Ad image

Mungkinkah Indonesia Merdeka Jika Amerika tidak Ngebom Hiroshima dan Nagasaki?

Rasyiqi By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
5 Min Read
- Advertisement -

jf.id – Mari kita berandai-andai sejenak: Apakah Indonesia akan merdeka jika Amerika Serikat tidak mengirimkan pesan kilat ke Jepang dalam bentuk bom atom di Hiroshima dan Nagasaki? Pertanyaan ini menggelitik, seakan-akan kita sedang memainkan permainan “apa jadinya kalau”. Sebab, sejarah berputar-putar seperti roda roulette, dan siapa yang tahu apa yang mungkin terjadi jika satu kartu as dari dek ini tidak pernah dilemparkan?

Indonesia, tanah air kita yang dicintai, adalah salah satu negara yang terombang-ambing oleh gelombang tsunami dari peristiwa pengeboman tersebut. Dalam sekali hembusan angin beracun, Jepang terkapar dan menyerah kepada Sekutu, menggenapkan kemenangan besar mereka dalam Perang Dunia II di Asia.

Jepang, yang sedang berpesta merayakan dominasinya atas Indonesia, mendapati dirinya terjungkal dari singgasana kekuasaan. Ini adalah saat-saat bersejarah ketika nasib bermain-main dengan tongkat sihir, membuka pintu bagi para pemberani Indonesia untuk menyampaikan proklamasi kemerdekaan mereka pada tanggal 17 Agustus 1945.

Namun, mari kita melayangkan pandangan mata ke masa lalu dan merenung, apakah benar Indonesia akan merdeka jika Amerika Serikat menahan nafas mereka dan memilih tidak menjatuhkan bom pembuka pintu neraka di Hiroshima dan Nagasaki? Ternyata, jika kita memainkan film mundur ini, beberapa skenario yang membingungkan muncul.

Bayangkan, misalnya, Jepang memutuskan untuk tetap berjingkat melawan angin badai kekalahan yang kian tak terhindarkan. Pengepungan darat Sekutu, didukung oleh kehadiran panglima perang kripto-kesatria Uni Soviet, mungkin akan mengguncangkan bumi dan merubah lautan menjadi darah.

Ribuan mungkin bahkan jutaan nyawa melayang dalam balas dendam yang haus darah ini, mengalahkan ketakutan yang ada pada bom atom. Akankah dalam kekacauan ini, Indonesia tetap bisa mengangkat kepala, berjingkat ke arah kemerdekaan? Siapa yang tahu, mungkin kita akan menyaksikan pawai kemerdekaan yang diiringi lagu tembang perang yang menggetarkan jiwa, “Merdeka atau Mati”.

Atau, bayangkan pula, Jepang melihat realitas pahit dan memutuskan untuk menyerah tanpa perlunya bantuan sinar atom. Apakah ini akan menjadi kisah indah tentang Indonesia yang tetap melompat ke pelukan kemerdekaannya, berdansa riang dalam sinar mentari terbit?

Entahlah, dengan kamera berjalan mundur ini, Indonesia kemungkinan tetap merdeka, meskipun dengan irama dan tarian yang sedikit berbeda. Mungkin para pahlawan tanah air kita akan menukarkan seragam perang dengan jas rapi dan dasi, memainkan musik “Negaraku” di atas panggung dunia, sebagai tanda persatuan yang tercipta dengan cara yang unik.

Namun, ada juga pilihan tak terbayangkan, seperti Jepang yang tiba-tiba merasa memiliki semangat pemberontakan terakhir. Mereka menolak menyerah dan menerjang ke ujung tanduk kematian. Tentu saja, ini adalah skenario yang penuh kekonyolan.

Bagaimana mungkin Jepang yang tengah terhimpit ini bisa bertahan lebih lama dari Hercules yang lelah? Tapi siapa tahu, dalam dunia di mana kelinci bisa berbicara dan batu bisa bernyanyi, mungkin saja ini akan menjadi pukulan telak bagi Indonesia.

Mungkin saja kita akan melihat pasukan Indonesia yang berani berhadapan dengan monster gila Jepang yang tak kenal lelah, mengangkat pedang bambu dalam perlawanan terakhir untuk meraih kemerdekaan.

Namun, dalam petualangan berpikir yang semakin menggelitik ini, kita tidak boleh lupa satu hal: Indonesia adalah bukanlah anak kecil yang mudah digertak. Semangat kemerdekaan mengalir dalam nadi kita seperti lava dari gunung berapi yang menggelegak.

Terlepas dari mana arah angin berhembus, terlepas dari bagaimana petir dan guntur bermain-main, terlepas dari apakah bom atom ada atau tidak, kemerdekaan adalah jalan yang tak terelakkan bagi Indonesia. Jadi, meskipun bom atom adalah kartu as dalam permainan ini, mungkin saja sejarah akan menemukan cara lain yang jauh lebih aneh dan menakjubkan untuk memimpin Indonesia menuju kemerdekaannya yang gemilang.

- Advertisement -
Share This Article