jfid – Nyamuk Aedes Aegypti, pembawa virus dengue yang menimbulkan penyakit demam berdarah dengue (DBD), telah menjadi momok bagi masyarakat Indonesia.
Setiap tahun, ribuan orang menderita dan meninggal akibat DBD. Untuk mengatasi masalah ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) dan beberapa negara lain, mengembangkan teknologi Wolbachia.
Wolbachia adalah bakteri yang dapat tumbuh alami di serangga, termasuk nyamuk. Bakteri ini dapat melumpuhkan virus dengue yang ada pada nyamuk Aedes Aegypti sehingga tidak akan menular ke manusia.
Dalam program ini, bakteri Wolbachia dimasukkan ke telur nyamuk Aedes Aegypti agar tidak menularkan virus dengue. Telur nyamuk tersebut kemudian disebar ke beberapa daerah, salah satunya adalah Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, teknologi Wolbachia merupakan hasil penelitian UGM dan dipakai antara lain oleh Brasil, Vietnam, dan Australia.
“Kita melihat ini (Wolbachia) bagus, makanya kita lakukan pilot project di 4 kabupaten/kota, dan Kupang salah satunya,” tutur Menkes, Selasa, 24 Oktober 2023.
Namun, tidak semua pihak setuju dengan program ini. Mantan Menteri Kesehatan RI periode 2004-2009, Siti Fadilah Supari, mempertanyakan penyebaran jutaan nyamuk Wolbachia untuk mencegah DBD.
Menurut Siti, upaya itu dinilai mengusik kedaulatan bangsa Indonesia lantaran belum tahu bagaimana dampak penyebaran Wolbachia ke depannya.
“Apakah sudah ada ijin keamanan dan pertahanan? Karena ini menyangkut kedaulatan Republik Indonesia. Jangan sembarangan menyetujui percobaan yang langsung dilakukan pada rakyat Indonesia,” ujar Siti dalam sebuah video yang diunggah di media sosial.
Siti juga menyoroti keterlibatan Kemenkes dalam program ini. Ia menilai bahwa Kemenkes seharusnya lebih fokus pada pencegahan dan pengobatan DBD dengan cara yang lebih terbukti dan aman, seperti vaksinasi, pemberantasan sarang nyamuk, dan peningkatan imunitas masyarakat.
“Kemenkes harusnya menjaga kesehatan rakyat, bukan menjadikan rakyat sebagai kelinci percobaan. Ini sangat berbahaya dan tidak etis,” tegas Siti.
Sementara itu, Kemenkes belum memberikan tanggapan resmi terkait kritik Siti Fadilah. Namun, sebelumnya, Menkes Budi telah menjamin bahwa program Wolbachia aman dan tidak berdampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
“Kita sudah melakukan uji klinis dan uji lingkungan, dan hasilnya menunjukkan bahwa Wolbachia tidak berbahaya. Ini adalah teknologi yang ramah lingkungan dan manusia,” jelas Menkes Budi.
Lalu, siapa yang benar? Apakah nyamuk Wolbachia adalah solusi atau ancaman bagi Indonesia? Hanya waktu yang akan menjawab.
Yang pasti, kita semua berharap agar DBD dapat teratasi dan tidak lagi menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat.