Ramalan Cuaca Tahun 2024

Shofiyatul Millah
10 Min Read

jfid – Indonesia, negara tropis yang memiliki dua musim, yaitu kemarau dan penghujan.

Musim penghujan biasanya berlangsung dari Oktober hingga Maret, sedangkan musim kemarau dari April hingga September.

Namun, perubahan iklim global membuat pola musim di Indonesia semakin tidak menentu dan ekstrem.

Di awal tahun 2024 ini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis prakiraan cuaca Indonesia untuk beberapa hari ke depan.

Berdasarkan data yang ada di situs resmi BMKG, sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami cuaca berawan, hujan ringan hingga lebat, petir, dan kabut.

Hanya beberapa daerah yang akan menikmati cuaca cerah berawan, seperti Banda Aceh, Tarakan, dan Kota Jayapura.Hujan dan Petir

Hujan dan petir merupakan fenomena cuaca yang sering terjadi di Indonesia, terutama saat musim penghujan.

Hujan disebabkan oleh adanya siklus hidrologi, yaitu proses perubahan wujud air dari uap menjadi cair atau padat, dan sebaliknya.

Petir terjadi akibat adanya perbedaan muatan listrik antara awan dan permukaan bumi, atau antara awan dengan awan lainnya.

Menurut BMKG, potensi hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang dapat terjadi pada skala lokal dan durasi relatif singkat pada rentang waktu menjelang siang hingga malam hari di sebagian wilayah Indonesia, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kepulauan Riau, Lampung, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Papua, Papua Barat, Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara.

Hujan dan petir dapat memberikan dampak positif maupun negatif bagi kehidupan manusia dan lingkungan.

Dampak positifnya antara lain adalah menyegarkan udara, mengisi cadangan air tanah, menyuburkan tanaman, dan menghasilkan nitrogen yang berguna bagi tanah.

Dampak negatifnya antara lain adalah menyebabkan banjir, longsor, genangan, tanah retak, pohon tumbang, gangguan listrik, kerusakan peralatan elektronik, dan bahkan kematian akibat tersambar petir.

Untuk mengantisipasi dampak negatif hujan dan petir, BMKG memberikan beberapa tips, seperti:

– Menjauhi tempat-tempat yang berpotensi menjadi sasaran petir, seperti pohon tinggi, tiang listrik, antena, dan bangunan tertinggi.

– Menghindari beraktivitas di luar ruangan, seperti bermain bola, bersepeda, atau berenang.

– Menggunakan alas kaki yang tidak berbahan logam, seperti karet atau plastik.

– Mematikan atau mencabut peralatan elektronik yang tidak digunakan, seperti televisi, komputer, atau handphone.

– Menyiapkan peralatan darurat, seperti senter, lilin, korek api, dan obat-obatan.

– Mengikuti informasi cuaca terkini dari BMKG melalui media sosial, website, aplikasi mobile, atau call center.

Kabut

Kabut merupakan kondisi cuaca yang ditandai oleh adanya partikel air atau es yang sangat halus dan tergantung di udara dekat permukaan bumi, sehingga mengurangi jarak pandang secara horizontal.

Kabut terbentuk akibat adanya pendinginan udara yang cukup cepat hingga mencapai titik embun, atau adanya penguapan air yang cukup banyak di udara.

Menurut BMKG, potensi kabut dapat terjadi di beberapa wilayah Indonesia, seperti Jambi, Samarinda, Bandar Lampung, Pekanbaru, dan Padang.

Kabut biasanya terjadi pada pagi atau malam hari, ketika suhu udara lebih rendah daripada siang hari.

Kabut juga dapat dipengaruhi oleh faktor geografis, seperti ketinggian, kelembapan, dan angin.

Kabut dapat memberikan dampak negatif bagi kehidupan manusia dan lingkungan, terutama bagi sektor transportasi, kesehatan, dan pertanian. Dampak negatifnya antara lain adalah:

– Mengganggu penerbangan, karena mengurangi jarak pandang pilot dan menimbulkan risiko tabrakan.

– Mengganggu pelayaran, karena mengurangi jarak pandang nakhoda dan menimbulkan risiko tabrakan atau nyasar.

– Mengganggu lalu lintas darat, karena mengurangi jarak pandang pengemudi dan menimbulkan risiko kecelakaan.

– Menyebabkan gangguan pernapasan, karena partikel air atau es yang terhirup dapat mengiritasi saluran pernapasan dan menyebabkan batuk, pilek, sesak napas, atau asma.

– Menyebabkan gangguan pertanian, karena partikel air atau es yang menempel pada tanaman dapat mengurangi fotosintesis dan menyebabkan penyakit jamur atau bakteri.

Untuk mengantisipasi dampak negatif kabut, BMKG memberikan beberapa tips, seperti:

– Menggunakan lampu utama dan lampu kabut saat berkendara di jalan raya, dan menjaga jarak aman dengan kendaraan lain.

– Menggunakan masker atau penutup mulut dan hidung saat beraktivitas di luar ruangan, dan minum air putih yang cukup untuk menjaga kelembapan tubuh.

– Menggunakan pakaian hangat dan tebal saat berada di daerah yang berudara dingin, dan mengonsumsi makanan bergizi untuk menjaga daya tahan tubuh.

– Menggunakan alat pengukur kelembapan udara atau higrometer untuk memantau kondisi udara di sekitar, dan mengatur ventilasi udara yang baik di dalam ruangan.

– Menggunakan alat pengusir hama atau pestisida untuk melindungi tanaman dari serangan jamur atau bakteri, dan mengatur pola tanam yang sesuai dengan kondisi cuaca.

Cuaca Cerah Berawan

Cuaca cerah berawan merupakan kondisi cuaca yang ditandai oleh adanya sinar matahari yang cukup terang dan awan yang tidak terlalu tebal dan tidak menutupi langit secara keseluruhan.

Cuaca cerah berawan biasanya terjadi saat musim kemarau atau saat pergantian musim.

Cuaca cerah berawan dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia dan lingkungan, terutama bagi sektor pariwisata, energi, dan pertanian. Dampak positifnya antara lain adalah:

– Menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke tempat-tempat wisata, seperti pantai, gunung, danau, atau taman.

– Meningkatkan produksi energi terbarukan, seperti energi surya, angin, atau air, karena adanya sinar matahari, angin, atau curah hujan yang cukup.

– Meningkatkan hasil panen tanaman, seperti padi, jagung, atau sayuran, karena adanya sinar matahari, air, dan suhu yang optimal.

Namun, cuaca cerah berawan juga dapat memberikan dampak negatif bagi kehidupan manusia dan lingkungan, terutama jika terjadi secara berkepanjangan dan disertai dengan suhu yang tinggi. Dampak negatifnya antara lain adalah:

– Menyebabkan dehidrasi, kelelahan, atau stroke, karena kehilangan cairan tubuh yang berlebihan akibat keringat dan penguapan.

– Menyebabkan kanker kulit, katarak, atau kerusakan DNA, karena paparan sinar ultraviolet (UV) yang berlebihan.

– Menyebabkan kekeringan dan Kebakaran

Kekeringan adalah kondisi cuaca yang ditandai oleh kurangnya curah hujan selama periode waktu yang cukup lama, sehingga menyebabkan kekurangan air untuk kebutuhan manusia dan lingkungan.

Kekeringan dapat menyebabkan berbagai dampak negatif, seperti gagal panen, kelangkaan air bersih, penurunan kualitas air, kerusakan ekosistem, dan peningkatan harga pangan.

Kebakaran adalah peristiwa terbakarnya suatu bahan yang dapat menyala dan membara.

Kebakaran dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti percikan api, gesekan, sambaran petir, atau panas matahari.

Kebakaran dapat menyebabkan berbagai dampak negatif, seperti kerusakan hutan, polusi udara, kerugian ekonomi, cedera, atau kematian.

Untuk mengantisipasi dampak negatif kekeringan dan kebakaran, BMKG memberikan beberapa tips, seperti:

– Menghemat penggunaan air, seperti mandi, mencuci, memasak, atau menyiram tanaman.

– Menyimpan air hujan, seperti dengan menggunakan tangki, bak, atau sumur resapan.

– Menanam pohon, seperti pohon pelindung, pohon buah, atau pohon hias.

– Menghindari membakar sampah, seperti daun kering, ranting pohon, atau kertas.

– Menyiapkan alat pemadam api, seperti pemadam api ringan, selang air, atau ember air.

Perubahan Iklim Global

Perubahan iklim global adalah perubahan iklim yang terjadi di seluruh dunia akibat peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi.

Perubahan iklim global dapat menyebabkan berbagai dampak negatif, seperti peningkatan suhu udara, pencairan es kutub, kenaikan permukaan laut, perubahan pola hujan, dan kejadian cuaca ekstrem.

Untuk mengantisipasi dampak negatif perubahan iklim global, BMKG memberikan beberapa tips, seperti:

– Mengurangi emisi gas rumah kaca, seperti karbon dioksida, metana, atau dinitrogen oksida.

– Menggunakan energi terbarukan, seperti energi surya, angin, atau air.

– Mengurangi konsumsi daging, seperti sapi, ayam, atau babi.

– Mengurangi penggunaan plastik, seperti tas plastik, botol plastik, atau sedotan plastik.

– Menanam pohon, seperti pohon pelindung, pohon buah, atau pohon hias.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article