Dari Cleopatra ke Instagram, Bagaimana Standar Kecantikan Berubah

ZAJ By ZAJ - SEO Expert | AI Enthusiast
7 Min Read
Dari Cleopatra ke Instagram, Bagaimana Standar Kecantikan Berubah (Ilustrasi)
Dari Cleopatra ke Instagram, Bagaimana Standar Kecantikan Berubah (Ilustrasi)

jfid – Standar kecantikan selalu menjadi bagian integral dari budaya manusia, mencerminkan nilai-nilai sosial, ekonomi, dan politik yang berlaku pada zamannya.

Dari peradaban kuno hingga era digital saat ini, konsep kecantikan telah berubah secara signifikan, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti media, teknologi, dan globalisasi.

Artikel ini akan menggali sejarah standar kecantikan dan menjelaskan bagaimana konsep ini berevolusi dari masa ke masa.

Kecantikan di Zaman Kuno

Mesir Kuno

Pada zaman Mesir Kuno, kecantikan sangat terkait dengan kesehatan dan kesucian.

Ad image

Wanita Mesir menggunakan kosmetik yang terbuat dari bahan-bahan alami seperti malachite dan galena untuk menghias mata mereka, menciptakan tampilan yang dramatis dengan garis mata yang tegas.

Rambut palsu dan minyak wangi juga sangat populer, menandakan status sosial yang tinggi.

Yunani Kuno

Di Yunani Kuno, kecantikan dikaitkan dengan proporsi tubuh yang sempurna dan simetri wajah.

Patung-patung dewi seperti Aphrodite mencerminkan standar kecantikan ideal yang meliputi tubuh yang atletis, kulit yang cerah, dan rambut yang panjang.

Masyarakat Yunani sangat menghargai harmoni dan keseimbangan, yang tercermin dalam cara mereka mendefinisikan kecantikan.

Romawi Kuno

Standar kecantikan Romawi mirip dengan Yunani, tetapi dengan penekanan lebih pada kemewahan dan status.

Wanita Romawi menggunakan produk kosmetik seperti timah putih untuk memutihkan kulit mereka dan pewarna rambut dari bahan alami.

Mereka juga menggunakan mandi susu untuk menjaga kelembutan kulit, mencerminkan pengaruh kemewahan dalam standar kecantikan mereka.

Abad Pertengahan dan Renaisans

Abad Pertengahan

Selama Abad Pertengahan di Eropa, standar kecantikan mengalami perubahan drastis. Kulit yang pucat menjadi sangat diinginkan karena mencerminkan status sosial yang tinggi dan menunjukkan bahwa seseorang tidak bekerja di luar ruangan.

Wanita menggunakan kosmetik berbahaya seperti ceruse (campuran timah putih dan cuka) untuk mencapai penampilan ini. Rambut yang panjang dan berombak juga dianggap ideal.

Renaisans

Era Renaisans membawa kebangkitan minat pada seni dan keindahan tubuh manusia.

Lukisan-lukisan karya seniman seperti Leonardo da Vinci dan Botticelli menampilkan wanita dengan bentuk tubuh yang lebih penuh dan alami, serta rambut yang tebal dan berwarna emas.

Standar kecantikan saat ini menekankan keseimbangan antara tubuh yang sehat dan penampilan yang estetis.

Abad ke-18 dan ke-19

Abad ke-18

Pada abad ke-18, standar kecantikan di Eropa sangat dipengaruhi oleh mode dan gaya hidup aristokrasi.

Kulit putih masih menjadi simbol status, dan wanita menggunakan bedak wajah secara berlebihan.

Wajah yang oval, mata besar, dan bibir merah muda dianggap sangat menarik. Rambut palsu yang tinggi dan rumit juga menjadi tren, mencerminkan kekayaan dan status sosial.

Abad ke-19

Revolusi Industri membawa perubahan besar dalam standar kecantikan. Munculnya fotografi dan media cetak mulai mempengaruhi persepsi masyarakat tentang kecantikan.

Wanita Victoria mengadopsi gaya berpakaian yang lebih konservatif, dengan fokus pada pinggang kecil yang dicapai melalui penggunaan korset.

Kulit yang putih dan halus tetap menjadi standar, tetapi penampilan yang lebih alami mulai mendapatkan perhatian.

Abad ke-20

1920-an

Era 1920-an ditandai dengan munculnya “Flapper,” wanita muda yang menolak standar kecantikan tradisional dan mengadopsi gaya yang lebih modern dan bebas.

Rambut bob pendek, makeup tebal, dan pakaian yang lebih santai menjadi simbol pemberontakan terhadap norma-norma sosial sebelumnya.

Standar kecantikan mulai lebih inklusif dan beragam, mencerminkan perubahan sosial yang lebih luas.

1950-an

Dekade 1950-an membawa kembali standar kecantikan yang lebih tradisional, dengan penekanan pada feminitas dan bentuk tubuh yang menggoda.

Ikon seperti Marilyn Monroe dan Audrey Hepburn menjadi panutan kecantikan dengan tubuh yang kurva, pinggang yang ramping, dan penampilan yang elegan.

Makeup kembali menonjol dengan bibir merah cerah dan mata yang dihias dengan eyeliner.

1960-an dan 1970-an

Tahun 1960-an dan 1970-an melihat kebangkitan gerakan counterculture dan standar kecantikan yang lebih beragam. Twiggy, model dengan tubuh kurus dan tampilan androgini, menjadi ikon kecantikan.

Gerakan hippie juga mempromosikan penampilan alami, dengan rambut panjang dan sedikit makeup. Era ini mencerminkan pencarian identitas individu dan kebebasan ekspresi.

1980-an dan 1990-an

Era 1980-an dikenal dengan gaya yang berlebihan dan glamor. Rambut yang besar, makeup yang mencolok, dan mode yang mencolok menjadi tren.

Supermodel seperti Cindy Crawford dan Naomi Campbell mendefinisikan standar kecantikan dengan tubuh yang atletis dan wajah yang sempurna.

Tahun 1990-an, sebaliknya, membawa gaya “heroin chic” yang dipopulerkan oleh Kate Moss, dengan penampilan yang lebih kurus dan pucat.

Abad ke-21

2000-an

Memasuki abad ke-21, standar kecantikan semakin dipengaruhi oleh media digital dan media sosial. Gaya yang dipopulerkan oleh selebriti seperti Kim Kardashian dengan tubuh yang kurva dan makeup yang tebal menjadi tren.

Photoshop dan filter media sosial juga mulai mempengaruhi persepsi kecantikan, menciptakan standar yang sering kali tidak realistis.

2010-an hingga Sekarang

Pada dekade terakhir, gerakan body positivity dan inklusivitas mulai mendapatkan momentum.

Standar kecantikan semakin beragam, dengan penekanan pada penerimaan diri dan representasi semua bentuk tubuh, warna kulit, dan identitas gender.

Media sosial memainkan peran besar dalam mendukung gerakan ini, dengan banyak individu dan influencer yang mempromosikan kecantikan alami dan otentik.

Kesimpulan

Sejarah standar kecantikan mencerminkan evolusi nilai-nilai sosial, ekonomi, dan budaya dari masa ke masa.

Dari kecantikan yang berhubungan dengan kesehatan dan status sosial di zaman kuno hingga inklusivitas dan penerimaan diri di era modern, standar kecantikan terus berkembang.

Penting untuk mengenali bahwa kecantikan adalah konsep yang dinamis dan subjektif, yang selalu dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya.

Dengan memahami sejarah ini, kita dapat lebih menghargai keragaman dan kompleksitas kecantikan dalam berbagai bentuknya.

Share This Article