Dari Den Haag ke Rupiah: Lahirnya Bangsa Indonesia

Noer Huda By Noer Huda - Content Creator
2 Min Read
Dari Den Haag Ke Rupiah: Lahirnya Bangsa Indonesia
Dari Den Haag Ke Rupiah: Lahirnya Bangsa Indonesia

jfid – Konferensi Meja Bundar, yang berlangsung dari 23 Agustus hingga 2 November 1949 di Den Haag, Belanda, adalah babak baru dalam perjalanan panjang kemerdekaan Indonesia.

Dalam pertemuan ini, perwakilan Indonesia, Belanda, dan BFO (Bijeenkomst voor Federal Overleg) bersatu, membentuk kerangka kerja yang tak terelakkan. Delegasi Indonesia, yang dipimpin oleh Mohammad Hatta, memainkan peran kunci dalam perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia.

Hasil konferensi ini adalah penyerahan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat, suatu langkah berani yang bersifat tak terbatal dan tanpa syarat.

Pada tanggal 30 Desember 1949, pengakuan tersebut menjadi kenyataan, menandai akhir dari cengkeraman penjajahan Belanda dan kelahiran Indonesia sebagai negara merdeka.

Ad image

Namun, kebebasan politik tidak cukup. Pada tanggal 2 November 1949, empat tahun setelah kemerdekaan, Indonesia melangkah maju dengan menetapkan rupiah sebagai mata uang resmi negara ini.

Keputusan ini, melampaui nilai ekonomi semata, mencerminkan semangat kemandirian dan identitas baru yang muncul. Rupiah tidak hanya menjadi alat tukar, tetapi juga lambang kebanggaan dan otonomi ekonomi.

Perjalanan rupiah sebagai mata uang Indonesia dimulai setelah De Javasche Bank dinasionalisasi menjadi Bank Indonesia (BI) pada bulan Desember 1951.

Meskipun kepulauan Riau dan Irian Barat awalnya memiliki variasi rupiah mereka sendiri, penggunaannya akhirnya disatukan. Di Riau, langkah ini diambil pada tahun 1964, sementara di Irian Barat, ini terjadi pada tahun 1974.

Dengan demikian, Konferensi Meja Bundar dan pengenalan rupiah sebagai mata uang nasional menciptakan landasan kokoh bagi Indonesia sebagai negara merdeka.

Konferensi tersebut menandai akhir dari satu babak penuh tantangan dan penderitaan, sementara rupiah melambangkan awal dari babak baru yang penuh harapan dan kemajuan.

Kedua momen ini, satu politis dan satu ekonomis, bersama-sama membentuk identitas Indonesia sebagai negara yang teguh berdiri, dengan masa depan yang cerah dan kemandirian yang tak tergoyahkan.

Share This Article