Siapa Oei Tiong Ham, Pengusaha RI yang Punya Seperempat Tanah Singapura?

ZAJ
By ZAJ
6 Min Read

jfid – Singapura, salah satu negara terkecil di dunia, ternyata memiliki kaitan erat dengan seorang pengusaha asal Indonesia. Dia adalah Oei Tiong Ham, pria kelahiran Semarang yang dikenal sebagai raja gula dunia pada awal abad ke-20.

Saking terkenal dan berpengaruhnya, nama Oei Tiong Ham diabadikan di beberapa gedung dan jalan di Singapura. Bagaimana kisah sukses dan perjalanan hidupnya?

Oei Tiong Ham lahir pada tahun 1866 di Semarang dari keluarga etnis Tionghoa. Ayahnya, Oei Tjie Sien, adalah seorang pedagang yang mendirikan perusahaan bernama Kian Gwan pada tahun 1863.

Kian Gwan awalnya bergerak di bidang properti, tetapi kemudian merambah ke bisnis gula ketika Oei Tiong Ham mengambil alih kepengurusan perusahaan.

Di tangan Oei Tiong Ham, Kian Gwan berkembang pesat dan menjadi salah satu perusahaan gula terbesar di dunia.

Oei Tiong Ham berhasil memodernisasi perusahaan dengan membuka perkebunan tebu dan mendirikan pabrik gula skala besar di Jawa.

Dia juga mengembangkan jaringan distribusi gula ke berbagai negara, seperti India, Singapura, hingga London.

Pada tahun 1893, Oei Tiong Ham mendirikan konglomerasi bisnis baru bernama Oei Tiong Ham Concern (OTHC), yang mencakup berbagai lini bisnis, seperti pergudangan, pelayaran, dan perbankan.

OTHC menjadi salah satu kekuatan ekonomi di Asia Tenggara pada masa itu.

Menurut Onghokham dalam bukunya Konglomerat Oei Tiong Ham (1992), OTHC berhasil mengekspor gula sebanyak 200 ribu ton hingga mengalahkan banyak perusahaan Barat dalam kurun 1911-1912.

Bahkan, di waktu bersamaan, OTHC sukses menguasai 60% pasar gula di Hindia Belanda.

Tak heran, berkat besarnya bisnis itu, Oei Tiong Ham disebut memiliki kekayaan 200 juta gulden. Sebagai catatan, uang 1 gulden pada 1925 bisa membeli 20 kg beras.

Jika harga beras Rp 10.850/kg, diperkirakan harta kekayaannya senilai Rp 43,4 triliun.

Namun, kesuksesan Oei Tiong Ham juga menimbulkan masalah dengan pemerintah kolonial Belanda.

Pada tahun 1919, pemerintah Belanda mengeluarkan undang-undang pajak baru yang memberatkan para pengusaha gula lokal. Undang-undang ini dikenal sebagai Wet Suiker atau Sugar Law.

Dari sini, Oei Tiong Ham merasa bahwa dia sedang diperas oleh pemerintah. Dia pun memutuskan untuk meninggalkan Semarang dan tinggal selamanya di Singapura pada tahun 1920. Di Singapura dia merasa lebih bebas dan aman dari gangguan pajak.

Di Singapura, Oei Tiong Ham tidak hanya melanjutkan bisnis gulanya, tetapi juga berinvestasi di bidang properti.

Dia membeli banyak tanah di Singapura dengan harga murah saat itu. Menurut Yoshihara Kunio dalam bukunya Oei Tiong Ham Concern: The First Business Empire of Southeast Asia (1989), dari 728,6 km2 wilayah Singapura, seperempatnya atau 182 km2 dimiliki oleh Oei Tiong Ham.

Oei Tiong Ham juga dikenal sebagai sosok dermawan yang banyak memberikan sumbangan untuk kepentingan sosial dan pendidikan.

Dia mendirikan sekolah-sekolah untuk anak-anak etnis Tionghoa di Singapura dan memberikan beasiswa untuk mahasiswa berprestasi.

Dia juga memberikan bantuan untuk korban bencana alam dan perang di Tiongkok.

Oei Tiong Ham meninggal pada tahun 1924 di Singapura karena penyakit jantung. Dia dimakamkan di Bukit Brown Cemetery, sebuah pemakaman bersejarah di Singapura.

Warisannya kemudian diteruskan oleh anak-anaknya, yang juga menjadi pengusaha sukses.

Sebagai penghargaan atas jasanya, nama Oei Tiong Ham diabadikan di beberapa tempat di Singapura. Salah satunya adalah Oei Tiong Ham Building, sebuah gedung yang terletak di National University of Singapore.

Gedung ini merupakan tempat berdirinya Yong Loo Lin School of Medicine, fakultas kedokteran tertua di Singapura.

Selain itu, ada juga Oei Tiong Ham Park, sebuah taman yang terletak di Holland Village, sebuah kawasan perumahan mewah di Singapura.

Taman ini dulunya adalah bagian dari tanah milik Oei Tiong Ham. Di taman ini terdapat sebuah rumah bergaya kolonial yang dibangun oleh Oei Tiong Ham pada tahun 1910. Rumah ini kini menjadi cagar budaya.

Nama Oei Tiong Ham juga dipakai sebagai nama jalan di Singapura. Ada Jalan Oei Tiong Ham, sebuah jalan kecil yang menghubungkan Jalan Leong Bee dan Jalan Merah Saga di Holland Village. Jalan ini juga dulunya adalah bagian dari tanah milik Oei Tiong Ham.

Kisah Oei Tiong Ham menunjukkan bahwa ada orang Indonesia yang berhasil menjadi taipan di Singapura. Dia adalah salah satu tokoh yang membuktikan bahwa etnis Tionghoa Indonesia memiliki peran penting dalam sejarah dan perkembangan ekonomi Asia Tenggara.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article