Menyibak Keangkeran Pantai Pasetran Gandamayit Blitar

Rasyiqi
By Rasyiqi
3 Min Read
Keindahan ombak Pantai Pasetran Gandamayit Blitar (Foto: Hery Santoso)
Keindahan ombak Pantai Pasetran Gandamayit Blitar (Foto: Hery Santoso)

DULU tidak sembarang orang berani memasuki kawasan Hutan Pasetran Gandamayit. Bukan saja namanya yang meremang bulu kuduk sekaligus (kalau kita ke sana) harus melalui kawasan “lemah gatel”. Jika tidak hati-hati pulang kulitnya akan bidhuren (alergi) bahkan bisa melepuh bak tersiram air panas. Selidik punya selidik, ternyata di kawasan hutan kelir (hutan pantai) itu banyak terdapat tanaman ingas (angiospermae). Sampai sekarang pun jika tidak hati-hati melewati di bawah pohon tersebut bisa kena alergi.

Di sisi budaya, dalam kisah pewayangan Pasetran Gandamayit adalah “ibu kota” kerajaan lelembut yang dipimpin oleh Bathari Durga ( Dewi Permoni). Tokoh ini memiliki rakyat bangsa halus layaknya jin, setan, peri prayangan. Mereka akan suka menjahili manusia baik, dan acapkali menebar endemy penyakit (wabah) ke alam manusia.

Itu cuma kisah. Kenyataannya Pantai Pasetran Gandamayit memang sebuah destinasi yang indah menakjubkan. Deburan ombak laut selatan setinggi 2 meteran atau lebih tak lelah menghantam pantai berpasir lembut gemulai itu. Alamnya yang beraura sunyi mistis cocok untuk menenangkan diri. Terlebih jika matahari mulai tergelincir ke kaki ufuk, senja menjadi indah di antara desir angin yang menyapa. Itulah tujuan wisata unggulan di Kabupaten Blitar.


“Pantai ini kalau bulan purnana menjadi lebih ramai, Pak…” tutur Agus (40) petugas keamanan wisata pada penulis. Ia menambahkan, pada saat purnama banyak orang nencari lobster dengan bronjong yaitu jebakan menyerupai kurungan ayam. Di dalam jebakan itu dipasangi ketela pohon cincang agar mengundang lobster untuk nemangsanya.


“Lobster-lobster hijau itu yang diburu di pantai ini.” imbuh Agus.

Angker

Lantaran terlanjur berlabel “angker”, hingga disalahgunakan untuk “ngalab berkah”. Banyak pendatang dari jauh yang sengaja bersemedi di kawasan tersebut untuk cari wangsit.


“Kami datang dari Jawa Tengah mau ngalap berkah. Sebentar lagi kan pilkades serentak dan kami sebagai kompetitor.” ujar Pak Bud (42) enggan menyebutkan daerah asalnya.

Uniknya, Pasetran Gandamayit yang dulu selalu dikonotasikan “gawat keliwat-liwat” keangkerannya, kini telah memudar. Betapa tidak, tempat angker itu kini justru jadi tempat muda-mudi yang cukup ideal untuk berpacaran. Meski sering terjadi “kesurupan” buktinya muda-mudi sering nekad. Akhirnya sudah beberapa tahun belakangan jarang terdengar kasus muda-mudi kesurupan.
“Mungkin setannya sendiri yang takut pada ulah manusia. Karena telah melebihinya hehe…” kata Agus lagi sembari terkekeh.


“Apakah mesti berhasil bersemedi di kawasan ini ?” selidik penulis. Agus cuma angkat bahu. Seolah dalam hati berkata Wallahu’alam bissawab.

Penulis : Herry Santoso, penulis Fiksi, seorang Dosen. Menetap dan tinggal di Blitar.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article