Yaman, Negeri Asal Para Habib yang Miskin

Deni Puja Pranata
3 Min Read

jfid – Yaman adalah Negeri asal para Habib di Indonesia atau sebuah klan yang bermarga Ba Alawi. Berikut fakta bahwa negara Yaman yang miskin dan terus berkonflik.

Yaman adalah negara yang paling miskin di Jazirah Arab atau Timur Tengah. Pada tahun 2018, total produk domestik bruto (PDB) Yaman hanya sebesar USD23,49 juta. Total penduduk negara ini mencapai 29 juta jiwa. Yaman menjadi bukti terjadinya krisis kemanusiaan akibat konflik berkepanjangan. Terhitung, 21 juta penduduknya sangat membutuhkan pertolongan dan bantuan, termasuk 11 juta anak-anak di Yaman.

Menurut data PBB, UNDP, perang yang terjadi sejak 2014 di Yaman membuat 45% masyarakatnya hidup dalam kemiskinan. Angka itu semakin berkembang hingga 75% populasinya hidup miskin di akhir 2019. Apabila perang terus berlanjut hingga tahun 2022, Yaman sudah dapat dipatenkan menjadi negara termiskin di dunia, bukan hanya di wilayah Arab saja.

Hal itu dikarenakan akan ada lebih dari 75% masyarakatnya yang hidup di bawah garis kemiskinan. Sementara itu, Bank Dunia memprediksikan ada sekitar 20 juta warga Yaman yang tidak mendapatkan akses air bersih dan 16 juta orang yang membutuhkan bantuan mendesak karena berisiko tinggi menderita kekurangan gizi. Hal ini terjadi akibat kurangnya pangan.

Sebagaimana yang disampaikan UNDP, Bank Dunia juga mengutarakan kemiskinan di negara itu terus memburuk. Ekonomi Yaman menyusut sekitar 8,5% pada 2020. Apalagi, pandemi Covid-19 juga turut mempengaruhi kegiatan bisnis dan ekonomi di sana.

Konflik di Yaman adalah sebuah perang saudara yang telah berlangsung selama hampir enam tahun. Konflik ini dimulai pada tahun 2014 ketika kelompok Houthi, seorang pemberontak Syiah, merebut ibu kota Sana’a dan menyerang pemerintah yang sah. Kemudian, konflik berkembang menjadi krisis serius yang melibatkan banyak aktor internal dan eksternal.

Arab Saudi mengajukan rencana perdamaian baru untuk mengakhiri peperangan di Yaman. Rencana itu mengusulkan gencatan senjata yang diawasi PBB antara pemerintah Yaman, yang disokong Saudi, dan pemberontak Houthi, yang didukung oleh Iran. Rencana Saudi juga meliputi pembukaan kembali hubungan udara dan laut yang vital, serta dimulainya negosiasi politik.

Namun, pemberontak Houthi mengatakan tawaran tersebut tampaknya tidak sampai mengangkat blokade udara dan laut yang saat ini berlaku. Mereka akan terus berbicara dengan Saudi, AS, dan Oman selaku mediator untuk kesepakatan damai.

Konflik ini telah menciptakan krisis kemanusiaan terburuk di dunia. PBB memperkirakan lebih dari 230 ribu orang telah tewas dan jutaan lainnya menderita kelaparan dan sakit. Selain itu sistem kesehatan di sana runtuh di bawah tekanan pandemi virus corona.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email faktual2015@gmail.com

Share This Article