4.0. Kedua Istilah itupun menerobos hingga pelosok desa.

Memang patut diakui jika muncul penamaan baru atas perkembangan yang begitu pesat. Hal ini merupakan bagian dari hasil berfikir manusia. Namun, tampak masalah baru juga hadir di era kemajuan ini.

Suatu hari, Penulis sedang asik duduk di sebuah warung menikmati seduhan kopi ditemani sebatang rokok, tiba- tiba datang seorang pemuda dengan muka murung, sebut saja namanya Fajar (24).

Kalimat yang terlontar pertama kali dari lisannya adalah “Pas Kemana Aku”?, Melihat ekspresinya yang murung mengundang pertanyaan di benakku.

“Kenapa?” tanyaku padanya. Tanpa sepatahpun kata keluar dari mulutnya bahkan tak menggubris pertanyaanku. kemudia Ia mengeluarkan sebuah Mup berisi lembaran ijasah berlegalisir.

“Bingung aku kak, cari pekerjaan begitu sulit” ujar dia dengan muka kecut. Mendengarkan ungkapan itu, aku hanya tersenyum dan mencoba meresapi.

“Kenapa bingung to, kan kamu sudah sarjana!,” kataku sembari menimpali percapakan dengannya.

Tanpa menunggu dia menjawab, kemudian aku lontarkan sebuah pertanyaan sederhana. “Dari mana kamu,” tanyaku kembali.

“Saya dari Gedung Rato Ebuh, kebetulan ada kegiatan job fair mencari lowongan pekerjaan disana,” ujarnya.

Ia pun menjelaskan bahwa kegiatan job fair tersebut membuka lowongan pekerjaan. Kata dia, tesedia sebanyak 700 lowongan.
“Tapi yang banyak ternyata diluar kota, dan prioritasnya bukan sarjana juga,” terangnya.

Aku pun sempat berfikir, ” Ternyata mencari pekerjaan pasca lulus kuliah sangat sulit,” gumamku dalam hati.

Beberapa hari kemudian, turun surat edaran pendaftaran CPNS, sedangkan kuota yang dibutuhkan sebanyak 297, paling banyak pendaftar adalah guru dengan kuota yang dibutuhkan 197.

Disusul lagi dengan surat edaran pendaftaran Pendamping Keluarga Harapan (PKH) dengan kuota 18 orang pendamping di Bangkalan, tentu ini sudah pasti banyak peminatnya para sarjana muda maupun sarjana tua sama-sama mengirimkan surat lamaran.

“Pas kemana aku kk?, dengan kuota yang segitu, berapa banyak kira-kira yang mendaftar, sedangkan setiap tahunnya jumlah sarjana muda semakin bertambah, belum lagi sarjana tuanya,” ujarnya seraya merasa ragu.

Mendengar curahan pria ini, ternyata sebegitu sulitnya mendapat pekerjaan pasca sarjana, menurut hemat penulis dengan kondisi yang demikian sudah selayaknya kabupaten Bangkalan ujung barat Madura ini menyiapkan kawasan industri agar generasi mudanya tidak liar kemana-mana.

Dilansir koranmadura.com, jumlah pengangguran pada tahun 2018 sebanyak 25.953, terdiri dari SMA sebanyak 8.834 orang, SMK 973 orang, sarjana 1.508 orang, SD 3.548 orang dan SMP 11.540 orang. Sementara pada tahun 2017 angka pengangguran hanya 21.646.

Melihat dari kondisi diatas, langkah apa yang akan pemerintah upayakan dengan jumlah pengangguran yang tidak sedikit, apakah pemerintah hanya berdiam diri tanpa upaya solutif untuk mengurangi angka pengangguran di Bangkalan. Yaaa! Semoga saja pemerintah Bangkalan masih mau membuka mata.

Penulis. : Syahril Abdillah
Editor. : Ning

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article