Ad image

Kita Membutuhkan Pemimpin Jahat yang ‘Membela’ Rakyat

Rasyiqi By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
4 Min Read
- Advertisement -

jfid – Indonesia, negeri yang selalu memberikan kita pasangan kontradiksi yang manis untuk kita nikmati. Sebuah negeri yang seperti matrioshka – buka satu masalah, akan muncul masalah baru yang lebih kecil di dalamnya. Itu sebabnya kita punya beragam suku, budaya, dan sumber daya alam yang melimpah, tapi juga deretan masalah yang mengalir seolah tak pernah ada akhirnya. Namun, jangan khawatir, ini adalah dunia politik, tempat di mana keabsurdan bersembunyi dalam kejelasan yang membingungkan.

Tak terkecuali dalam hal pemimpin. Di negeri ini, kita selalu merindukan pemimpin yang setia, jujur, dan bijaksana. Tapi tunggu dulu, apa memang itu yang kita butuhkan? Mengapa kita harus terjebak dalam khayalan bahwa hanya pemimpin baik yang bisa menuntun kita? Mengapa tidak lebih menarik untuk memiliki pemimpin ‘jahat’? Pemimpin yang akan mengguncangkan status quo, membantu kita keluar dari zona nyaman, dan memperkenalkan kita pada sisi yang lebih… menarik?

Pemimpin baik, pemimpin buruk – itulah judul lagu yang terlalu sering kita dengar. Mungkin sudah waktunya kita merindukan ‘pemimpin jahat’ yang akan mengusung panji-panji “keadilan rakyat” di atas kepala mereka. Pertanyaannya, mengapa kita harus selalu menganggap pemimpin harus baik hati dan santun? Kita perlu pemimpin yang bisa membuat keputusan dengan mengabaikan etika dan moral yang membuat kita bosan.

Pemimpin ‘jahat’ jelas harus memiliki pandangan dunia yang unik. Mereka tidak peduli dengan apa yang orang lain pikirkan tentang mereka, seperti contohnya mempertahankan mayoritas dengan berjalan di atas kepala minoritas. Itu, teman-teman, adalah dedikasi! Atau bagaimana dengan memanfaatkan segala sumber daya dan peluang demi kepentingan mereka sendiri? Berperilaku ‘jahat’ hanya untuk memajukan diri? Oh, tentu saja bukan!

Ayo lihat beberapa contoh pemimpin dunia yang bisa dengan bangga disebut sebagai ‘pemimpin jahat’. Pertama, ada si hebat Vladimir Putin, seorang ahli strategi yang mengembalikan kejayaan Rusia dengan cara-cara yang mengejutkan. Mungkin kita harus belajar darinya bagaimana intervensi konflik bisa menjadi bagian dari resep sukses. Ingatlah, menjadi pemimpin besar berarti menganggap enteng pandangan dunia.

Juga ada Xi Jinping, yang menghapus batas masa jabatan presiden dengan keputusan berani dan tegas. Bagaimana mungkin kita mengabaikan konsep demokrasi ketika cita-cita besar menanti di cakrawala?

Tentu saja, kita tak boleh lupa dengan Donald Trump, yang dengan begitu kreatifnya mencuri perhatian dunia. Bermain-main dengan perjanjian internasional dan memulai perang dagang, ini adalah tindakan yang membuatnya layak mendapat gelar ‘kreatif’!

Tinggalkan dunia internasional sejenak dan melirik ke dalam negeri. Adakah di antara kita pemimpin ‘jahat’ yang berani mengabaikan sensasi populisme demi kebaikan rakyat? Ataukah kita hanya diberkati dengan pemimpin baik yang terjebak dalam inkapabilitas mereka? Hanya dengan merenung dalam ketidakjelasan kita sendiri, kita bisa menemukan jawabannya. Tentu saja, ini adalah aktivitas yang penuh dengan kebingungan yang memuaskan.

Jadi, adakah alasan bagi kita untuk mencari pemimpin ‘jahat’ yang ‘menyuarakan’ rakyat? Tentu, kita mungkin tidak tahu pasti, tetapi satu hal yang pasti adalah bahwa dalam politik penuh dengan teka-teki dan ironi, kita semua bisa menjadi pemimpin versi kita sendiri. Jadi, saatnya kita berhenti berharap, dan mulai menerima bahwa dalam dunia politik yang membingungkan ini, kita semua bisa menjadi pemimpin – meskipun hanya dalam imajinasi kita yang liar.

- Advertisement -
TAGGED:
Share This Article